Nitrogen tetroksida, dengan rumus kimia N2O4, sering disebut sebagai nitrogen tetroksida, telah menarik banyak penelitian ilmuwan karena pentingnya senyawa ini dalam bahan bakar roket. Senyawa ini, yang terdiri dari dua molekul nitrogen dioksida (NO2) yang terikat bersama, merupakan oksidator kuat dan membentuk propelan yang sangat efektif saat mengalami reaksi hipergolik dengan berbagai bentuk hidrazin. Seiring dengan kemajuan eksplorasi ruang angkasa, unsur nitrogen tetroksida menjadi semakin penting dalam teknologi roket modern.
Nitrogen tetroksida bukan hanya propelan, tetapi juga komponen integral dalam beberapa sistem roket.
Struktur molekul nitrogen tetroksida dapat dilihat sebagai dua gugus nitro (-NO2) yang terikat bersama. Molekul keseluruhannya planar, dengan jarak ikatan N-N sebesar 1,78 Å dan jarak ikatan N-O sebesar 1,19 Å. Data ini menunjukkan bahwa ikatan N-N relatif lemah, yang disebabkan oleh tolakan muatan dan efek resonansi dari dua unit NO2.
Nitrogen tetroksida adalah cairan pada suhu kamar, tetapi pada suhu tinggi ia akan seimbang dengan oksida nitrat untuk membentuk lebih banyak nitrogen dioksida, sehingga warnanya terkadang tampak kuning kecokelatan. N2O4 padat berwarna putih dan memiliki titik leleh -11,2°C.
Nitrogen tetroksida terutama diproduksi oleh oksidasi katalitik amonia, suatu proses yang dikenal sebagai proses Oswald. Dalam proses ini, amonia (NH3) pertama-tama dioksidasi menjadi oksida nitrat (NO) dan kemudian diubah menjadi nitrogen dioksida (NO2). Rangkaian perubahan kimia ini akhirnya menghasilkan nitrogen tetroksida.
Nitrogen tetroksida tidak hanya penting dalam bahan bakar, tetapi juga merupakan zat antara utama dalam pembuatan asam nitrat.
Nitrogen tetroksida digunakan secara luas dalam propulsi roket karena dapat disimpan sebagai cairan pada suhu ruangan. Sifat ini menjadikannya oksidator ideal dalam sistem propelan biner. Mulai tahun 1950-an, beberapa negara mulai menggunakan nitrogen tetroksida sebagai propelan roket, khususnya Amerika Serikat dan bekas Uni Soviet yang memilih senyawa tersebut untuk peluncuran roket.
Misalnya, roket Titan awal dan misi terkenal seperti program Gemini dan Apollo AS menggunakan propelan ini. Efisiensi tinggi nitrogen tetroksida tidak hanya meningkatkan kemampuan peluncuran roket, tetapi juga membuat kontrol sikap dan eksplorasi ruang angkasa dalam pesawat ruang angkasa lebih andal.
Dalam industri kedirgantaraan, kombinasi N2O4 dan hidrazin banyak digunakan dalam berbagai misi luar angkasa.
Namun, penggunaan nitrogen tetroksida bukannya tanpa risiko. Pada tahun 1975, selama misi uji Apollo-Soyouz, kesalahan mekanis menyebabkan nitrogen tetroksida memasuki kabin, meracuni tiga astronot Amerika dan akhirnya memerlukan perawatan medis.
Insiden ini menyoroti langkah-langkah keselamatan dan prosedur operasi yang ketat yang diperlukan saat bekerja dengan senyawa yang sangat beracun seperti nitrogen tetroksida.
Nitrogen tetroksida diharapkan memainkan peran penting dalam aplikasi masa depan dalam pembangkitan listrik. Para ilmuwan sedang menyelidiki cara untuk memanfaatkan sifat dekomposisi nitrogen tetroksida untuk meningkatkan efisiensi sistem pembangkitan listrik. Jenis gas ini dapat dipanaskan melalui kompresi dan mengubah energi kembali selama ekspansi, sehingga siklus dapat beroperasi pada efisiensi yang lebih tinggi.
Keserbagunaan nitrogen tetroksida membuatnya memiliki prospek aplikasi yang luas tidak hanya dalam teknologi propulsi tetapi juga dalam konversi energi.
Singkatnya, nitrogen tetroksida, sebagai komponen utama peluncuran roket, tidak hanya memainkan peran penting dalam propelan karena sifat pengoksidasinya yang kuat, tetapi juga menunjukkan potensi besar dalam berbagai bidang ilmiah. Dengan kemajuan teknologi, dapatkah kita mengeksplorasi lebih banyak aplikasi nitrogen tetroksida yang belum diketahui?