Hidrops abdomen, atau "asites", merujuk pada akumulasi cairan abnormal di rongga perut. Lebih dari 25 ml cairan dapat dianggap sebagai tanda abnormalitas. Meskipun asites mungkin merupakan gejala diagnosis klinis, penyebabnya rumit dan sering kali terkait dengan berbagai masalah kesehatan yang mendasarinya.
Asites sering kali disertai dengan gejala seperti perut kembung, penambahan berat badan, ketidaknyamanan perut, dan kesulitan bernapas, yang berdampak signifikan pada kehidupan sehari-hari banyak pasien.
Di negara-negara maju, penyebab asites yang paling umum adalah sirosis. Penyebab potensial lainnya termasuk kanker, gagal jantung, tuberkulosis, pankreatitis, dan kondisi seperti obstruksi vena hepatik. Khususnya dalam kondisi sirosis, produksi asites sering kali berhubungan langsung dengan hipertensi dalam sistem portal.
Diagnosis asites umumnya memerlukan pemeriksaan fisik dan tes pencitraan, seperti USG atau CT scan. Dalam beberapa kasus, pengujian sampel cairan asites dapat membantu dokter menentukan penyebab yang mendasarinya.
Selama proses diagnosis asites, dokter akan memperhatikan dengan saksama riwayat medis pasien, gejala, dan hasil pemeriksaan terkait, serta mempertimbangkan untuk mengambil tindakan yang diperlukan guna memastikan diagnosis.
Asites ringan mungkin tidak mudah terlihat, tetapi ketika asites menjadi parah, perut akan terlihat membesar. Pasien sering kali merasakan sensasi tekanan dan berat yang meningkat secara bertahap di perut dan mungkin mengalami kesulitan bernapas karena cairan menekan diafragma.
Setelah asites didiagnosis, pengobatan biasanya meliputi diet rendah natrium, diuretik, dan ekstraksi cairan. Modifikasi pola makan merupakan hal mendasar dalam mengendalikan asites, dan farmakoterapi difokuskan pada pengurangan kelebihan natrium dalam tubuh. Pada saat yang sama, pengobatan biasanya didasarkan pada identifikasi penyebab asites yang mendasarinya.
Sekitar setengah dari pasien yang diobati akan mengalami asites dalam waktu sepuluh tahun setelah diagnosis, dan dari pasien tersebut, setengahnya lagi akan meninggal dalam waktu tiga tahun.
Penanganan asites tetap menjadi tantangan klinis, terutama bagi mereka yang menderita penyakit parah. Meskipun pengobatan yang ada dapat meringankan gejala sampai batas tertentu, pengobatan tersebut tidak sepenuhnya menyelesaikan masalah. Di masa mendatang, penelitian komunitas medis tentang asites kemungkinan akan difokuskan pada eksplorasi pengobatan yang lebih efektif dan pemahaman yang lebih mendalam tentang mekanismenya.
Dari perspektif yang lebih luas, asites bukan sekadar fenomena fisiologis, tetapi juga mencerminkan kompleksitas dan kerentanan kesehatan internal tubuh. Menghadapi masalah ini, apakah kita cukup memperhatikan kesehatan kita sendiri untuk menghindari masalah serupa?