Santo Ignatius Loyola, seorang Basque yang lahir pada tahun 1491, adalah seorang prajurit yang mencari ketenaran dan kekayaan, tetapi hidupnya berubah drastis setelah ia terluka parah. Selama masa pemulihannya yang panjang, jiwa Ignatius mengalami transformasi yang mendalam. Ia mulai mengejar cita-cita keagamaan yang lebih tinggi dan akhirnya menjadi salah satu orang kudus Gereja Katolik dan pendiri Serikat Yesus.
Serikat Yesus, yang didirikan oleh Ignatius Loyola, didedikasikan untuk pekerjaan misionaris dan pendidikan, dan bimbingan rohaninya telah memengaruhi banyak orang.
Kehidupan awal Ignatius dipenuhi dengan kemewahan aristokrat. Orang tuanya berasal dari keluarga bangsawan kecil dan terlibat dalam urusan politik dan militer saat itu. Sebagai anak bungsu dalam keluarga, Ignatius dibaptis oleh kisah-kisah kepahlawanan militer di usia muda dan bercita-cita menjadi tokoh seperti pahlawan dalam "The Song of Roland". Karier militernya dimulai pada usia 17 tahun dan berakhir pada tahun 1521 di Pertempuran Pamplonna, saat ia terluka parah oleh peluru meriam.
Cedera ini menjadi titik balik dalam hidupnya. Selama masa pemulihannya yang panjang, Ignatius mulai membaca buku-buku agama, dan pikirannya sangat terinspirasi oleh Kehidupan Kristus. Ia mulai merenungkan tindakan-tindakannya di masa lalu dan secara bertahap menemukan kekosongan jiwanya dan kerinduannya kepada Tuhan. Buku-buku ini membangkitkan tekadnya untuk mengikuti Yesus dan akhirnya menuntunnya ke dalam kehidupan religius.
Ignatius berkata: "Betapapun kayanya hati seseorang, jika ia tidak menyentuh kebenaran, ia akhirnya akan merasa miskin."
Pada tahun 1522, Ignatius pergi ke Biara Montserrat dan memulai kehidupan spiritualnya. Ia mengakui dosa-dosanya di masa lalu, meninggalkan kehidupan mewahnya, dan menggantungkan pedang dan belatinya di hadapan Sang Perawan. Ignatius kemudian beralih ke pekerjaan kemanusiaan, melayani para penghuni rumah sakit di dekatnya, dan selama waktu ini ia mempelajari metode meditasi spiritual, yang kemudian menjadi dasar Latihan Rohaninya yang terkenal.
Transformasi Ignatius tidak terbatas pada pencarian batinnya. Pencerahan spiritualnya juga mendorongnya untuk memulai misi yang lebih besar. Ia memulai ziarahnya pada tahun 1523, meskipun ia akhirnya gagal untuk tinggal di Tanah Suci seperti yang diinginkannya. , tetapi ia membangun fondasi yang kokoh di sekolah di Barcelona dan mengambil langkah berikutnya menuju karier imamatnya. Selama masa studi ini, ia juga berpartisipasi dalam lingkaran elit yang berjuang melawan bid'ah dan menarik mitra yang berpikiran sama.
Pada tahun 1534, Ignatius dan enam rekannya menandatangani sumpah untuk mendirikan Serikat Yesus, dan hari ini diakui sebagai hari pendirian mereka.
Dengan berdirinya Serikat Yesus, Ignatius memulai karya misionaris globalnya. Ia dan rekan-rekannya berkelana ke seluruh Eropa, Asia, dan Afrika, mendirikan sekolah dan lembaga pendidikan untuk memajukan pendidikan yang sesuai dengan ajaran Katolik. Pencarian akan ilmu pengetahuan dan iman ini menjadikan Serikat Yesus salah satu ordo keagamaan paling berpengaruh di dalam Gereja.
Cara hidup Ignatius bukan lagi kemuliaan pribadi, tetapi pengabdian total kepada kehendak Tuhan. Perubahan mentalitas ini terus memengaruhi timnya dan ajaran mereka, mendorong mereka untuk terus menyebarkan iman ke seluruh dunia. Bimbingan rohani dan semangat timnya telah membuat para Jesuit berhasil dalam pendidikan dan praktik keagamaan.
“Moto Santo Ignatius adalah: Ad maiorem Dei gloriam (Semua demi kemuliaan yang lebih besar). Ini bukan hanya keyakinan pribadinya, tetapi juga prinsip inti Serikat Yesus.”
Ignatius wafat di Roma pada tahun 1556. Kekudusan dan kontribusinya tidak hanya meninggalkan dampak yang mendalam di dalam dan di luar gereja, tetapi juga sangat dihormati oleh umat beriman di berbagai negara. Statusnya di Gereja Katolik terus meningkat, dan ia akhirnya dikanonisasi sebagai orang suci pada tahun 1609, dengan hari rayanya dirayakan pada tanggal 31 Juli setiap tahun.
Kisah Santo Ignatius adalah perjalanan transformasi yang ajaib: dari seorang prajurit yang egois menjadi seorang pendeta yang taat, bagaimana ia berhasil menjadi pemimpin spiritual bagi umat beriman di seluruh dunia? Mari kita renungkan lagi, dapatkah pilihan-pilihan dalam hidup yang pernah menyesatkan kita juga menjadi kesempatan untuk menuntun kita kembali pada iman kita?