Migrasi merupakan fenomena yang menarik dalam kerajaan hewan. Banyak spesies melakukan perjalanan sejauh ribuan mil untuk beradaptasi dengan perubahan musim, mencari makanan, bereproduksi, dan alasan lainnya. Perilaku ini tidak hanya membuat para ilmuwan penasaran, tetapi juga memicu banyak orang untuk berpikir tentang misteri kehidupan.
Migrasi hewan merupakan bentuk migrasi yang paling umum dalam ekologi, dan dapat ditemukan di hampir semua kelompok hewan.
Menurut definisi ekologi, migrasi hewan adalah pergerakan jarak jauh yang relatif, biasanya musiman. Ini termasuk burung, mamalia, ikan, reptil, amfibi, serangga, dan krustasea. Migrasi dapat didorong oleh perubahan iklim setempat, perubahan ketersediaan makanan, perubahan musim, atau kebutuhan untuk bereproduksi.
Bagaimana dan mengapa migrasi bervariasi dari satu spesies ke spesies lainnya, sehingga sulit untuk memiliki definisi yang seragam. Menurut definisi ahli perilaku hewan J.S. Kennedy, perilaku migrasi adalah gerakan diri hewan yang terus-menerus dan teratur serta bergantung pada beberapa situasi yang menghambat respons menetapnya untuk sementara waktu.
Banyak spesies bermigrasi secara musiman karena ketersediaan sumber daya. Misalnya, salmon Pasifik berenang kembali ke tempat berkembang biak mereka setiap tahun untuk berkembang biak, dan ketika musim dingin tiba, banyak burung bermigrasi ke daerah yang lebih hangat untuk menghindari kondisi lingkungan yang keras.
Selain migrasi musiman, beberapa hewan akuatik juga melakukan migrasi diurnal, yaitu melakukan perjalanan naik turun kolom air setiap hari. Oleh karena itu, pola migrasi organisme yang berbeda memberi para ilmuwan pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan antara perilaku mereka dan lingkungan mereka.
Di antara burung, sekitar 1.800 spesies dari 10.000 spesies memilih untuk bermigrasi dalam jarak jauh, biasanya antara Kutub Utara dan Selatan. Burung laut Arktik adalah burung migrasi terpanjang, menempuh jarak 19.000 kilometer ke dan dari kutub setiap tahun.
Migrasi burung-burung ini sering kali dipengaruhi oleh panjang hari, dan perubahan hormon internal burung juga memainkan peran penting.
Di antara ikan, sementara sebagian besar ikan tinggal di satu wilayah geografis, sekitar 120 spesies ikan bermigrasi dalam jarak jauh, seperti salmon, yang bermigrasi antara air asin dan air tawar. Secara umum, perilaku migrasi ikan-ikan ini terkait erat dengan reproduksi dan makan.
Di dunia serangga, beberapa serangga bersayap seperti belalang dan kupu-kupu tertentu juga dapat bermigrasi dalam jarak yang jauh. Ambil contoh kupu-kupu raja yang terkenal. Meskipun seekor kupu-kupu tidak akan menyelesaikan seluruh migrasi, mereka akan bereproduksi selama perjalanan, dan keturunannya akan terus terbang.
Ilmuwan mengumpulkan pengamatan migrasi dengan melacak pergerakan hewan. Secara tradisional, tanda pengenal seperti cincin burung telah digunakan untuk pelacakan, tetapi metode ini memiliki keterbatasan tertentu. Namun, penggunaan perangkat pelacakan elektronik seperti GPS atau peralatan transmisi Argo telah membuat keberadaan hewan-hewan ini lebih jelas.
Sebelum migrasi hewan dipahami, manusia menggunakan berbagai cerita rakyat untuk menjelaskan kemunculan atau hilangnya burung. Misalnya, Aristoteles di Yunani kuno percaya bahwa burung pipit berdada merah berubah menjadi burung bangau berdada merah di musim panas, sementara di Eropa abad pertengahan beberapa orang percaya bahwa bebek shrike tumbuh dari burung laut yang hidup di pohon.
Migrasi hewan merupakan fenomena alam yang menarik. Migrasi tidak hanya memengaruhi keseimbangan ekosistem, tetapi juga membuat kita berpikir mendalam tentang kemampuan beradaptasi kehidupan. Seiring dengan semakin banyaknya pengetahuan biologi yang kita pelajari, migrasi berbagai makhluk masih terus terungkap. Kita tidak dapat menahan diri untuk bertanya: Prinsip hidup apa yang akan diajarkan rahasia migrasi hewan ini kepada kita?