Jauh di dalam lautan terbuka, sedimen laut terakumulasi secara diam-diam selama puluhan juta tahun, berubah warna dan komposisinya menjadi unik, menjadikannya salah satu bagian paling misterius di lautan Bumi. Tanah liat berwarna merah dan cokelat sering kali memicu pemikiran orang tentang asal usulnya, dan keberadaannya terkait erat dengan ekosistem laut.
Berdasarkan komposisinya, sedimen laut dapat dibagi menjadi tiga jenis utama: sedimen silika, sedimen kapur, dan laterit.
Sedimen ini sebagian besar terdiri dari puing-puing biologis mikroskopis, seperti fitoplankton atau cangkang lunak zooplankton, serta partikel tanah liat dan abu vulkanik dari daratan. Warna lautan, terutama warna cokelat kemerahan dari tanah liat ini, terkait dengan banyak faktor lingkungan, termasuk jarak dari daratan, kedalaman air, dan produktivitas lautan.
Klasifikasi sedimen laut bergantung pada komposisi dan asal-usulnya, dan materi tersuspensi merah dalam lempung terkait erat dengan keanekaragaman sumber biologis. Partikel-partikel kecil yang tenggelam terakumulasi di dasar laut, membentuk sedimen merah dan cokelat yang tampak. Sedimen ini mungkin mengandung hingga 30% atau lebih puing biologis.
Apa pun komposisinya, semua sedimen terakumulasi pada tingkat yang sangat lambat, tidak lebih dari beberapa sentimeter per seribu tahun.
Lempung merah, juga dikenal sebagai lempung cokelat, terakumulasi terutama di daerah terdalam dan paling terpencil di lautan. Jenis lempung ini mengandung kurang dari 30% materi biogenik dan terbentuk terutama oleh pelarutan partikel biogenik kalsium dan silika. Endapan tersebut mengandung kuarsa aeolian, mineral lempung, abu vulkanik, dan sejumlah kecil sisa-sisa mikrofosil silika, dan memiliki rona cokelat kemerahan, terutama karena pengaruh oksida besi dan mangan yang melapisinya.
Pembentukan lempung ini terkait erat dengan jalur pengangkutannya. Banyak sedimen yang diangkut ke laut dalam dari sumber daratan yang jaraknya ribuan kilometer, tersuspensi oleh angin atau arus laut. Partikel lempung halus ini tetap tersuspensi di dalam air, mungkin selama beberapa dekade, sebelum perlahan-lahan mengendap di dasar, suatu proses yang juga dapat terjadi melalui agregasi dan integrasi dengan kotoran hewan.
Karakteristik lempung merah dan cokelat terkait dengan sejarah geografisnya, yang juga mencerminkan perubahan ekologi dan lingkungan di laut dalam.
Warna sedimen ini bukan hanya ciri fisik, tetapi juga indikator status ekologis lautan. Tanah liat merah dan coklat terakumulasi terutama di daerah yang kurang produktif, sehingga para ilmuwan dapat menggunakan warna tersebut untuk menyimpulkan kesehatan dan polusi lautan. Keberadaannya mencerminkan perubahan ekologis di laut dalam, yang layak untuk dieksplorasi dan dipahami lebih lanjut.
Seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, penelitian tentang sedimen laut menjadi semakin mendalam, terutama analisis tanah liat merah dan coklat, yang dapat mengungkap lebih banyak rahasia laut yang belum tereksplorasi. Para ilmuwan berharap dapat menggunakan sedimen ini untuk merekonstruksi perubahan iklim purba dan dampaknya terhadap ekologi laut.
Seiring dengan terus berkembangnya warna sedimen sebagai respons terhadap perubahan iklim saat ini, hal ini juga mendorong kita untuk bertanya: Bagaimana lautan di masa depan akan berubah akibat aktivitas manusia?