Sistem pengenalan wajah adalah teknologi yang menggunakan gambar digital atau bingkai video untuk membandingkan wajah manusia dengan wajah dalam basis data. Teknologi ini dapat ditelusuri kembali ke tahun 1960-an. Seiring kemajuan teknologi, teknologi ini telah banyak digunakan dalam telepon pintar dan produk teknologi lainnya, terutama dalam verifikasi otomatis dan perlindungan keamanan bertingkat.
Ide untuk mengembangkan sistem pengenalan wajah, yang saat ini telah menjadi teknologi biometrik yang penting, berawal dari kepercayaan terhadap aplikasi komputer saat itu.
Meskipun teknologi pengenalan wajah kurang akurat dibandingkan teknologi biometrik lainnya seperti pengenalan iris dan pengenalan sidik jari, sifatnya yang bebas kontak membuatnya banyak diadopsi. Di dunia saat ini, banyak pemerintah dan organisasi swasta yang menggunakan teknologi ini. Akan tetapi, hasilnya tidak merata, dan beberapa sistem bahkan telah dihilangkan karena kinerjanya yang buruk.
Menghadapi berbagai masalah sosial, penggunaan sistem pengenalan wajah juga telah menimbulkan banyak kontroversi, termasuk pelanggaran privasi warga negara, masalah kesalahan identifikasi, dan dorongan pelabelan gender dan ras. Kontroversi tersebut mendorong beberapa kota di AS untuk memutuskan melarang sistem pengenalan wajah. Pada tahun 2021, perusahaan media sosial Meta menutup sistem pengenalan wajah Facebook dan menghapus data pemindaian wajah lebih dari satu miliar pengguna. Perubahan ini juga melambangkan titik balik utama dalam sejarah penggunaan teknologi pengenalan wajah.
Tindakan ini tidak hanya mewakili respons Meta terhadap tanggung jawab sosial, tetapi juga memicu refleksi mendalam tentang etika teknologi di masa mendatang.
Teknologi pengenalan wajah otomatis terus berkembang sejak dirintis oleh Woody Bledsoe, Helen Chan Wolf, dan Charles Bisson pada tahun 1960-an. Sementara sistem pengenalan wajah awal memerlukan anotasi manusia, kemajuan teknologi telah memungkinkan untuk mengidentifikasi fitur wajah tanpa campur tangan manusia. Pada tahun 1970, Takeo Kanade mendemonstrasikan sistem perbandingan wajah. Meskipun akurasinya pada saat itu tidak sempurna, sistem ini menunjukkan potensi untuk masa depan.
Seiring dengan terus membaiknya teknologi, Badan Proyek Penelitian Lanjutan Pertahanan AS membentuk program FERET pada tahun 1993 untuk mengevaluasi dan mempromosikan komersialisasi teknologi pengenalan wajah. Setelah itu, banyak perusahaan mulai menggunakan hasil uji FERET untuk memasarkannya. Cakupan penerapan DMA di Amerika Serikat bahkan mencakup verifikasi identitas SIM, dan menjadi praktisi awal teknologi pengenalan wajah.
Setelah memasuki tahun 1990-an, para peneliti mulai berupaya lebih keras untuk mendeteksi wajah dalam gambar secara andal. Selama periode ini, teknologi baru seperti analisis komponen utama (PCA) muncul, yang tidak hanya meningkatkan akurasi identifikasi secara signifikan, tetapi juga mengoptimalkan efisiensi pemrosesan data. Kemudian, dengan munculnya pembelajaran mendalam, sistem pengenalan wajah modern terus mengandalkan teknologi pembelajaran mesin untuk peningkatan.
Sistem pengenalan wajah modern tidak terbatas pada pengenalan wajah statis, tetapi juga menggunakan algoritma untuk meningkatkan kemampuan pengenalan di berbagai lingkungan.
Teknologi pengenalan wajah digunakan dalam semua aspek kehidupan, termasuk keselamatan publik, keamanan penumpang, media sosial, dll. Dalam konteks Ukraina, sistem pengenalan wajah Clearview AI digunakan untuk mengidentifikasi tentara Rusia yang tewas, yang menunjukkan kegunaannya dalam kegiatan militer dan intelijen. Namun, etika dan stabilitas aplikasi semacam itu juga patut dipertimbangkan secara mendalam.
Pada saat yang sama, selain pengembangan kecerdasan buatan, dengan promosi undang-undang dan peraturan yang relevan, bagaimana menyeimbangkan batasan antara teknologi dan hak asasi manusia telah menjadi topik hangat di masyarakat saat ini.
Dengan begitu banyak aplikasi yang mendukungnya, dapatkah teknologi pengenalan wajah benar-benar menghasilkan lingkungan hidup yang lebih aman di masa depan, atau akankah teknologi ini menjadi alat untuk pengawasan yang berlebihan?