Pencernaan anaerobik adalah proses mengejutkan di mana mikroorganisme mampu mendegradasi bahan yang dapat terurai secara biologis secara efisien dalam lingkungan bebas oksigen. Sebagai bioteknologi penting, pencernaan anaerobik dapat digunakan dalam industri atau di rumah untuk membantu mengelola limbah dan menghasilkan bahan bakar. Baik digunakan dalam fermentasi makanan dan minuman atau dalam fermentasi rumah, pencernaan anaerobik terus-menerus menjalankan fungsinya.
Proses pencernaan anaerobik dapat terjadi secara alami di beberapa tanah dan sedimen danau dan laut, dan sering disebut sebagai "aktivitas anaerobik."
Proses ini melewati empat tahap utama: hidrolisis, pengasaman, asetasi, dan pembentukan metana. Langkah pertama dalam pencernaan anaerobik adalah hidrolisis bahan masukan oleh bakteri, mengubah polimer organik yang tidak larut (seperti karbohidrat) menjadi turunan yang larut yang dapat digunakan oleh bakteri lain. Bakteri penghasil asam kemudian mengubah gula dan asam amino menjadi karbon dioksida, hidrogen, amonia, dan asam organik. Pada fase asetogenesis berikutnya, bakteri mengubah asam organik ini kembali menjadi asam asetat dan kemudian menjadi senyawa lain seperti amonia, hidrogen, dan karbon dioksida. Akhirnya, archaea metanogenik mengubah produk ini menjadi metana dan karbon dioksida.
Proses ini tidak hanya mengubah limbah menjadi energi yang berguna tetapi juga mengurangi emisi gas TPA.
Pencernaan anaerobik khususnya digunakan secara luas dalam pengolahan air limbah dan pengelolaan limbah. Selama proses berlangsung, biogas yang dihasilkan terdiri dari metana, karbon dioksida, dan gas "polutan" jejak lainnya. Biogas ini dapat digunakan langsung sebagai bahan bakar, atau dimasukkan ke dalam generator gas yang menggabungkan panas dan listrik, atau bahkan ditingkatkan menjadi biometana dengan kualitas gas alam. Seiring dengan meningkatnya minat dalam penggunaan kembali limbah, pemerintah di banyak negara, seperti Inggris dan Jerman, juga mulai menunjukkan minat yang lebih besar dalam pencernaan anaerobik.
Dalam pencernaan anaerobik, banyak mikroorganisme yang terlibat, termasuk bakteri penghasil asam asetat dan archaea penghasil metana. Mikroorganisme ini memfasilitasi serangkaian reaksi kimia saat mereka mengubah biomassa menjadi biogas. Dalam sistem anaerobik, partisipasi oksigen gas dikecualikan di bawah kendala fisik, dan organisme anaerobik menggunakan akseptor elektron lain selain oksigen. Reseptor ini dapat berasal dari bahan organik itu sendiri, atau dapat dipasok oleh oksida anorganik dalam bahan masukan.
Empat tahap utama pencernaan anaerobik adalah hidrolisis, pengasaman, asetifikasi, dan pembentukan metana. Bersama-sama, tahap-tahap ini secara biokimia mendegradasi bahan organik seperti glukosa menjadi karbon dioksida dan metana. Berikut ini adalah proses terperinci dari setiap tahap:
Biasanya, biomassa terdiri dari polimer organik besar. Agar bakteri dalam pencernaan anaerobik dapat menggunakan energi dalam bahan-bahan ini, rantai ini harus dipecah terlebih dahulu menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Proses ini, yang disebut hidrolisis, memecah molekul organik kompleks menjadi gula sederhana, asam amino, dan asam lemak.
Pengasaman adalah proses biologis di mana komponen yang tersisa didegradasi lebih lanjut oleh bakteri penghasil asam. Selama tahap ini, produk sampingan seperti asam lemak volatil, amonia, karbon dioksida, dan hidrogen sulfida terbentuk. Proses ini mirip dengan bagaimana susu menjadi asam.
Selama tahap asetifikasi, molekul sederhana didegradasi lebih lanjut oleh bakteri penghasil asam asetat, yang pada akhirnya menghasilkan sebagian besar karbon dioksida dan hidrogen.
Tahap akhir dari pencernaan anaerobik adalah produksi metana. Dalam proses ini, methanoarchaea menggunakan zat antara dari tahap sebelumnya untuk diubah menjadi metana dan air, dan komponen-komponen ini merupakan mayoritas biogas yang diproduksi dalam sistem.
Digester anaerobik dapat dirancang dalam berbagai konfigurasi dan diklasifikasikan menurut berbagai mode proses seperti batch atau kontinyu. Proses kontinyu memerlukan desain yang lebih kompleks, tetapi karena proses batch memerlukan biaya konstruksi awal yang lebih besar, proses kontinyu mungkin lebih ekonomis dalam hal biaya. Digester dapat dibagi menjadi proses padatan tinggi dan padatan rendah tergantung pada kandungan padatan yang akan diproses. Secara umum, proses padatan rendah dapat memiliki kandungan padatan di bawah 15%, sedangkan proses padatan tinggi dapat memiliki kandungan padatan di atas level ini.
Seiring kemajuan teknologi, beberapa negara seperti Jerman dan Amerika Serikat telah mulai mengeksplorasi strategi pencernaan anaerobik baru, yang bertujuan untuk lebih meningkatkan efisiensi proses dan pada akhirnya mencapai cara yang lebih berkelanjutan dalam mengelola limbah.
Perkembangan ini tidak hanya memungkinkan daur ulang limbah, tetapi juga mendorong pemanfaatan dan pengembangan energi terbarukan.
Pencernaan anaerobik adalah perjalanan sinergi mikroorganisme yang halus. Ada banyak misteri dan potensi yang tersembunyi dalam proses ini, yang layak untuk dipelajari dan dieksplorasi lebih mendalam. Dapatkah kita menggunakan kebijaksanaan ini dengan lebih cerdas di masa depan limbah dan energi?