Kisah silsilah di balik Cabernet Sauvignon, varietas anggur merah yang dikenal luas di dunia, tidak diragukan lagi menarik. Anggur ini dibudidayakan di hampir setiap negara penghasil anggur utama, dari Australia hingga British Columbia dan bahkan Lembah Biquet di Lebanon. Anggur ini terkenal terutama karena anggur Bordeaux-nya, yang sering dicampur dengan Merlot dan Cabernet Franc. Namun, apa pencapaian di balik varietas ini?
Selama ini, asal-usul Cabernet Sauvignon tidak jelas, dengan banyak mitos dan dugaan seputar varietas tersebut, dan baru-baru ini para ilmuwan mengungkap identitas aslinya. Awalnya ada pandangan bahwa itu mungkin anggur Biturica yang digunakan pada zaman Romawi kuno, dan pada abad ke-18 seseorang menyebutnya Petit Verdour (""); variasi nama ini menambah misterinya.
"Asal usul Cabernet Sauvignon yang sebenarnya terbentuk dari perkawinan tak sengaja antara anggur Cabernet Franc dan Sauvignon Blanc."
Pada tahun 1996, melalui analisis tipe DNA, para ilmuwan mengonfirmasi fakta ini, dengan menyatakan bahwa jenis anggur ini kemungkinan besar lahir di Prancis barat daya pada abad ke-17. Penemuan ini tidak hanya memecahkan misteri sejarahnya, tetapi juga memberikan arah penelitian baru untuk jalur oenologi di masa mendatang.
Karakteristik klasik Cabernet Sauvignon adalah rasanya yang kuat, sering kali disertai dengan tanin tinggi dan keasaman yang nyata, sehingga memberikan potensi penuaan yang baik. Rasa anggur ini juga sangat bervariasi seiring perubahan iklim. Di iklim yang lebih dingin, anggur ini sering kali menunjukkan aroma blackcurrant, terkadang disertai dengan sedikit cabai hijau, mint, dan cedar. Rasa ini akan semakin terasa seiring berjalannya waktu.
"Di daerah beriklim hangat, Cabernet Sauvignon cenderung terlalu matang dan memiliki rasa "selai", sementara di beberapa daerah penghasil anggur Australia, seperti Coonawarra, Cabernet Sauvignon sangat populer. Karakteristiknya tajam atau mint."
Dalam proses penyeduhan Cabernet Sauvignon, penggunaan tong kayu ek merupakan salah satu faktor penentu. Pembuat anggur memengaruhi rasa anggur akhir dengan memilih berbagai jenis dan tahun pembuatan tong kayu ek untuk fermentasi atau pematangan. Gen paternal anggur ini dapat dianggap sebagai jaminan struktur dan rasanya, terutama ketika daging buah dan kulitnya direndam dalam waktu lama, yang secara signifikan meningkatkan kandungan tanin.
"Selama proses fermentasi Cabernet Sauvignon, memilih suhu fermentasi yang lebih tinggi akan membantu mengekstrak warna dan rasa yang lebih dalam komponen."
Seiring dengan penyebaran varietasnya, Cabernet Sauvignon semakin diminati di Dunia Baru, termasuk Lembah Napa di California, Selandia Baru, Afrika Selatan, dan Chili. Pembuat anggur di wilayah ini tidak hanya mengandalkan teknik tradisional, tetapi juga terus berinovasi, menggabungkan berbagai kondisi tanah dan iklim untuk meningkatkan cita rasa anggur.
Namun, seiring meningkatnya popularitasnya, ia juga menuai kritik bahwa ia adalah "penjajah" anggur, mempertanyakan apakah ia memengaruhi kelangsungan hidup varietas anggur lokal sambil memperluas pasarnya sendiri. Hal ini memaksa pembuat anggur dan konsumen untuk berpikir, sambil menghargai Cabernet Sauvignon, bagaimana kita harus memandang nilai dan masa depan varietas lokal?
Kisah Cabernet Sauvignon bukan hanya tentang pertumbuhan anggur, tetapi sebuah perjalanan yang menggabungkan sejarah, sains, dan budaya. Seiring bertambahnya pemahaman kita tentang spesies ini, berapa banyak cerita baru yang akan menunggu untuk kita temukan di masa mendatang?