Lubang pohon, produk ajaib di alam, menyembunyikan banyak rahasia kehidupan dan habitat bagi hewan liar. Rongga semi-tertutup ini, biasanya terbentuk di batang atau cabang pohon tua, menyediakan habitat yang berharga bagi berbagai organisme, terlepas dari apakah pohon tersebut masih hidup atau tidak. Menurut data, lubang pohon terutama terbentuk karena tekanan fisiologis yang dialami pohon melalui aksi kekuatan alam, seperti angin dan matahari, serangan serangga, atau bahkan pengaruh api dan petir. Selama proses ini, pohon secara bertahap mengekspos kayu terasnya, yang akhirnya membentuk rongga pohon untuk habitat kebiasaan.
Lubang pohon merupakan ciri khas pada banyak spesies pohon. Lubang pohon tidak hanya menjadi bagian dari hutan dan lahan berhutan alami, tetapi juga habitat bagi banyak jamur dan hewan.
Terbentuknya lubang pohon merupakan bagian dari siklus pertumbuhan pohon. Misalnya, pohon eukaliptus mulai membentuk lubang pohon yang cocok untuk vertebrata hanya setelah mencapai usia 120 tahun. Bagi spesies besar, proses ini dapat berlangsung selama 220 tahun. Baik pohon tumbang maupun pohon tumbang di hutan, lubang pohon ini sangat diperlukan bagi ekidna, quoll, dan berbagai reptil. Bahkan di arus sungai, kayu berlubang dapat menjadi tempat berlindung dan tempat berkembang biak bagi hewan air.
Lubang pohon tidak hanya menjadi rumah bagi hewan, tetapi juga merupakan elemen penting dalam kehidupan mereka. Lubang pohon digunakan untuk menaungi dan memantulkan sinar matahari pada siang atau malam hari. Baik untuk membesarkan anak, makan, atau mengatur suhu tubuh, lubang pohon dapat memainkan peran penting. Hewan akan memilih tempat persembunyian yang paling cocok berdasarkan ukuran pintu masuk, kedalaman, dan isolasi rongga pohon. Dalam kondisi iklim yang berbeda, penggunaan lubang pohon juga dapat berbeda. Bagi beberapa spesies, penggunaan lubang pohon mungkin wajib karena tidak ada sumber daya alternatif.
Keberadaan lubang pohon tidak hanya menjadi tempat berlindung bagi banyak hewan liar, tetapi juga lingkungan ekologis yang sangat diperlukan dalam kehidupan.
Pengetahuan manusia tentang rongga pohon dan penggunaannya masih terus berkembang, terutama di Eropa, tempat para ahli entomologi terus berfokus pada ketergantungan invertebrata pada rongga pohon. Salah satu spesies kumbang yang terkait dengan rongga pohon, Osmoderma eremita, telah diberi prioritas konservasi tertinggi berdasarkan Arahan Habitat Uni Eropa. Semua ini membuat orang berpikir, apakah perlindungan lubang pohon berbanding lurus dengan fungsi ekologisnya?
Lubang pohon pada dasarnya dapat dibagi menjadi lubang pohon alami dan lubang pohon buatan. Lubang pohon alami sebagian besar terbentuk oleh pertumbuhan jamur setelah pohon rusak. Lubang pohon dapat terbentuk karena cabang pohon yang tumbang atau kerusakan lain pada pohon. Lubang pohon buatan dibuat secara artifisial, seperti rumah burung atau tabung kelelawar. Meskipun struktur ini sebagian dapat menggantikan lubang pohon alami, manusia harus ingat bahwa lubang pohon alami tetap memiliki nilai ekologis yang tak tertandingi.
Meskipun lubang pohon buatan dapat menyediakan tempat berteduh, lubang tersebut tidak dapat menggantikan peran lubang pohon alami dalam ekosistem.
Dengan meningkatnya aktivitas manusia, perlindungan satwa liar menggunakan lubang pohon telah menjadi isu global. Di Amerika Utara, burung pipit biru timur terpaksa bergantung pada sarang buatan karena hilangnya rongga pohon alami. Hampir setengah dari spesies Daftar Merah di hutan Skandinavia bergantung pada pohon yang mati dan berlubang atau kayu bakar untuk bertahan hidup. Di Australia, terdapat 304 spesies vertebrata yang bergantung pada lubang pohon, dan banyak dari mereka kini menghadapi krisis kepunahan. Alasan di balik ini tidak dapat dipisahkan dari penebangan pohon.
Di Rusia, Tiongkok, dan Korea Selatan, beruang hitam Asia lebih suka berhibernasi di lubang pohon besar, tetapi saat ini mereka menghadapi ancaman ganda berupa penebangan dan perburuan liar, terutama lubang pohon alami terbaik, yang telah dilenyapkan tanpa ampun. Di negara-negara tersebut, perlindungan terhadap pohon masih sangat lemah, yang akan memengaruhi keberadaan lubang pohon dan kelangsungan hidup hewan liar.
Keberadaan lubang pohon tidak hanya menjadi simbol keanekaragaman hayati, tetapi juga bagian penting dari ekosistem yang sehat. Saat kita berjalan di hutan, dapatkah kita berhenti dan mengamati lubang pohon ini, serta keajaiban alam dan kehidupan hewan di baliknya?