Dunia superkonduktor selalu menarik perhatian para ilmuwan. Fenomena superkonduktivitas terjadi di bawah suhu tertentu, dan material tersebut tidak menunjukkan resistansi sama sekali dan sepenuhnya menolak medan magnet. Semua ini didasarkan pada konsep fisika utama: medan kritis dan suhu kritis. Apakah respons superkonduktor dalam medan magnet yang kuat dapat terungkap di lingkungan suhu yang sangat rendah merupakan topik hangat dalam penelitian ilmiah.
Medan kritis mengacu pada kekuatan medan magnet maksimum di mana suatu material dapat mempertahankan keadaan superkonduktor pada suhu tertentu. Jika medan magnet eksternal melebihi kekuatan ini, superkonduktor akan kehilangan sifat superkonduktornya.
Sebelum membahas medan kritis, kita harus memahami sifat dasar superkonduktivitas. Superkonduktor dapat sepenuhnya menolak medan magnet di bawah suhu kritisnya (Tc), sebuah fenomena yang disebut efek Meissner. Saat suhu menurun, kekuatan medan kritis meningkat, mencapai nilai maksimum mendekati nol mutlak (0 K). Akan tetapi, pada suhu kritis, bahkan medan magnet eksternal terlemah pun menghancurkan keadaan superkonduktor, sehingga kekuatan medan kritis menjadi nol.
Untuk superkonduktor tipe-I, selama transisi superkonduktor, perubahan mendadak dalam kapasitas panas biasanya terkait dengan kemiringan medan kritis, yang menunjukkan bahwa ada hubungan erat antara karakteristik perubahan fase material dan medan magnet.
Jika berbicara tentang berbagai jenis superkonduktor, superkonduktor Tipe II menunjukkan perilaku yang lebih kompleks. Saat medan magnet eksternal melampaui medan kritis yang lebih rendah (Hc1), keadaan hibrida tercipta - medan magnet eksternal dapat masuk melalui "saluran" di dalam material, sementara area di sekitar saluran ini tetap bersifat superkonduktor. Dalam kondisi seperti itu, perilaku material menjadi lebih rumit. Seiring meningkatnya medan magnet, jarak antara saluran-saluran ini akan semakin dekat, dan akhirnya ketika medan kritis atas (Hc2) tercapai, keadaan superkonduktor akan hancur total.
Medan kritis atas mengacu pada kerapatan fluks magnet yang sepenuhnya menekan superkonduktivitas pada nol absolut. Nilai ini biasanya bervariasi dari satu bahan ke bahan lainnya dan terkait erat dengan suhu kritis (Tc) dan faktor-faktor lainnya.
Untuk superkonduktor tipe II, ketika intensitas medan magnet eksternal mencapai medan kritis atas, bahan tersebut tidak akan dapat mempertahankan karakteristik non-resistensinya. Penelitian terkini menunjukkan bahwa medan kritis atas terkait erat dengan panjang koherensi (ξ) bahan tersebut, sehingga memberikan ide-ide baru untuk memprediksi perilaku superkonduktor dalam kondisi ekstrem.
Medan kritis bawah mengacu pada kerapatan medan magnet di mana fluks magnet mulai menembus ke dalam superkonduktor Tipe II. Pada titik ini, batas antara sifat superkonduktor dan konduktor biasa menjadi kabur.
Selain itu, pengukuran geometri medan kritis juga merupakan masalah yang perlu diperhatikan. Medan kritis biasanya ditetapkan untuk sampel silinder dengan simetri tertentu, dan dapat mengakibatkan perilaku yang berbeda dalam bentuk lain. Fenomena fisik ini sangat memengaruhi kinerja dalam aplikasi praktis seperti kabel superkonduktor dan peralatan komputasi kuantum.
Singkatnya, medan kritis superkonduktor adalah bidang penelitian yang kompleks dan menantang. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemahaman kita tentang fenomena ini terus bertambah dalam. Bagaimana penelitian masa depan akan lebih jauh mengungkap misteri superkonduktivitas, terutama perilakunya di lingkungan ekstrem, akan menjadi topik penting bagi para ilmuwan. Hal ini membuat orang berpikir: Bisakah kita menggunakan fenomena superkonduktor ini untuk mendorong kemajuan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam waktu dekat?