Dalam ilmu sosial, proses perilaku kolektif dan spontanitasnya selalu menjadi salah satu fokus penelitian. Dari kerusuhan Los Angeles tahun 1992 hingga tren hula hoop tahun 1958, perilaku kolektif telah muncul dalam berbagai peristiwa sosial, cukup untuk mengguncang struktur sosial dan memicu refleksi. Perilaku ini tidak hanya mencerminkan struktur sosial tertentu, tetapi juga menunjukkan spontanitas yang unik. Mengapa perilaku tersebut terjadi?
Teori perilaku kolektif terutama berasal dari eksplorasi awal Franklin Henry Giddings dan telah banyak digunakan oleh beberapa sosiolog terkenal seperti Herbert Bloom, Ralph H. Turner dan Louis · Pengembangan lebih lanjut oleh Killian et al. Para cendekiawan ini berpendapat bahwa kekuatan sosial tidak ada seperti kekuatan fisik, tetapi didorong oleh interpretasi dan respons manusia. Mereka menekankan bahwa individu masih aktif dalam perilaku kolektif, dan perilaku mereka sering kali didasarkan pada interpretasi mereka terhadap perilaku orang lain.Perilaku kolektif tidak hanya mengikuti hukum dan norma yang ada, tetapi juga sering melanggar norma sosial, yang membuat perilaku kolektif "tidak dapat dipercaya" sampai batas tertentu.
Perilaku kolektif memiliki banyak bentuk dan melibatkan interaksi sosial manusia, mulai dari kerusuhan yang disertai kekerasan hingga mode populer, dan dapat menjadi lahan subur bagi penelitian sosial.
Bloom mencantumkan empat bentuk utama perilaku kolektif, masing-masing dengan karakteristik unik dan signifikansi sosialnya sendiri.
Para cendekiawan memiliki definisi yang berbeda tentang kerumunan, tetapi kerumunan adalah bentuk perilaku kolektif yang hampir semua orang sebutkan. Pembentukan kerumunan sering kali menyiratkan resonansi emosional. Menurut Gustave Le Bon, kerumunan menekan rasionalitas individu dan menjerumuskannya ke dalam kegilaan emosi. Resonansi emosional ini membuat perilaku individu tidak dapat diprediksi dan berpotensi berubah menjadi perilaku yang lebih ekstrem.
Ketika seseorang memutuskan untuk menghancurkan sebuah objek, orang lain mungkin akan mengikutinya, dan emosi pun meningkat, membentuk apa yang dikenal sebagai "mentalitas kawanan."
Tidak seperti kerumunan, publik adalah sekelompok orang yang mendiskusikan isu tertentu. Ketika orang berkumpul bersama untuk mendiskusikan sebuah topik, perilaku kolektif ini disebut publik. Pembentukan publik selalu berubah; publik dapat terbentuk atau menghilang seiring dengan perubahan topik.
Persepsi populer menekankan pengaruh media. Perilaku massa terutama memengaruhi dan mengonsolidasikan pemikiran individu melalui komunikasi media. Misalnya, surat kabar atau program televisi dapat dengan cepat memicu respons publik dan mengubah pola perilaku sosial asli.
Gerakan sosial adalah tindakan kolektif yang bertujuan untuk membawa perubahan atau transformasi sosial. Gerakan sosial cenderung lebih terorganisasi daripada bentuk-bentuk perilaku kolektif lainnya dan dapat membentuk struktur dan lembaga sosial yang tetap dalam jangka panjang.
Untuk lebih memahami bagaimana perilaku kolektif berkembang, ilmuwan sosial telah mengajukan beberapa teori untuk menjelaskannya. Teori-teori ini memberikan perspektif yang berbeda untuk melihat dan menjelaskan fenomena perilaku kolektif.
Menurut teori penularan, ketika orang berkumpul bersama, fenomena "menular" berupa imitasi dan emosi akan terjadi. Dalam situasi seperti itu, individu cenderung mengabaikan rasa tanggung jawab mereka dan melakukan perilaku sosial tertentu yang didorong oleh emosi.
Teori konvergensi menyatakan bahwa individu yang terlibat dalam perilaku kolektif berkumpul secara spontan karena mereka memiliki tujuan yang sama, bukan didorong oleh kelompok. Perilaku ini merupakan ekspresi dari keinginan batin individu, dan dengan demikian dapat lebih mencerminkan dunia batin individu.
Teori ini berpendapat bahwa norma sosial dan pola perilaku baru sering muncul dalam perilaku kolektif. Perilaku ini mungkin tidak selalu mengikuti norma sosial asli, tetapi muncul berdasarkan situasi terkini dan perubahan emosional orang banyak.
Teori nilai tambah berpendapat bahwa perilaku kolektif adalah pelepasan ketegangan yang terakumulasi dalam sistem sosial, dan perilaku kolektif terjadi ketika situasi sosial sesuai.
Sebagai fenomena sosial, perilaku kolektif menunjukkan kompleksitas dinamika sosial. Perilaku ini tidak hanya mencerminkan dunia emosional manusia, tetapi juga menantang persepsi kita tentang otonomi dan rasionalitas. Rahasia apa yang tersembunyi di balik perilaku spontan ini? Bagaimana hubungan antara masyarakat dan emosi akan memengaruhi masa depan kita?