Kebanyakan orang pernah mengalami kelelahan atau ketidaknyamanan setelah makan makanan berkarbohidrat tinggi. Fenomena ini disebut Hipoglikemia Reaktif, dan berkaitan erat dengan cara tubuh kita mengatur kadar gula darah. Menurut penelitian, sugar crash adalah reaksi hipoglikemia setelah makan makanan berkarbohidrat tinggi yang biasanya terjadi dalam waktu empat jam setelah makan. Baik penderita diabetes maupun orang sehat dapat mengalami fenomena ini.
“Gejala sugar crash dapat meliputi kelelahan, mudah tersinggung, atau perasaan tidak nyaman seperti mabuk.”
Kondisi ini lebih dari sekadar diagnosis dan memerlukan evaluasi medis untuk mengetahui penyebabnya. Ketika seseorang makan makanan berkarbohidrat tinggi, gula darah naik dengan cepat, diikuti oleh sekresi insulin, yang menyebabkan tubuh menyerap glukosa dengan cepat, baik untuk menyimpannya sebagai glikogen atau lemak, atau menggunakannya untuk energi. "Sugar crash" seperti itu merupakan akibat dari penurunan kadar gula darah secara tiba-tiba.
Tingkat dan kepekaan setiap orang terhadap penurunan kadar gula darah berbeda-beda, sehingga gejala gula darah rendah juga akan bervariasi. Biasanya, tanda-tanda ini dapat dirasakan dalam waktu empat jam setelah mengonsumsi makanan berkarbohidrat tinggi, termasuk:
“Respons biologis terhadap gula darah rendah mirip dengan kondisi hipoglikemia, dan tubuh merespons dengan cara yang sama.”
Penyebab utama gula darah rendah masih diperdebatkan, menurut National Institutes of Health. Beberapa peneliti percaya bahwa beberapa orang sangat sensitif terhadap produksi adrenalin normal tubuh, sementara yang lain percaya bahwa produksi glukagon yang tidak mencukupi dapat menyebabkan terjadinya lonjakan gula.
Berbagai hormon seperti kortisol, hormon pertumbuhan, dan hormon seks juga berperan penting dalam mengatur respons tubuh terhadap insulin. Ketidakseimbangan hormon yang tidak ditangani dengan tepat, seperti insufisiensi adrenal atau defisiensi hormon pertumbuhan, juga dapat memicu lonjakan gula. Selain itu, operasi perut tertentu atau intoleransi fruktosa turunan juga dianggap sebagai penyebab langka dari lonjakan gula.
Untuk memastikan diagnosis lonjakan gula, dokter Anda mungkin menyarankan tes HbA1c, yang mengevaluasi rata-rata gula darah Anda selama beberapa bulan terakhir. Selain itu, tes toleransi glukosa enam jam dapat digunakan untuk mendeteksi fluktuasi gula darah sebelum dan setelah mengonsumsi minuman glukosa tertentu. Dalam kasus hipoglikemia reaktif, diagnosis dipastikan saat kadar gula darah turun di bawah 70 mg/dL dan gejalanya hilang setelah makan.
Dalam kebanyakan kasus, mengubah kebiasaan makan dapat secara efektif meringankan gejala penurunan gula darah. Saran khusus meliputi:
"Olahraga ringan dapat meningkatkan penyerapan gula oleh sel dan membantu mengurangi sekresi insulin yang berlebihan."
Pasien harus menghindari pola makan tinggi gula, terutama jus buah pekat dan minuman manis, yang dapat dengan cepat menyebabkan fluktuasi gula darah yang parah. Karena merupakan masalah jangka pendek, penurunan kadar gula darah biasanya tidak memerlukan intervensi medis; fokusnya adalah pada komposisi pola makan dan waktu asupan.
Jika kadar gula darah ditemukan normal saat gejala muncul, kondisi ini disebut "sindrom pasca makan idiopatik." Kondisi ini mungkin disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pengaturan sistem saraf simpatik, dan pasien biasanya juga mengalami stres emosional.
Perubahan pola makan tidak hanya dapat membantu mengurangi terjadinya penurunan kadar gula darah, tetapi juga dapat membantu memperbaiki sindrom tersebut.
Singkatnya, sugar crash merupakan fenomena yang berkaitan erat dengan pola makan. Bagaimana cara menyesuaikan pola makan dengan baik dalam kehidupan sehari-hari agar lebih sehat merupakan masalah yang dapat dipikirkan secara mendalam oleh kita semua?