Dalam dunia fisika kita saat ini, keterikatan kuantum bukan sekadar fenomena, tetapi konsep penting yang merevolusi pemahaman kita tentang cara kerja alam semesta. Ketika dua atau lebih partikel saling terjerat, keadaan kuantum partikel-partikel tersebut menjadi saling bergantung, meskipun mereka berjauhan dan tidak dapat secara independen menggambarkan keadaan satu sama lain. Sifat luar biasa ini menjadikan keterikatan kuantum sebagai kesenjangan yang dalam antara fisika kuantum dan fisika klasik, yang menantang konsep fisika tradisional kita.
Keterikatan kuantum merupakan fitur utama mekanika kuantum, yang tidak ada dalam mekanika klasik.
Dalam konteks keterikatan kuantum, sifat-sifat antar partikel menunjukkan korelasi yang mengejutkan saat diukur. Misalnya, ketika sifat fisik tertentu dari sepasang partikel yang terjerat diukur, sifat yang sama dari partikel lainnya segera menunjukkan perubahan yang sesuai. Perilaku ini mengarah pada serangkaian efek yang tampaknya paradoks: Pengukuran satu partikel menyebabkan keruntuhan ireversibel fungsi gelombang partikel itu, sehingga mengubah status kuantum semua partikel.
Fenomena ini pertama kali menarik diskusi luas karena paradoks EPR yang diajukan oleh Einstein, Podolsky, dan Rosen pada tahun 1935. Makalah ini menunjukkan bahwa deskripsi mekanika kuantum tampaknya tidak sepenuhnya menjelaskan independensi partikel dan, menurut Einstein, tampaknya melanggar pandangan kausal realitas lokal.
Einstein menyebutnya "aksi seram dari kejauhan" dan menganggap perilaku seperti itu luar biasa.
Seiring waktu, kecurigaan mereka dikonfirmasi melalui berbagai eksperimen yang menggunakan pengukuran polarisasi atau putaran partikel yang terjerat dan secara statistik melanggar ketidaksetaraan Bell, sehingga menunjukkan sifat keterjeratan kuantum. Korelasi tidak dapat dijelaskan hanya untuk variabel laten lokal.
Meskipun keterikatan kuantum dapat menghasilkan korelasi statistik antara peristiwa yang jauh, keterikatan tersebut tidak dapat digunakan untuk mencapai komunikasi yang lebih cepat dari cahaya. Ini berarti bahwa meskipun saluran yang mengirimkan informasi pada tingkat kuantum jauh lebih eksotis daripada metode transmisi yang kita kenal, tetap mustahil untuk menembus batas kecepatan cahaya.
Korelasi semacam itu menantang pemahaman dasar kita tentang sebab dan akibat.
Konsep keterikatan kuantum telah diusulkan dan dibahas secara mendalam sejak lahirnya mekanika kuantum. Sejak tahun 1931, Einstein dan Bohr telah berdiskusi sengit tentang makna mekanika kuantum. Selama proses ini, Einstein juga melakukan banyak eksperimen hipotetis untuk menguji rasionalitas fenomena kuantum. Inti masalahnya adalah bahwa ketika sebuah partikel diukur, hasilnya akan segera memengaruhi hasil keterikatan.partikel yang dipimpin jauh darinya. .
Einstein mengusulkan berbagai eksperimen pemikiran untuk mengeksplorasi sifat mekanika kuantum yang tidak intuitif.
Pada tahun 1964, John Bell menunjukkan keberadaan batas atas dalam teori nyata lokal melalui ketidaksetaraan Bell, dan membuktikan bahwa pelanggaran batas atas yang diprediksi oleh teori kuantum ini dapat dilakukan dalam uji praktis. Studi-studi ini terus memperluas pemahaman kita tentang keterikatan kuantum, menjadikannya dasar ilmu informasi kuantum.
Ketika berhadapan dengan keterikatan, ekspresi matematika dari keadaan kuantum memungkinkan kita untuk melihat bahwa pemahaman lengkap tentang sekumpulan partikel yang terjerat tidak setara dengan pemahaman lengkap tentang keadaan setiap partikel. Ketika keadaan sistem kuantum terjerat, pengukuran separuh partikel akan terkait erat dengan pengukuran separuh lainnya, suatu sifat yang menjadikan keterjeratan dianggap sebagai sumber daya untuk komputasi dan komunikasi.
Namun, keterjeratan tidak setara dengan "korelasi" dalam teori probabilitas klasik, tetapi korelasi potensial yang hanya dapat menghasilkan korelasi realistis dalam eksperimen tertentu. Ini berarti bahwa pesona sebenarnya dari keterjeratan kuantum adalah bahwa ia menantang pemahaman kita tentang independensi dan saling ketergantungan.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, demonstrasi eksperimental keterjeratan kuantum tidak lagi terbatas pada teori. Gelombang elektromagnetik, elektron, dan molekul berlian kecil juga telah dipelajari secara luas. Banyak teknologi komunikasi dan komputasi kuantum mutakhir terus mengeksplorasi potensi aplikasinya.
Keterikatan kuantum tidak hanya memungkinkan kita untuk memeriksa kembali sifat materi dan pandangan kita tentang alam semesta, tetapi juga menginspirasi kemungkinan tak terbatas untuk penelitian ilmiah di masa depan. Dalam bidang yang terus berkembang ini, para ilmuwan masih berusaha mengungkap misteri dunia kuantum, dan kami terus belajar dalam perjalanan penemuan ini. Bagaimana keterikatan kuantum akan mengubah wajah teknologi masa depan?