Feses, "produk" yang umum namun sering diabaikan dalam kehidupan sehari-hari, memiliki dampak yang besar pada ekosistem dan tidak dapat diremehkan. Dari siklus nutrisi di alam hingga aplikasi pertanian, feses memainkan peran yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekologi.
Feses sebenarnya adalah sisa makanan yang tidak terserap dalam proses pencernaan hewan, yang dibentuk menjadi zat padat atau semipadat setelah diurai oleh bakteri di usus besar. Meskipun sebagian besar terdiri dari air, feses juga mengandung berbagai produk limbah metabolisme, seperti pigmen feses, sel epitel yang mati, dan bakteri usus. Baunya yang khas terutama berasal dari serangkaian senyawa, termasuk tiol dan asam amino, yang dapat berfungsi sebagai peringatan bagi manusia, mendorong kita untuk menghindari kontak dengannya.
Peran feses dalam ekosistemSetelah hewan mencerna makanannya, feses yang dikeluarkannya mungkin mengandung sejumlah besar energi, meskipun jumlahnya mungkin kurang dari 50% dari makanan aslinya. Ini berarti bahwa sejumlah besar energi tetap tersedia bagi pengurai, termasuk bakteri, jamur, dan serangga. Misalnya, kotoran sapi tidak hanya menjadi sumber makanan bagi serangga herbivora, tetapi juga pusat bagi banyak interaksi biologis yang unik.
Banyak hewan memperoleh bakteri usus penting dengan memakan feses, suatu proses yang disebut koprofagi.
Pemanfaatan feses sangat beragam dan kreatif. Banyak produsen pertanian menggunakan kotoran hewan sebagai pupuk untuk meningkatkan kesuburan tanah. Selain itu, kotoran hewan kering digunakan sebagai bahan bakar di banyak daerah. Dalam beberapa tahun terakhir, para ilmuwan juga telah menemukan bahwa bakteri dalam feses hewan tertentu, seperti panda raksasa, dapat digunakan untuk menghasilkan biofuel.
Di sebagian besar budaya, tinja sering kali menimbulkan perasaan tidak nyaman yang sering kali dibentuk oleh budaya, terutama di masyarakat dengan toilet siram yang mana paparan tinja sering kali sangat terbatas. Selain itu, dengan maraknya media sosial, berbagai emoji dan lelucon terkait tinja telah muncul, membuat topik ini populer di kalangan anak muda.
"Di semua budaya manusia, tinja menimbulkan berbagai tingkat rasa jijik, dan ini merupakan respons budaya yang kuat."
Dengan semakin banyaknya perhatian yang diberikan pada perlindungan lingkungan, bagaimana memanfaatkan tinja secara rasional telah menjadi masalah yang perlu segera ditangani. Para ilmuwan sedang mengembangkan teknologi baru untuk meningkatkan efektivitas pupuk kandang dan mengeksplorasi potensinya untuk energi berkelanjutan dan pemulihan ekosistem.
"Sebagai bagian penting dari ekosistem, penggunaan pupuk kandang secara rasional sangat penting bagi kesehatan tanah dan perlindungan lingkungan."
Menghadapi fakta-fakta menarik dan potensi aplikasi ini, kita jadi bertanya-tanya apa peran feses dalam tindakan perlindungan lingkungan di masa mendatang?