Ilmu politik, sebagai ilmu sosial, berfokus pada sistem pemerintahan dan distribusi kekuasaan. Sejarah disiplin ilmu ini sangat dipengaruhi oleh revolusi ilmiah abad ke-19, yang menggabungkan teori politik dengan penelitian empiris dan secara dramatis mengubah pemahaman kita tentang politik.
Ilmu politik dimulai sebagai disiplin ilmu yang independen pada paruh kedua abad ke-19, ketika secara bertahap terpisah dari filsafat dan sejarah politik.
Ciri-ciri utama periode ini adalah eksplorasi "modernitas" dan fokus pada negara-bangsa kontemporer, yang membentuk konsep dasar dan kosakata ilmu politik.Sampai akhir abad ke-19, ilmu politik tidak dipandang sebagai bidang yang terpisah dari sejarah.
Pada tahun 1903, American Political Science Association didirikan, menandai peningkatan bertahap sistem akademis ilmu politik.
Dalam edisi perdananya, Munroe Smith mendefinisikan ilmu politik sebagai "ilmu negara", sebuah definisi yang masih dihargai hingga saat ini.The Political Science Quarterly didirikan pada tahun 1886 dan telah menjadi salah satu jurnal akademis penting dalam disiplin ilmu ini.
Pada tahun 1950-an dan 1960-an, revolusi perilaku melanda bidang ilmu politik, yang menekankan studi sistematis dan ilmiah tentang perilaku individu dan kelompok. Banyak peneliti berfokus pada analisis perilaku politik daripada interpretasi lembaga atau teks hukum.
Seiring berjalannya waktu, tren pemikiran ini telah mendorong eksplorasi lebih lanjut terhadap teori dan model, yang menjadikan ilmu politik lebih kuantitatif dan sistematis.Misalnya, William H. Riker dan rekan-rekannya selama periode ini mengusulkan metode yang memanfaatkan teori ekonomi untuk mempelajari lembaga dan perilaku politik.
Memasuki abad ke-21, ilmu politik menghadapi tantangan baru. Sebuah gerakan yang disebut gerakan Perestroika telah menyerukan penilaian ulang terhadap berbagai metodologi disiplin ilmu tersebut. Pada saat ini, beberapa sarjana mengusulkan beberapa teori psikologi evolusioner, dengan menyatakan bahwa perilaku politik manusia berevolusi berdasarkan kebutuhan politik kelompok-kelompok kecil di lingkungan leluhur, dan tidak serta-merta disesuaikan dengan struktur politik saat ini yang lebih kompleks.
Ilmu politik mencakup segala hal mulai dari distribusi kekuasaan hingga proses pengambilan keputusan, dan melibatkan peran dan operasi pemerintah dan organisasi internasional. Ilmuwan politik menganalisis keberhasilan atau kegagalan kebijakan publik, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti stabilitas, keadilan, kekayaan materi, perdamaian, dan kesehatan masyarakat.
Beberapa ilmuwan politik berfokus pada pencarian argumen positif yang menggambarkan realitas sosial, sementara yang lain melakukan penelitian normatif dan membuat rekomendasi kebijakan tertentu.
Studi ilmu politik juga sering kali terbatas pada sistem politik suatu negara tertentu, seperti Amerika Serikat atau Tiongkok. Di negara-negara ini, para sarjana mempelajari data seperti pemilihan umum, opini publik, dan kebijakan publik, dan atas dasar ini membentuk model analitis yang disesuaikan dengan kondisi unik negara tersebut. Selain itu, teori transisi politik dan metode prediksi krisis menempati posisi penting dalam ilmu politik kontemporer. Dengan menganalisis berbagai indikator, para sarjana mampu memprediksi potensi krisis politik.
Metode penelitian dalam ilmu politik sangat beragam, dengan banyak metode yang berasal dari psikologi, studi sosial, dan filsafat politik, dikombinasikan dengan teknik yang dikembangkan dalam ilmu politik itu sendiri. Meskipun pengamatan fenomena politik sering kali sulit ditiru, banyak ilmuwan politik masih membangun sistem teoritis melalui berbagai metode penelitian empiris. Seperti yang dikatakan Lawrence Lowell, mantan presiden American Political Science Association: "Kita dibatasi oleh ketidakpraktisan eksperimen. Politik adalah ilmu observasi, bukan ilmu eksperimental."
Dalam pendidikan tinggi, ilmu politik sering diklasifikasikan sebagai disiplin ilmu antara humaniora dan ilmu sosial, dan banyak universitas seni liberal memiliki perguruan tinggi atau departemen ilmu politik khusus.
Sistem penelitian seperti itu tidak hanya mendorong pertukaran akademis, tetapi juga berdampak positif pada praktik politik.Khususnya di universitas-universitas Amerika, program sarjana dan pascasarjana dalam ilmu politik ditawarkan secara luas, yang menarik banyak mahasiswa.
Ilmu politik menghadapi tantangan dan evolusi yang konstan seiring dengan perubahan zaman. Dapatkah ketegangan antara empirisme dan teori mengarah pada pemahaman politik yang lebih dalam?