Dunia Arab, yang membentang di Asia Barat dan Afrika Utara, memiliki dampak mendalam pada identitas nasional dan bentuk politiknya.Abad ke -19 adalah periode kritis untuk kebangkitan nasionalisme Arab.
Sebagai penyebaran nasionalisme Eropa, peremajaan bangsa Arab telah diintegrasikan ke dalam politik global yang lebih luas dan telah menjadi kekuatan dalam mencari pembebasan dan penentuan nasib sendiri.
Nasionalisme Arab di abad ke -19 bukanlah gerakan tunggal, tetapi kumpulan faktor sosial, budaya dan politik yang kompleks.Dipengaruhi oleh Renaissance dan Pencerahan, banyak pemikir Arab mulai mengusulkan kesadaran nasional dan meniru model nasionalis Eropa.Mereka percaya bahwa selama orang -orang Arab dapat bersatu, mereka dapat menyingkirkan pemerintahan kolonial asing dan mendapatkan kembali nasib mereka sendiri.
Tren nasionalis ini telah mempromosikan pengembangan literatur dan pendidikan dalam bahasa Arab, terutama bahasa sebagai simbol persatuan.Arab telah menjadi jembatan untuk pertukaran ideologis, yang telah beresonansi dengan orang -orang dari semua negara dalam budaya dan dengan demikian mengkonsolidasikan rasa identitas nasional.
Popularisasi pendidikan telah memberi pemuda Arab identitas yang lebih tinggi, sehingga mempromosikan reformasi politik domestik dan gerakan sosial.
Dalam konteks ini, Journal of Arab Literature yang diterbitkan pada tahun 1904 dan karya sastra selanjutnya telah menjadi pembawa penting nasionalisme Arab.Melalui literatur, sejarah Arab, budaya dan bahasa diwariskan, membentuk ingatan nasional yang umum.
Sebagai akhir abad ke -19 dan awal ke -20, banyak negara Arab mulai menolak pemerintahan kolonial asing.Terutama setelah berakhirnya Perang Dunia I, runtuhnya Kekaisaran Ottoman meletakkan dasar bagi kemerdekaan negara -negara Arab.Dengan munculnya nasionalisme, banyak negara yang muncul mulai terbentuk, seperti Republik Uni Arab dan Kerajaan Yordania, dan pendirian negara -negara ini melambangkan kembalinya orang -orang Arab dalam kejayaan mereka sebelumnya.
Namun, tren ini tidak lancar, dengan perselisihan politik internal dan intervensi eksternal yang telah menempatkan sebagian besar negara Arab dalam tantangan besar.Permusuhan dan pembagian antara satu sama lain telah membuat gerakan nasionalis ini sangat sulit dalam praktik.
Dari pendirian Liga Arab pada tahun 1945, kita dapat melihat visi negara -negara Arab berharap untuk bekerja sama dan berkembang.
Namun, sejak 1948, dunia Arab secara bertahap menghadapi tantangan yang disebabkan oleh konflik Arab-Israel.Pembentukan Israel dan perang selanjutnya membentuk kembali lanskap geopolitik dunia Arab dan memaksa negara -negara Arab untuk mencari kerja sama dalam menghadapi ancaman eksternal.
Nasionalisme Arab di abad ke -20 menghadapi tekanan internal dan eksternal dan secara bertahap berubah menjadi gerakan politik yang beragam.Berbagai negara telah mengembangkan formasi nasionalis yang berbeda berdasarkan latar belakang historis masing -masing.Namun, tujuan pengakuan universal tetap menjadi kemerdekaan, penentuan nasib sendiri dan pembentukan negara yang kuat milik bangsa Arab.
Keberhasilan nasionalisme Arab mencerminkan pemahaman tentang harga diri nasional dan pentingnya politik internasional.
Seiring berjalannya sejarah, konsep nasionalisme Arab berlanjut dalam politik saat ini.Banyak orang muda Arab mengabdikan diri mereka untuk mempromosikan perubahan sosial, dan gagasan ini bukan hanya rekonstruksi identitas nasional, tetapi juga pemikiran ulang masa depan.Dan ketika negara -negara Arab saat ini menghadapi globalisasi dan tantangan internal, bagaimana nasionalisme mereka akan berkembang?