Hubungan sekolah dengan penjara: Mengapa hukuman di sekolah menyebabkan kejahatan di masa mendatang?

Di banyak negara, kenakalan remaja dianggap sebagai masalah sosial yang penting. Seiring dengan semakin mendalamnya pembahasan tentang sistem peradilan pidana remaja, hubungan antara sekolah dan penjara secara bertahap mulai diperhatikan oleh para akademisi. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa mungkin ada hubungan erat antara cara hukuman digunakan di sekolah dan perilaku kriminal remaja di masa mendatang. Artikel ini akan membahas bagaimana sistem hukuman sekolah menjadi bagian dari jalan menuju kejahatan bagi kaum muda dan kemungkinan solusinya.

Sekolah semakin banyak menerapkan hukuman yang keras, tetapi tindakan ini dapat menjadi bumerang dan membuat remaja lebih rentan terhadap siklus perilaku kriminal, menurut penelitian.

Pertama, mari kita pahami konsep "jalur sekolah ke penjara." Ini merujuk pada fenomena di mana siswa berakhir di sistem peradilan pidana sebagai akibat dari masalah disiplin di sekolah, khususnya dalam penggunaan hukuman. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa hukuman yang lebih berat di sekolah, termasuk skorsing dan pengusiran, berkorelasi dengan kenakalan remaja di kemudian hari. Hukuman-hukuman ini tidak hanya merusak rasa prestasi akademik siswa, tetapi juga mengisolasi mereka dari lingkungan pendidikan formal, sehingga meningkatkan risiko marginalisasi dan pengucilan.

Menurut survei oleh pemerintah AS, hampir sepertiga siswa telah dihukum karena kesalahan kecil di sekolah menengah, yang membuat banyak siswa merasa terisolasi dan disalahpahami. Begitu siswa mengalami terlalu banyak hukuman, mereka mungkin mulai percaya bahwa sekolah dan masyarakat dewasa tidak mendukung mereka, dan keyakinan ini dapat menyebabkan mereka beralih ke perilaku kriminal untuk melawan ketika menghadapi kegagalan atau frustrasi.

Data menunjukkan bahwa pengenalan lebih banyak polisi ke lingkungan sekolah dan penggunaan kebijakan tanpa toleransi untuk menangani masalah perilaku siswa tidak diragukan lagi telah menyebabkan kriminalisasi perilaku remaja dan masuknya mereka ke dalam sistem peradilan anak.

Menurut sebuah studi tahun 2018, banyak siswa yang dihukum karena kesalahan kecil karena kebijakan tanpa toleransi, yang memperdalam penolakan mereka terhadap sekolah dan membuat mereka lebih mungkin untuk keluar lebih awal, putus sekolah, dan akhirnya terjerumus ke jurang kejahatan. Data menunjukkan bahwa remaja yang dihukum cenderung berprestasi buruk secara akademis dan bahkan 68% kemungkinan putus sekolah karena hukuman.

Selain sistem hukuman di sekolah, lingkungan keluarga dan lingkaran sosial remaja juga memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku mereka. Studi telah menunjukkan bahwa gaya pengasuhan orang tua, interaksi dengan anak-anak mereka, dan situasi ekonomi keluarga semuanya dapat memengaruhi perkembangan psikologis remaja. Jika lingkungan keluarga penuh dengan konflik dan ketidakstabilan, remaja sering kali rentan terhadap emosi negatif tentang sekolah, yang pada gilirannya memengaruhi cara mereka menghadapi perilaku mereka.

"Gaya pendidikan orang tua dan hubungan remaja dengan teman sebaya penting dalam memprediksi perilaku kriminal remaja."

Dalam hal pengaruh teman sebaya, banyak anak muda terjerumus ke dalam perilaku kriminal karena kurangnya hubungan baik dengan teman sebaya atau pengaruh negatif dalam lingkaran pertemanan mereka. Ada perbedaan dalam proses sosialisasi antara anak laki-laki dan perempuan selama masa remaja, yang memengaruhi cara mereka mengatasi tekanan kelompok. Bagi anak laki-laki, teman-teman yang menghabiskan waktu bersama mereka memiliki dampak yang lebih signifikan terhadap perilaku mereka, sementara anak perempuan relatif lebih dipengaruhi oleh keluarga mereka.

Untuk mengatasi masalah ini, banyak akademisi telah mengusulkan agar kita beralih dari "hukuman" ke "keadilan restoratif", yang dapat mempertimbangkan kebutuhan korban dan masyarakat serta membantu kaum muda berintegrasi kembali ke dalam masyarakat. Misalnya, sekolah dapat mengadopsi pendekatan non-hukuman seperti konseling dan intervensi pekerja sosial untuk menangani pelanggaran remaja. Pendekatan semacam itu dapat membuat siswa tetap terlibat secara akademis dan mengurangi kemungkinan mereka melakukan kejahatan di masa mendatang.

Singkatnya, hukuman sekolah, lingkungan keluarga, dan kompleksitas proses sosialisasi secara bersama-sama memengaruhi pola perilaku remaja. Hanya dengan memahami sepenuhnya hubungan antara faktor-faktor ini, kita dapat mengubah arah masa depan kejahatan remaja. Jika kita mengabaikan hubungan ini, apakah lebih banyak remaja yang tidak bersalah akan dipaksa ke jalan kejahatan?

Trending Knowledge

Kebenaran tentang kenakalan remaja: Mengapa semakin banyak remaja yang tersesat?
Di seluruh dunia, masalah kenakalan remaja menjadi semakin serius, yang membuat orang bertanya-tanya: Mengapa anak-anak muda ini memilih untuk menempuh jalan yang tidak bisa kembali ini? Kenakalan rem
nan
Pusat Komunitas Yahudi (JCC) memikul misi untuk mempromosikan budaya Yahudi dan persatuan masyarakat, menarik penduduk dari berbagai usia melalui berbagai festival.Kegiatan -kegiatan ini bukan hanya
Risiko Tersembunyi dalam Keluarga: Faktor-faktor apa yang membuat remaja lebih mungkin melakukan kejahatan?
Kenaknya anak-anak di bawah umur atau orang-orang yang usianya di bawah umur untuk melakukan kegiatan ilegal. Di Amerika Serikat, banyak faktor yang diyakini dapat menyebabkan kenakalan remaja, di ant

Responses