Reseptor ryanodin (RyR) membentuk kelas saluran kalsium internal dalam jaringan yang dapat dirangsang seperti otot dan saraf pada hewan. Reseptor ini memainkan peran kunci dalam berbagai jalur pensinyalan dalam tubuh dan sangat penting untuk menjaga homeostasis kalsium seluler. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, para peneliti telah memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang struktur dan fungsi reseptor ryanidin, yang tidak hanya membantu untuk memahami proses fisiologis normal tetapi juga memberikan wawasan tentang beberapa penyakit.
Ada tiga subtipe utama reseptor ryanidin, termasuk RyR1, RyR2, dan RyR3, yang berbeda menurut jaringan tempat reseptor tersebut diekspresikan dan jalur pensinyalan yang diikutinya.
Pada vertebrata non-mamalia, dua subtipe reseptor ryanidin umumnya diekspresikan, disebut RyR-alfa dan RyR-beta.RyR1 sebagian besar diekspresikan dalam otot rangka, sedangkan RyR2 sebagian besar diekspresikan dalam otot jantung dan RyR3 lebih luas, terutama di otak.
Reseptor ryanidin memainkan peran penting dalam proses kontraksi otot dengan memediasi pelepasan ion kalsium dari retikulum endoplasma atau retikulum sarkoplasma tempat otot disimpan ke dalam sel.
Proses ini disebut pelepasan kalsium yang diinduksi kalsium (CICR). Selain itu, agregasi reseptor ryanidin juga dapat menyebabkan fluktuasi lokal kalsium intraseluler, yaitu gelombang kalsium, yang sangat penting bagi banyak proses fisiologis.Pada otot rangka, aktivasi reseptor ryanidin terjadi melalui penggabungan fisik dengan reseptor dihidropiridina, sedangkan pada otot jantung, aktivasi terjadi terutama melalui mekanisme pelepasan kalsium yang diinduksi kalsium.
Reseptor ryanidin adalah homotetramer multifungsi yang kompleksitas strukturalnya memungkinkannya menjalani berbagai regulasi alosterik. Dengan berat molekul yang melebihi 2 megadalton, reseptor ini termasuk di antara saluran ion terbesar yang diketahui.
Karakteristik ini memungkinkan reseptor ryanidin memainkan perannya dalam regulasi sinyal kalsium.Fitur struktural RyR mirip dengan struktur dasar superfamili saluran ion enam-transmembran, dan menunjukkan karakteristik domain regulasi utama yang dihubungkan oleh batang heliks α yang memanjang.
Berbagai agonis dan antagonis reseptor ryanidin telah banyak digunakan di klinik atau penelitian. Misalnya, ryandin dapat mengunci reseptor dalam keadaan setengah terbuka pada konsentrasi nanomolar, sementara konsentrasi mikromolar menutup saluran sepenuhnya.
Efek obat-obatan ini tidak hanya penting dalam pengobatan penyakit jantung, tetapi juga membuka prospek baru dalam studi fungsi banyak sistem saraf.Senyawa lain, seperti dihidropiridina, kafein, dan AMP siklik, merupakan agonis reseptor ryanidin dan dapat meningkatkan sensitivitasnya terhadap kalsium.
Mutasi pada reseptor ryanidin dikaitkan dengan banyak penyakit, seperti mutasi pada RyR1, yang dikaitkan dengan hipertermia ganas, aritmia, dan penyakit neurodegeneratif seperti penyakit Alzheimer.
Selain itu, mutasi pada gen RyR2 juga berhubungan langsung dengan penyakit jantung, sehingga studi reseptor ryanidin menjadi kunci untuk memahami mekanisme utama penyakit ini.Ketika tubuh terpapar anestesi volatil tertentu, mutan RyR1 menunjukkan peningkatan afinitas terhadap kalsium, yang menyebabkan pelepasan kalsium berlebihan dan konsumsi energi berlebihan, sehingga menghasilkan panas berlebih.