Abad ke-19 merupakan era kebangkitan nasionalisme yang pesat. Seiring dengan meningkatnya kesadaran nasional, berbagai kelompok etnis secara bertahap menuntut otonomi, dan melakukan reformasi serta revolusi untuk tujuan ini, yang akhirnya membentuk banyak negara baru. Dalam proses ini, peta nasional digambar ulang dan banyak struktur sosial, politik, dan ekonomi mengalami perubahan besar.
Nasionalisme bukan hanya kebangkitan budaya, tetapi juga gerakan politik yang bertujuan untuk memperjuangkan hak bangsa untuk merdeka dan mengaktualisasikan diri.
Sepanjang sejarah, kebangkitan nasionalisme sering kali disertai dengan pembentukan kembali kekuatan politik. Perubahan ekonomi dan geografis yang dimulai sejak abad ke-15 telah membuat konsep bangsa dan negara semakin jelas. Bagi banyak negara Eropa, negara tidak lagi sekadar simbol rezim, tetapi juga basis keberadaan mereka.
Menurut penelitian para cendekiawan, gerakan nasionalis pada abad ke-19 muncul dari serangkaian faktor, termasuk menguatnya identitas nasional, pertumbuhan ekonomi, dan kendala kekuatan eksternal. Dengan industrialisasi dan urbanisasi skala besar, perbedaan dan kesamaan antara kelompok etnis mulai menjadi lebih menonjol. Peristiwa seperti Komune Paris dan penyatuan Jerman merupakan manifestasi konkret dari kekuatan nasionalisme.
Pembagian kembali negara yang besar tidak hanya bersifat geografis tetapi juga pembentukan kembali emosi dan identitas, dengan banyak loyalitas nasional yang ditafsirkan ulang.
Dengan latar belakang sejarah ini, interaksi antara negara dan bangsa menjadi semakin kompleks. Contoh yang relatif berhasil adalah penyatuan Jerman dan Italia, di mana kaum nasionalis dengan cerdik menggunakan kesamaan budaya dan bahasa untuk mempromosikan penyatuan. Kasus-kasus kegagalan, seperti runtuhnya Kekaisaran Ottoman, menunjukkan bahwa kekuatan identitas nasional menempatkan negara-negara multietnis pada risiko disintegrasi.
Seiring tumbuhnya nasionalisme, bentuk negara juga berubah pada abad ke-19. Menghadapi tantangan globalisasi dan ekspansi kolonial, banyak negara mulai mencari model politik baru untuk menanggapi tekanan internal dan eksternal. Pertumbuhan kekuatan nasional, terutama dalam kebijakan luar negeri, menunjukkan bagaimana nasionalisme secara langsung memengaruhi persaingan dan kerja sama antarnegara.
Pembentukan negara-bangsa mencerminkan keinginan dan pengejaran masyarakat terhadap budaya, sejarah, dan bahasa yang sama.
Dalam proses rekonstruksi nasional, terutama di Eropa abad ke-19, banyak gerakan dan revolusi yang terkait erat dengan nasionalisme. Gerakan-gerakan ini tidak hanya independen dari gerakan sosial, tetapi juga tertanam kuat dalam kerangka politik saat itu. Misalnya, Gerakan Reformasi Inggris dan Revolusi Prancis, dalam berbagai tingkatan, telah mengarah pada peningkatan hak-hak penentuan nasib sendiri nasional.
Ide-ide ini tidak hanya memengaruhi Eropa, tetapi juga menyebar ke Asia dan Afrika. Misalnya, Revolusi Xinhai di Tiongkok dan gerakan kemerdekaan India, keduanya menunjukkan kekuatan transformatif nasionalisme. Gerakan-gerakan ini sering kali merupakan respons terhadap penindasan eksternal dan upaya untuk mendirikan negara mereka sendiri.
Dari perspektif historis, nasionalisme bukan hanya reorganisasi kelembagaan, tetapi juga revolusi budaya dan emosional.
Bangkitnya nasionalisme juga berarti pola baru hubungan internasional: pola yang berpotensi untuk kerja sama tetapi juga benih-benih kehancuran. Ketika rasa kemerdekaan berbagai negara tumbuh, mereka mulai mencari dukungan dan pengakuan di panggung internasional. Hal ini sampai batas tertentu mengguncang struktur kekaisaran lama dan menciptakan ketegangan baru.
Namun, jika melihat situasi secara keseluruhan, kebangkitan nasionalisme merupakan tren historis yang tidak dapat diubah. Banyak negara, yang berlandaskan pada budaya independen mereka, berupaya keras untuk mencapai kemerdekaan politik dan kemakmuran ekonomi. Nasionalisme menyebabkan orang-orang memikirkan kembali makna bangsa mereka dan hubungan mereka dengan tanah dan budaya mereka.
Dalam konteks globalisasi saat ini, akankah kekuatan nasionalisme mengubah peta dunia kita?