Di pasar konsumen saat ini, merek tidak hanya menjadi tanda produk, tetapi juga membentuk hubungan yang mendalam dengan konsumen. Selama setengah abad, akademisi telah mengeksplorasi hubungan antara konsumen dan merek ini untuk memahami cara mempromosikan loyalitas merek, nilai seumur hidup pelanggan, dan isu-isu terkait seperti advokasi merek. Dengan kemajuan penelitian akademis yang berkelanjutan, terutama sejak tahun 1990-an, hubungan antara merek dan konsumen secara bertahap mendapat perhatian, membentuk jalur penelitian baru.
Merek sendiri juga merupakan mitra aktif, dan peran sosial serta interaksinya dengan konsumen telah menarik perhatian luas dari kalangan akademisi dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut banyak penelitian, membangun hubungan merek melibatkan hubungan emosional, identifikasi, dan komitmen jangka panjang konsumen terhadap merek. Hubungan ini dapat dilihat sebagai interaksi yang mirip dengan hubungan interpersonal. Dalam tinjauan pustaka mereka tahun 2014, Fetscherin dan Heinrich menyebutkan bahwa penelitian hubungan merek saat ini telah berkembang ke persimpangan berbagai disiplin ilmu, yang melibatkan psikologi, antropologi, sosiologi, dan bidang lainnya.
Komunitas merek mengacu pada sekelompok konsumen yang memiliki perasaan mendalam terhadap suatu merek. Komunitas ini tidak hanya terbatas pada minat pembelian yang sama terhadap merek, tetapi juga mencerminkan resonansi konsumen terhadap budaya dan nilai merek. Misalnya, beberapa konsumen mungkin bergabung dengan beberapa komunitas penggemar Apple karena kecintaan mereka terhadap produk Apple, di mana anggota komunitas ini berbagi pengalaman penggunaan dan menjaga citra merek.
Anggota komunitas merek biasanya terus menunjukkan dukungan terhadap suatu merek bahkan ketika menghadapi publisitas negatif tentang merek tersebut. Fenomena ini layak dieksplorasi dalam studi loyalitas merek.
Fournier (1998) memberikan klasifikasi yang mencakup 15 jenis hubungan merek, termasuk loyalitas merek, kepercayaan bersama, komitmen, kecintaan terhadap merek, dll. Merek dapat membangun hubungan sosial dengan konsumen baik pada tingkat emosional maupun intelektual berdasarkan pengalaman dan harapan mereka.
Misalnya, "kecintaan" sebagian konsumen terhadap suatu merek tercermin dalam kesediaan mereka untuk berpartisipasi dalam aktivitas merek, berbagi cerita merek, dan bahkan memiliki harapan tinggi terhadap kinerja merek di masa mendatang. Interaksi semacam ini tidak hanya membantu merek mengaktifkan emosi konsumen, tetapi juga mendorong pembentukan komunitas merek.
Konsep hubungan emosional dengan suatu merek, atau keintiman merek, sangat penting bagi keberhasilan suatu merek. Penelitian menunjukkan bahwa hubungan emosional dibangun dalam berbagai tahap: berbagi, menghubungkan, dan menyatu. Selama tahap-tahap ini, hubungan antara konsumen dan merek terus terjalin, yang pada akhirnya membentuk hubungan yang sangat penting.
Dalam pengembangan merek, "umpan balik emosional" sering kali melampaui pemikiran rasional dan menjadi kunci keputusan pembelian konsumen.
Hubungan merek yang positif biasanya menghasilkan sejumlah hasil positif, termasuk peningkatan promosi dari mulut ke mulut, niat pembelian, dan loyalitas pelanggan. Namun, hubungan merek juga dapat memiliki konsekuensi negatif, seperti promosi dari mulut ke mulut yang negatif dan pergantian pelanggan. Dalam keadaan seperti itu, manajemen dan strategi merek yang efektif sangat penting.
Menghadapi persaingan pasar yang semakin ketat, banyak merek mulai mengalihkan fokus mereka dari sekadar menarik pelanggan baru ke memperkuat hubungan dengan pelanggan yang sudah ada. Penelitian menunjukkan bahwa hubungan konsumen-merek yang kuat tidak hanya mengurangi biaya pemasaran, tetapi juga meningkatkan nilai merek dan meningkatkan laba.
Singkatnya, hubungan antara konsumen dan merek bukan hanya interaksi ekonomi, tetapi juga hubungan emosional. Bagaimana merek dapat menemukan posisi mereka dalam hubungan ini dan mendorong terbentuknya komunitas merek akan menjadi topik yang layak untuk ditelusuri secara mendalam di masa mendatang. Ketika dihadapkan dengan perubahan pasar dan pergeseran permintaan konsumen, dapatkah merek mempertahankan keunikan mereka dan memperdalam hubungan mereka dengan pelanggan? Pertanyaan ini membuat orang berpikir.