Terapi Okupasi (OT) merupakan spesialisasi medis penting yang mengubah penggunaan aktivitas sehari-hari menjadi pendekatan terapeutik yang dirancang untuk membantu individu memulihkan atau meningkatkan kualitas hidup dan kemampuan fungsional mereka. Meskipun terapi okupasi modern tampak sangat terspesialisasi, akarnya berasal dari zaman kuno, dan banyak idenya masih memengaruhi praktik terapi saat ini.
Sekitar 100 SM, dokter Yunani Asclepiades merawat pasien yang sakit mental dengan cara yang manusiawi. Ia menggunakan mandi terapi, pijat, olahraga, dan musik untuk membantu pasien. Kemudian, dokter Romawi Celsus juga menganjurkan penggunaan musik, perjalanan, percakapan, dan olahraga sebagai metode terapi. Perawatan ini pada saat itu menunjukkan konsep awal penggunaan aktivitas sehari-hari untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental.
“Dokter kuno menyadari kekuatan gerakan dan menggunakan unsur-unsur kehidupan sehari-hari untuk membantu pasien pulih.”
Meskipun metode ini hampir menghilang selama Abad Pertengahan, pada akhir abad ke-18, gerakan reformasi berdasarkan perawatan moral muncul di Eropa. Dokter, yang dipimpin oleh Philippe Pinel dan Johann Christian Reil, kembali merawat pasien yang sakit mental dan memasukkan aktivitas kerja dan waktu luang ke dalam metode perawatan mereka.
Pada abad ke-20, profesi terapi okupasi di Amerika Serikat secara bertahap terbentuk. Ini merupakan cerminan langsung dari Era Progresif, di mana para profesional awal menggabungkan keterampilan dan etos kerja yang kuat dengan prinsip-prinsip medis modern, semuanya tanpa penekanan pada perawatan dengan aktivitas sehari-hari.
“Berpartisipasi dalam aktivitas harian yang bermakna sebenarnya merupakan cara rehabilitasi, yang konsisten dengan konsep inti terapi okupasi modern.”
Pada tahun 1912, pekerja sosial Amerika Eleanor Clarke Slagle menciptakan kursus pelatihan terapi okupasi pertama, yang sangat penting bagi proses profesionalisasi terapi okupasi. Model pelatihan kebiasaan yang ia advokasi menekankan bagaimana aktivitas harian yang bermakna dan terstruktur memengaruhi kesehatan fisik dan mental seseorang.
Dengan pecahnya Perang Dunia I, kebutuhan akan terapi okupasi melonjak. Banyak tentara yang kembali dari pertempuran menghadapi trauma yang signifikan dan gangguan fungsional, yang mendorong pengembangan lebih lanjut dari profesi terapi okupasi. Pada saat itu, seseorang mengusulkan istilah "terapi okupasi" untuk lebih mencerminkan konsep membantu pasien pulih melalui aktivitas sehari-hari.
“Konsep menggunakan aktivitas sehari-hari untuk memulihkan kesehatan fisik dan mental sebenarnya merupakan kelanjutan dari praktik medis kuno.”
Pada tahun 1940-an, terapi okupasi secara bertahap mulai diakui dan diprofesionalkan di seluruh dunia. Selama periode ini, penerbitan banyak jurnal akademis dan buku-buku profesional sangat mendorong akumulasi pengetahuan dan peningkatan teknik praktis di bidang ini. Cakupan terapi okupasi semakin luas, mencakup semua aspek kesehatan fisik dan mental, bukan hanya pengobatan penyakit mental.
“Perkembangan terapi okupasi bukan hanya refleksi dari metode medis masa lalu, tetapi juga respons terhadap kebutuhan perawatan kesehatan di masa mendatang.”
Saat ini, terapi okupasi telah terintegrasi ke dalam semua aspek perawatan kesehatan, termasuk rehabilitasi fisik, kesehatan mental, layanan masyarakat, dll. Terapis okupasi tidak hanya perlu memahami kondisi medis pasien, tetapi juga mempertimbangkan kehidupan sehari-hari dan partisipasi sosial pasien.
Ketika kita melihat kembali sejarah terapi okupasi, dari modalitas perawatan kuno hingga praktik profesional modern, mudah untuk melihat bahwa aktivitas sehari-hari selalu memainkan peran integral dalam meningkatkan kesehatan fisik dan mental. Pikirkanlah, bagaimana lagi terapi okupasi di masa depan dapat menggunakan elemen-elemen sehari-hari ini untuk meningkatkan kehidupan lebih banyak orang?