Dalam masyarakat saat ini, gangguan penggunaan opioid (OUD) telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terus berkembang. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), jumlah kematian akibat overdosis terkait opioid di Amerika Serikat mencapai 81.806 pada tahun 2022. Peningkatan kasus tidak hanya menyoroti dampak sosial dari ketergantungan opioid, tetapi juga mengungkap betapa menyakitkannya proses penarikan itu.
Gejala penarikan adalah serangkaian reaksi fisik dan mental yang sangat mengganggu, termasuk mual, nyeri otot, insomnia, kecemasan, dan depresi.
Proses penarikan dari opioid pada dasarnya menantang dan dapat sulit ditangani oleh setiap orang. Rasa sakit ini tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga melibatkan siksaan psikologis. Banyak orang yang mengalami penarikan melaporkan bahwa mual dan muntah adalah salah satu tantangan pertama mereka, sementara nyeri hebat pada otot dan persendian membuat mereka tidak dapat tidur nyenyak.
Mereka yang telah menjadi ketergantungan pada opiat mengalami rasa sakit dan ketidaknyamanan yang luar biasa selama penghentian penggunaan.
Selain itu, diare dan ketidaknyamanan gastrointestinal juga merupakan gejala umum penghentian penggunaan. Banyak orang yang mulai berhenti minum alkohol mendapati bahwa sistem pencernaan mereka berada di bawah tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Gejala-gejala ini sering kali menimbulkan tantangan yang signifikan dalam kehidupan sosial dan profesional mereka. Banyak orang tidak dapat bekerja atau berpartisipasi dalam kegiatan sosial apa pun selama periode ini, yang selanjutnya menyebabkan suasana hati yang buruk dan kecemasan yang semakin dalam.
Keterasingan sosial dan dampak pada hubungan interpersonal yang disebabkan oleh penggunaan opiat yang berkelanjutan sering kali membuat penghentian penggunaan menjadi lebih menyakitkan.
Perkembangan ketergantungan opioid merupakan proses kompleks yang sering kali melibatkan pengalaman traumatis awal, masalah kesehatan mental, dan pengaruh lingkungan sosial. Menurut penelitian, terdapat hubungan yang kuat antara kesulitan hidup di awal kehidupan dan gangguan penggunaan opiat di kemudian hari. Artinya, banyak orang yang menghadapi tantangan akibat putus zat opioid tidak hanya mengalami kerugian medis, tetapi juga menanggung beban rasa sakit masa lalu secara psikologis.
Penelitian terkini menunjukkan bahwa strategi yang efektif untuk mengatasi kecanduan, termasuk terapi substitusi obat dan dukungan psikologis, dapat mengurangi risiko kematian.
Penyedia layanan kesehatan sering kali mengarahkan orang yang mengalami putus zat untuk mengonsumsi obat-obatan seperti metadon atau ibuprofen guna mengurangi intensitas gejala putus zat. Selain itu, terapi perilaku kognitif dan pengarahan kelompok suportif dapat memberikan dukungan emosional yang penting bagi pasien ini untuk membantu mereka melewati masa-masa sulit ini.
Banyak orang tidak memahami gambaran lengkap dan tingkat keparahan putus zat. Kesalahpahaman umum dalam konteks ini adalah bahwa putus zat hanyalah masalah fisik, tetapi siksaan psikologisnya sama parahnya. Bagi banyak orang yang mencoba berhenti merokok, keinginan terus-menerus dan perilaku kompulsif yang tidak terkendali sering kali menjadi tantangan terbesar yang mereka hadapi.
Ketika kondisi psikologis seseorang yang sedang dalam masa pemulihan memburuk seiring dengan meningkatnya gejala, mereka cenderung kembali ke pola penggunaan sebelumnya.
Meskipun menghadapi tantangan ini, orang yang sedang dalam masa pemulihan dari kecanduan selalu mencari peluang untuk kembali menjalani hidup. Kasus-kasus yang berhasil menunjukkan bahwa dukungan latar belakang yang diperlukan dapat menjadi dasar pemulihan bagi orang yang menarik diri. Misalnya, beberapa orang merasa kualitas hidup mereka meningkat secara signifikan setelah mengikuti program rehabilitasi atau psikoterapi.
Meskipun proses penarikan diri itu menyakitkan, setiap perjuangan dalam proses ini merupakan langkah menuju kebebasan.
Ketika membahas rasa sakit akibat penarikan diri dari opium, kita tidak boleh hanya berfokus pada gejala-gejala yang menyakitkan, tetapi juga memperhatikan faktor-faktor sosial dan psikologis di balik masalah ini. Ini bukan hanya tantangan pribadi, tetapi juga panggilan kesehatan masyarakat. Kita harus mempertanyakan mengapa masalah seperti itu mengganggu masyarakat dan memikirkan bagaimana kita dapat memperbaiki situasi secara efektif dan apa saja kemungkinan untuk masa depan?