Dalam masyarakat multikultural saat ini, seiring dengan berkembangnya kelompok ras campuran, terdapat banyak istilah yang membingungkan dan kontroversial. Sebutan yang dibentuk dalam berbagai periode sejarah kini sedang dikaji ulang, dan banyak istilah yang dulunya dianggap tidak berbahaya kini menjadi menyinggung atau merendahkan. Hal ini memicu refleksi kita tentang penggunaan bahasa. Latar belakang sejarah dan budaya seperti apa yang diwakili oleh kata benda ini?
Multiras dan multietnis merujuk pada dua kelompok yang berbeda. Menurut statistik, kelompok etnis ras campuran menjadi semakin umum di seluruh dunia. Kelompok etnis ras campuran di Amerika Barat Laut berkembang pesat, terutama di Amerika Serikat. Dengan perubahan dalam proyek statistik Sensus, orang akhirnya dapat memilih lebih dari satu ras untuk mengekspresikan identitas mereka.
“Beberapa kata ras campuran berasal dari struktur sosial dan konsep rasial masa lalu, dan perubahan waktu telah menyebabkan makna kata-kata ini berubah.”
Namun, kata-kata ini telah digunakan dalam berbagai konteks sepanjang sejarah. Misalnya, istilah yang dulunya diterima secara luas, seperti "mulatto (ras campuran)" dan "mestizo (orang Amerika ras campuran)", secara bertahap dianggap sebagai istilah yang merendahkan dalam masyarakat saat ini. Sebaliknya, istilah seperti "ras campuran" dan "birasial" telah diadopsi oleh banyak orang sebagai cara untuk menghormati identitas seseorang.
Di Amerika Serikat, populasi ras campuran, termasuk kulit putih, Afrika Amerika, Asia, dan kelompok etnis lainnya, telah tumbuh pesat sejak tahun 2000. Pada saat yang sama, fenomena serupa terjadi di negara-negara lain, seperti di Karibia, di mana mayoritas penduduknya adalah ras campuran.
“Seiring berjalannya waktu, penerimaan masyarakat terhadap identitas ras campuran meningkat secara bertahap, tetapi prasangka yang disebabkan oleh terminologi lama masih ada.”
Perubahan dalam gelar ini mencerminkan perubahan sikap budaya dan melibatkan persimpangan kekuasaan, identitas, dan sejarah. Contohnya adalah penggunaan historis "berwarna" di Afrika Selatan, yang dengan cepat memperoleh konotasi yang merendahkan setelah kebijakan apartheid pemerintah. Namun, seperti yang telah ditunjukkan oleh banyak penelitian yang relevan, istilah-istilah ini mungkin tidak boleh dievaluasi hanya dalam konteksnya saat ini.
Di berbagai belahan dunia, pembentukan kelompok etnis ras campuran sering kali terkait erat dengan kolonisasi, migrasi, dan perdagangan historis. Dari "mestizo" di Amerika Selatan hingga "Chindian" di Asia Tenggara, kata-kata ini memiliki konotasi nasional dan budaya yang kompleks di baliknya. Misalnya, orang-orang Anglo-India di India merupakan hasil dari perpaduan historis antara Portugis dan Inggris.
“Istilah-istilah ini bukan hanya simbol identitas, tetapi juga produk interaksi antara globalisasi dan sejarah.”
Seiring dengan semakin mendalamnya pemahaman dunia tentang orang-orang ras campuran, banyak istilah dan klasifikasi asli terus direvisi. Dalam kasus Brasil, klasifikasi kelas di masa lalu telah berkembang menjadi struktur sosial yang lebih fleksibel dan inklusif saat ini. Hal ini mencerminkan pencitraan ulang global atas identitas hibrida dan keragaman budaya.
Namun, meskipun gelar diakui kembali, kata-kata dan istilah ini masih membawa beban sejarah yang tidak teridentifikasi. Bahkan dalam konteks sosial modern, pilihan kata-kata ini memengaruhi identitas budaya dan memori sejarah. Dibandingkan dengan prasangka masa lalu, masyarakat saat ini harus lebih fokus pada rasa hormat dan pemahaman terhadap identitas ini.
Dari sudut pandang ini, dalam menghadapi kontroversi atas kata-kata campuran ras ini, haruskah kita dituntun untuk memikirkan standar bahasa yang lebih inklusif guna mengatasi beban dan pandangan sepihak yang dibawa oleh sejarah?