Di alam, laba-laba sosial menunjukkan bentuk perilaku kooperatif yang tidak biasa. Laba-laba ini menunjukkan daya tangkap yang kuat dengan hidup berkelompok daripada berjuang untuk bertahan hidup sendirian. Meskipun sebagian besar laba-laba hidup sendiri dan bahkan saling menyerang, beberapa laba-laba memilih untuk berkumpul dalam kelompok yang terdiri dari ribuan laba-laba. Kehidupan berkelompok seperti itu memungkinkan mereka untuk menangkap mangsa yang lebih besar dari mereka, seperti burung kecil, kelelawar, dan bahkan serangga besar.
Laba-laba sosial biasanya hidup di daerah tropis, tempat mangsa berlimpah dan menyediakan sumber makanan yang besar.
Kelompok laba-laba sosial ini meningkatkan efisiensi penangkapan mangsa dengan menjalin jaring besar bersama-sama, yang memungkinkan setiap laba-laba memperoleh lebih banyak makanan melalui kerja sama jaringan. Karena beberapa laba-laba dapat berburu mangsa bersama-sama, mereka sering kali dapat menangkap objek yang jauh lebih besar dari mereka sendiri. Kerja sama ini tidak hanya menguntungkan kegiatan berburu, tetapi juga membawa manfaat yang jelas dalam pemeliharaan sarang. Daripada satu laba-laba membangun dan memelihara jaring sendirian, seluruh koloni laba-laba berpartisipasi bersama-sama, yang tidak hanya menghemat energi setiap individu tetapi juga membuat sarang mereka lebih kuat.
Laba-laba sosial secara mengejutkan berhasil menangkap mangsa karena jaring yang mereka bangun cukup besar dan memiliki banyak laba-laba yang bekerja sama untuk mengalahkan mangsa. Strategi berburu ini memungkinkan mereka untuk secara efektif mempertahankan diri dari ancaman dari predator atau pencuri lainnya.
Dalam koloni laba-laba sosial yang besar, hingga 50.000 individu dapat hidup dan berburu bersama.
Laba-laba sosial ini menunjukkan berbagai tingkat perilaku sosial. Menurut penelitian, selama evolusi laba-laba sosial, fenomena sosial telah muncul secara independen hampir dua puluh kali. Perilaku sebagian besar laba-laba sosial dapat disebut parasosial, yang berarti bahwa mereka dapat bekerja sama dalam perawatan reproduksi dan menggunakan sarang yang sama, dan ada tingkat tumpang tindih generasi tertentu.
Pola perilaku yang diamati dalam masyarakat laba-laba ini dapat bervariasi tergantung pada spesiesnya. Misalnya, pada beberapa spesies, semua betina dapat berpartisipasi dalam reproduksi, sementara pada spesies lain, bias reproduksi sering terjadi, dan beberapa betina mungkin tidak dapat bereproduksi, yang mencerminkan dampak persaingan pada reproduksi ketika sumber daya terbatas. Dampaknya sangat penting.
Yang lebih menarik adalah bahwa kehidupan laba-laba sosial tidak selalu damai. Dalam proses berburu atau bersarang, mereka masih menghadapi ancaman pencuri. Meskipun struktur sosial mereka relatif stabil, kehidupan sosial seperti itu masih melahirkan persaingan dan konflik. Persaingan antara spesies tertentu menyebabkan mereka menunjukkan strategi yang berbeda untuk mendapatkan sumber makanan.
Di antara laba-laba sosial, ada juga spesies yang menunjukkan karakteristik subsosial atau kuasisosial. Ini berarti mereka dapat memilih untuk hidup berkelompok selama musim tertentu, sementara kembali ke gaya hidup menyendiri selama periode lain. Perilaku sosial yang fleksibel ini memungkinkan mereka untuk menyesuaikan pola hidup mereka saat lingkungan berubah, terutama ketika sumber daya langka. Pendekatan ini dapat membantu mereka bertahan hidup lebih baik.
Penjelasan lebih lanjut, beberapa laba-laba sosial membentuk migrasi tersinkronisasi untuk membangun koloni baru, mirip dengan serangga sosial seperti semut dan lebah.
Setelah laba-laba ini kawin, beberapa betina biasanya pindah ke sarang baru pada saat yang sama dan bertelur di lokasi baru, sehingga membentuk komunitas sosial baru. Khususnya, keragaman genetik laba-laba sosial ini relatif rendah karena biasanya hanya beberapa jantan yang berpartisipasi dengan cara yang berbeda dalam pembentukan koloni baru. Fenomena perkawinan sedarah ini akan membatasi variasi genetik dan menempatkan seluruh spesies pada risiko tertentu.
Meskipun laba-laba sosial menunjukkan kemampuan predator yang luar biasa dan bekerja sama dalam berburu dalam kelompok, bagi manusia, perilaku kooperatif ini masih layak direnungkan. Dapatkah kita mempelajari kebijaksanaan yang lebih dalam tentang kerja sama dari dunia makhluk kecil ini dan menerapkannya pada masyarakat manusia yang lebih luas?