Saat kita meneliti misteri jantung manusia, kita menemukan bahwa beberapa orang memiliki denyut jantung yang sangat rendah (denyut jantung di bawah 60 denyut per menit), yang disebut bradikardia. Fenomena fisiologis ini tidak terbatas pada atlet atau orang muda yang sehat, tetapi terkadang terjadi bahkan pada orang yang lebih tua, dan mungkin terkait dengan berbagai proses patologis. Artikel ini membahas penyebab, gejala, dan potensi penanganan bradikardia untuk mengungkap rahasia di balik detak jantung Anda.
Menurut penelitian, denyut jantung di bawah 50 denyut per menit relatif normal saat tidur pada orang dewasa muda dan sehat serta atlet.
Bradikardia mungkin merupakan respons positif terhadap adaptasi fisiologis jantung dan, dalam banyak kasus, tidak menimbulkan gejala atau masalah kesehatan yang jelas. Namun, pada beberapa kasus, denyut jantung rendah dapat dikaitkan dengan orang dewasa yang lebih tua dan pasien dengan penyakit jantung yang mendasarinya, dan keadaan ini dapat disertai dengan gejala seperti kelelahan, kesulitan bernapas, pusing, atau bahkan pingsan. Terjadinya gejala-gejala ini biasanya bergantung pada penyebab detak jantung yang melambat.
Elektrokardiogram (EKG) merupakan alat utama untuk mendiagnosis bradikardia dan secara efektif dapat mengetahui penyebab detak jantung yang lambat.
Bradikardia sering dikaitkan dengan sistem konduksi jantung dan dapat diklasifikasikan menurut area kerusakan spesifik. Jenis yang paling umum meliputi: insufisiensi nodus sinus (SND), penyakit jantung konduksi, atau blok atrioventrikular. Ketika nodus sinoatrial jantung, pusat kendali jantung utama, menghasilkan lebih sedikit sinyal listrik, denyut jantung melambat.
Misalnya, orang yang melakukan latihan aerobik secara teratur akan memiliki kinerja jantung yang lebih baik dan mampu memompa lebih banyak darah pada setiap kontraksi. Akibatnya, orang yang sehat ini mungkin memiliki detak jantung istirahat yang lebih rendah dari biasanya, tanda adaptasi tubuh terhadap latihan kompetitif. Studi menunjukkan bahwa sekitar 50% hingga 85% atlet akan mengalami kondisi ini, sementara hanya 23% orang pada populasi umum yang akan mengalami fenomena yang sama.
Namun, dalam beberapa kasus, bradikardia dapat disebabkan oleh obat-obatan, termasuk beta-blocker, calcium channel blocker, dan obat antiaritmia.
Seiring bertambahnya usia dan dipengaruhi oleh penyakit jantung yang mendasarinya, bradikardia menjadi lebih umum. Terutama pada orang tua, sifat elektrofisiologis jantung dapat berubah seiring bertambahnya usia, yang dalam beberapa kasus mungkin memerlukan pemasangan alat pacu jantung untuk mempertahankan detak jantung normal.
Secara umum, penanganan bradikardia terutama ditentukan oleh gejala dan kesehatan pasien secara keseluruhan. Untuk pasien dengan bradikardia asimtomatik, penanganan segera biasanya tidak diperlukan. Namun, pada pasien dengan gejala yang signifikan, penyebab yang mendasarinya harus dievaluasi secara cermat untuk penanganan dan pengobatan yang tepat.
Untuk kasus di mana EKG menunjukkan kombinasi gelombang P dan kompleks QRS yang signifikan, pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menentukan apakah terdapat blok ventrikel.
Karena penyebab bradikardia sangat beragam, dokter akan mempertimbangkan berbagai faktor, seperti usia, kesehatan, dan adanya penyakit penyerta lainnya, saat merumuskan rencana penanganan untuk pasien. Dalam hal penanganan, untuk bradikardia yang disebabkan oleh obat, obat-obatan yang relevan mungkin perlu disesuaikan atau dihentikan.
Semua ini menunjukkan pentingnya penanganan kesehatan jantung dan signifikansi perbedaan individu. Haruskah kita mempelajari lebih lanjut tentang kesehatan jantung kita dan tetap berhubungan dekat dengan tenaga medis untuk menghindari potensi risiko kesehatan?