Dengan latar belakang transisi energi global, metode produksi hidrogen, khususnya hidrogen dari gas alam, telah menjadi topik yang hangat diperdebatkan. Saat ini, hidrogen tidak hanya menjadi alternatif energi, tetapi juga dipandang sebagai solusi efektif untuk mengurangi emisi karbon. Artikel ini akan membahas bagaimana industri mengekstraksi unsur menakjubkan ini dari gas alam melalui berbagai metode.
Hidrogen dapat diproduksi dengan berbagai cara, dua yang terpenting adalah steam methane reforming (SMR) dan elektrolisis air. Diperkirakan hampir 50% hidrogen dunia berasal dari steam reforming. Teknologi ini melibatkan reaksi kimia metana dengan uap air pada suhu tinggi untuk menghasilkan hidrogen dan karbon dioksida.
"Jika kita dapat menangkap sebagian besar CO2 yang dihasilkan, kita akan dapat menghasilkan apa yang disebut hidrogen biru, yang lebih ramah lingkungan daripada hidrogen abu-abu yang tidak diolah."
Selama proses steam reforming, metana bereaksi dengan uap air untuk menghasilkan hidrogen dan karbon monoksida, yang kemudian bereaksi lebih lanjut dengan air untuk menghasilkan lebih banyak hidrogen. Meskipun teknologi ini merupakan salah satu proses terbaik untuk memproduksi hidrogen, teknologi ini mengeluarkan 6,6 hingga 9,3 ton karbon dioksida untuk setiap ton hidrogen yang diproduksi.
"Ini menandai tantangan lingkungan utama dalam produksi hidrogen, dan munculnya hidrogen biru memberi kita harapan untuk solusi rendah karbon di masa depan."
Hidrogen berasal dari berbagai sumber dan sering disebut sebagai berbagai warna, yang mencerminkan metode produksinya. Misalnya, hidrogen abu-abu digunakan untuk menggambarkan hidrogen yang berasal dari bahan bakar fosil; jika karbon dioksida ditangkap secara efektif, maka disebut hidrogen biru; dan hidrogen dari energi terbarukan disebut hidrogen hijau.
Hidrogen hijau yang diproduksi melalui elektrolisis air dianggap sebagai pilihan yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan bahan bakar fosil tradisional. Metode ini menggunakan listrik untuk memecah air menjadi hidrogen dan oksigen, dan ketika listrik yang digunakan berasal dari sumber daya terbarukan, hidrogen dianggap hijau. Namun, teknologi ini masih menghadapi tantangan seperti biaya tinggi dan efisiensi konversi energi yang rendah.
Selain steam reforming dan elektrolisis air, terdapat berbagai metode lain untuk menghasilkan hidrogen, termasuk gasifikasi biomassa, pirolisis metana, dll. Beberapa teknologi baru ini, seperti pirolisis metana, dapat menghasilkan hidrogen tanpa emisi karbon dioksida, yang menunjukkan potensi lingkungan yang baik.
Saat ini, hidrogen rendah karbon (termasuk hidrogen biru dan hidrogen hijau) menyumbang kurang dari 1% dari produksi hidrogen global. Menurut perkiraan, industri hidrogen akan terus tumbuh di tahun-tahun mendatang, dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata diperkirakan mencapai 9,3% pada tahun 2030. Hal ini menjadikan hidrogen sebagai pemain kunci dalam transisi energi masa depan.
"Permintaan global untuk hidrogen terus meningkat, dan seiring dengan itu muncul kebutuhan akan teknologi bersih sebagai bagian dari upaya manusia untuk mengurangi dampak karbonnya."
Tidak ada keraguan tentang potensi masa depan hidrogen sebagai sumber energi bersih, namun, masalah lingkungan dalam proses produksinya masih ada. Dalam perbandingan antara kelebihan dan kekurangan berbagai teknologi produksi, bagaimana sumber hidrogen masa depan akan mengubah lanskap energi kita?