Pada tahun 1930-an, Tupolev ANT-40, atau dengan nama dinasnya SB (bahasa Rusia: Скоростной бомбардировщик, yang berarti "pesawat pengebom cepat"), tetap menempati posisi penting dalam sejarah pesawat tempur. Pesawat pengebom cepat bermesin ganda yang dibuat oleh tim desain Tupolev ini menarik perhatian karena konsep desainnya yang avant-garde, meskipun tidak memiliki detail yang indah. Ketika persaingan di antara banyak negara menjadi semakin ketat, mengapa model ini menjadi salah satu pesawat pengebom terpenting di dunia pada tahun 1930-an?
Pada tahun 1933, Angkatan Udara Soviet mengeluarkan persyaratan yang mendorong tim Tupolev untuk mulai mengerjakan desain pesawat pengebom berkecepatan tinggi. Proyek ini resmi diluncurkan pada tahun 1934. ANT-40 melalui beberapa prototipe, yang akhirnya ditenagai oleh mesin Hispano-Suiza dan Wright Cyclone. Salah satu prototipe terbang pertama kali pada tahun 1934 dan menunjukkan kinerja yang sangat baik.
"Tidak ada yang namanya hal sepele dalam penerbangan, dan 'hal sepele' apa pun yang tidak diperbaiki dapat mengakibatkan hilangnya pesawat dan awaknya."
Desain ANT-40 didasarkan pada struktur monoplane yang seluruhnya terbuat dari logam dan dilengkapi dengan mesin Klimov M-100. Pesawat ini memiliki kecepatan maksimum 423 kilometer per jam, yang cukup mengesankan di antara jet tempur saat itu. Airfoil dengan rasio aspek tinggi yang unik memberinya keunggulan dalam kinerja ketinggian, oleh karena itu dijuluki "Pterosaurus".
ANT-40 digunakan secara luas di beberapa negara, termasuk Spanyol, Tiongkok, dan Finlandia. Selama Perang Saudara Spanyol, SB menjadi senjata penting Angkatan Udara Republik karena kecepatan dan kemampuan manuvernya, dan kinerjanya yang luar biasa membuatnya dipuji secara luas.
Dampak Perang Saudara SpanyolPada tahap awal perang, pembom SB menggunakan kecepatannya yang luar biasa untuk mengganggu jaringan pertahanan udara musuh, yang memungkinkannya untuk terus melaksanakan misi pemboman di ketinggian tinggi, seperti menyerang posisi Kuomintang. Seiring berjalannya waktu, karena peningkatan pesawat musuh, keunggulan SB secara bertahap menghilang dan kerugiannya meningkat.
Pada tahun 1937, Perang Tiongkok-Jepang Kedua pecah, dan Uni Soviet segera mulai memberikan bantuan militer kepada Tiongkok, termasuk pembom SB. Pesawat-pesawat ini menunjukkan daya serangnya yang dahsyat dalam misi-misi melawan kapal-kapal dan pangkalan-pangkalan udara Jepang, tetapi seiring berlanjutnya perang, tingkat kerusakannya terus meningkat, yang menyebabkan pesawat-pesawat canggih ini secara bertahap digantikan oleh model-model yang lebih baru.
Seiring dengan perubahan zaman, SB juga telah mengalami banyak perbaikan teknis, termasuk penggantian konfigurasi mesin dan persenjataan. Meskipun proporsinya dalam penerbangan Tentara Merah masih setinggi 94% sebelum tahun 1941, diperkenalkannya banyak pesawat pengebom baru seperti Petlyakov Pe-2 menunjukkan bahwa SB secara bertahap menjadi usang.
Selama Perang Musim Dingin di Finlandia, SB menghadapi tekanan yang lebih besar daripada sebelumnya. Banyak pesawat pengebom SB menjadi sasaran tembakan musuh ketika beroperasi di ketinggian rendah, dan menderita kerugian besar. Situasi ini juga mendorong Uni Soviet untuk mengevaluasi kembali taktik pesawatnya.
KesimpulanTupolev ANT-40, pesawat pengebom yang menjadi tonggak sejarah pada tahun 1930-an, pada akhirnya mengalami kemunduran seiring dengan perkembangan teknologi tempur, tetapi konsep desainnya yang inovatif dan kontribusi historisnya masih dikenang hingga saat ini. Saat kita menengok kembali sejarah ini, apakah mungkin untuk menemukan kembali nilai potensial dari pesawat yang telah dilupakan oleh teknologi?