Dalam masyarakat modern, penggunaan listrik sudah menjadi hal yang lumrah, tetapi pernahkah Anda mempertimbangkan potensi ancaman arus listrik terhadap tubuh manusia? Setiap tahun di Amerika Serikat, lebih dari 30.000 orang terluka akibat bahaya listrik, dan sekitar 1.000 di antaranya meninggal dunia. Di balik angka-angka ini terdapat berbagai konsekuensi serius dan potensi bahaya yang disebabkan oleh sengatan listrik.
Cedera listrik, atau sengatan listrik, mengacu pada kerusakan pada kulit atau organ dalam yang disebabkan oleh kontak langsung dengan arus listrik. Tingkat keparahan cedera bergantung pada kekuatan arus, impedansi jaringan, dan durasi kontak. Arus listrik yang sangat kecil mungkin tidak terasa atau hanya menyebabkan sedikit sensasi kesemutan; namun, sengatan listrik yang kuat dapat menyebabkan kejang otot dan, dalam kasus yang parah, bahkan dislokasi atau patah tulang sendi.
"Arus listrik dapat mengganggu sistem saraf, terutama kontrol jantung dan paru-paru, yang menyebabkan efek yang luas."
Saat arus listrik melewati tubuh manusia, panas yang dihasilkan oleh resistansi dapat menyebabkan luka bakar yang parah. Saat arus listrik melewati tangan, sering kali menyebabkan kontraksi otot yang tidak disengaja, sehingga korban sulit melepaskan otot-otot tangan dengan mudah, sehingga meningkatkan risiko luka bakar.
Saat menggunakan daya listrik rumah tangga (seperti 110V atau 230V, 50Hz atau 60Hz AC), arus minimal 30 mA yang melewati dada selama lebih dari satu detik dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel. Jika arus mengalir dalam bentuk arus searah (DC), diperlukan arus sebesar 90 hingga 130 mA untuk mencapai efek yang sama.
"Fibrilasi ventrikel sering kali berakibat fatal jika tidak segera ditangani dengan defibrilasi karena serat otot jantung menjadi tidak terkoordinasi dan tidak dapat memompa darah secara efektif."
Arus listrik juga dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf, terutama dalam pengendalian jantung dan paru-paru. Sengatan listrik yang tidak fatal juga dapat menyebabkan neuropati di tempat arus memasuki tubuh; gejala neurologis dapat muncul segera atau mungkin tertunda, berkisar antara beberapa hari hingga beberapa tahun.
Cedera listrik dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan mental, yang tanda-tanda umumnya meliputi depresi, gangguan kecemasan, dan perubahan perilaku lainnya. Bahkan jika arus listrik tidak melewati kepala, kestabilan emosi korban dapat terpengaruh.
Bahaya Arc FlashMenurut Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja AS (OSHA), 80% cedera listrik disebabkan oleh gangguan busur listrik. Panas yang dihasilkan oleh arc flash dapat menyebabkan luka bakar parah, terutama pada kulit yang tidak terlindungi, dan dapat menyebabkan patah tulang atau kerusakan organ dalam.
Perawatan setelah cedera listrik dapat mencakup CPR, obat pereda nyeri, penanganan luka, dan pemantauan irama jantung. Jika pasien tidak memiliki gejala yang jelas dan tidak ada masalah jantung yang mendasarinya, tidak diperlukan pengujian lebih lanjut; namun, jika gejala muncul, elektrokardiogram dan tes darah lebih lanjut mungkin diperlukan untuk memastikan kesehatan jantung.
Mencegah cedera listrik merupakan tujuan penting dari Kode Listrik Nasional. Menggunakan sistem tegangan rendah, bahan isolasi kelas satu, dan, saat berada di luar ruangan atau di area basah, menggunakan perangkat arus sisa (GFCI) dapat mengurangi risiko sengatan listrik. Selain itu, pemeriksaan rutin peralatan listrik dan penggunaan sistem daya terisolasi di lokasi tertentu juga merupakan langkah efektif untuk mencegah kecelakaan.
Listrik ada di mana-mana, dan potensi bahaya serta dampaknya bahkan di luar imajinasi kita. Sementara kita menikmati kemudahannya, pernahkah Anda berpikir tentang perlunya melindungi diri dari bahaya sengatan listrik?