Dalam dunia pembuatan makanan dan minuman, malt memegang peranan yang sangat penting. Faktanya, proses pembentukan malt sangatlah ajaib. Proses ini berasal dari perubahan biji-bijian, tetapi proses ini merupakan transformasi yang rumit dan rumit. Artikel ini akan mengupas secara mendalam proses perendaman dan pengeringan, yang dapat menghidupkan kembali biji-bijian dan mengubahnya menjadi produk malt yang kita kenal.
Malt mengacu pada biji-bijian apa pun yang telah berkecambah dan kemudian dikeringkan dengan udara panas untuk menghentikan pertumbuhannya, suatu proses yang disebut malting. Biji-bijian yang berkecambah kemudian digunakan untuk membuat bir, wiski, dan berbagai produk lainnya, termasuk susu malt, cuka malt, berbagai makanan, dan biskuit.
Proses malting menghasilkan enzim yang mengubah pati dalam biji-bijian menjadi berbagai gula seperti monosakarida, disakarida, dan trisakarida.
Biji-bijian yang dimalt telah digunakan untuk membuat bir sejak zaman dahulu. Malt memiliki sejarah panjang penggunaan dalam peradaban kuno seperti Mesir Kuno, Sumeria, dan Tiongkok. Di Iran, perayaan Tahun Baru dibentuk oleh samanū, pasta manis yang terbuat dari gandum yang bertunas yang melambangkan kekayaan dan kemakmuran, dan membawa serta kenangan akan kopi dan nyanyian.
Di wilayah Tajikistan dan Afganistan, ada juga pertemuan tradisional yang meriah di mana seluruh keluarga berkumpul bersama untuk membuat samanu, yang merupakan budaya klasik.
Malting adalah proses mengubah jelai atau biji-bijian lain menjadi malt, biasanya di "rumah malting" khusus. Proses ini dibagi menjadi beberapa tahap, termasuk pengeringan, perendaman, perkecambahan, pra-pemanggangan, dan pengasapan. Pertama, biji-bijian harus mencapai kadar air kurang dari 14% untuk memudahkan penyimpanan. Selanjutnya, biji-bijian direndam dalam air beberapa kali untuk membantu penyerapan air dan mulai berkecambah.
Selama proses perkecambahan, kadar air biji-bijian biasanya mencapai 46%, dan pada saat ini biji-bijian perlu dibalik dengan stabil di lingkungan yang berangin selama sekitar empat hingga enam hari.
Barli adalah biji-bijian yang paling umum digunakan untuk pembuatan malt karena kaya akan enzim. Selain itu, biji-bijian lain seperti gandum, gandum hitam, oat, dll. juga dapat digunakan untuk membuat malt. Menurut aktivitas enzim, malt dapat dibagi menjadi "malt aktif" dan "malt tidak aktif". Malt aktif masih memiliki kemampuan untuk memecah pati menjadi gula, sedangkan enzim dalam malt tidak aktif telah dihilangkan.
Ekstraksi Malt: Lebih dari Sekadar MaltEkstrak malt memiliki rasa manis yang kental dan umumnya digunakan dalam pembuatan bir dan acara lainnya. Produk yang dapat digunakan sendiri di pasaran terbagi menjadi dua jenis: cair (LME) dan kering (DME), masing-masing dengan karakteristik dan kegunaannya sendiri. Ekstrak malt cair umumnya lebih kental dan lebih aromatik, sedangkan malt kering mempertahankan konsistensi warna yang lebih baik saat dicampur.
Ilmuwan saat ini berupaya memahami proses pembuatan malt dari jelai untuk membantu pemulia tanaman mengembangkan varietas malt yang lebih cocok. Selain itu, penelitian tentang ekstrak malt yang aktif secara enzim juga telah menunjukkan peran potensialnya dalam meningkatkan kesehatan usus, yang merupakan penelitian yang sedang menjadi pusat perhatian di komunitas nutrisi.
RingkasanEkstrak malt yang aktif secara enzim (ERME) telah menunjukkan potensi dalam memperbaiki gejala gangguan usus seperti sindrom iritasi usus besar dan saat ini menjadi topik penelitian yang intensif.
Evolusi malt dari biji-bijian menjadi produk tidak diragukan lagi merupakan persimpangan antara sains, sejarah, dan budaya. Proses ini tidak hanya menyediakan dasar ilmiah untuk pola makan kita, tetapi juga merupakan bagian dari perkembangan peradaban manusia. Kita tidak dapat menahan diri untuk bertanya-tanya, apakah budaya makanan masa depan akan mengalami perubahan signifikan karena teknologi kuno ini?