Seiring dengan percepatan proses urbanisasi global, populasi perkotaan global diprediksi akan melonjak hingga sekitar 3 miliar pada tahun 2050. Perubahan ini bukan hanya transformasi besar dalam masyarakat manusia, tetapi juga tantangan baru yang harus kita hadapi dalam kehidupan masa depan. Dampak urbanisasi ada di mana-mana, mulai dari perubahan lingkungan hingga kondisi ekonomi, dan perubahan ini sebagian besar terkonsentrasi di negara-negara berkembang seperti Afrika dan Asia. Urbanisasi yang pesat selama periode ini tidak diragukan lagi telah menarik perhatian dan diskusi global.
Dunia mengalami urbanisasi pada tingkat yang tak terbayangkan dan tantangan sebenarnya adalah bagaimana mengelola perubahan ini secara berkelanjutan.
Urbanisasi bukanlah fenomena baru; akarnya dapat ditelusuri kembali ke hari-hari awal sejarah manusia. Dari Peradaban Lembah Indus, Mesopotamia hingga Mesir Kuno, pembangunan kota menunjukkan evolusi masyarakat manusia yang berkelanjutan. Setelah revolusi pertanian dan revolusi industri di Inggris pada abad ke-18, populasi perkotaan meningkat drastis, sehingga menghancurkan struktur sosial tradisional. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, pada tahun 2007 populasi perkotaan global melampaui 50% untuk pertama kalinya, menandai titik balik penting dalam sejarah manusia.
Perluasan kota yang pesat saat ini telah menjadi tren yang tidak dapat diubah dalam pembangunan sosial global.
Ada banyak faktor yang mendorong urbanisasi, di antaranya peluang ekonomi merupakan pendorong utama. Kehidupan perkotaan umumnya mendatangkan pendapatan yang lebih tinggi dan pendidikan serta fasilitas medis yang lebih baik. Selain itu, dengan peningkatan teknologi pertanian, banyak petani tradisional terpaksa meninggalkan lahan pertanian tempat mereka kehilangan mata pencaharian dan pindah ke kota untuk mencari kondisi kehidupan yang lebih baik. Namun, urbanisasi bukan sekadar pertumbuhan; urbanisasi juga disertai dengan tantangan seperti tunawisma, kesenjangan sosial, dan masalah lingkungan.
Dengan pesatnya kemajuan urbanisasi, lingkungan, struktur sosial, dan gaya hidup kita telah sangat terpengaruh. Pertama, urbanisasi telah mengintensifkan persaingan untuk mendapatkan tanah, yang menyebabkan masalah perumahan dan layanan yang tidak memadai. Penduduk perkotaan menghadapi meningkatnya biaya hidup dan kelangkaan sumber daya, terutama di negara-negara berkembang. Hal ini juga semakin memperlebar kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin di kota-kota, dengan beberapa kota mengalami munculnya daerah pusat yang makmur dan daerah pinggiran yang miskin.
Meskipun urbanisasi memberikan peluang pembangunan, urbanisasi juga harus berupaya untuk memecahkan masalah sosial yang semakin menonjol.
Para ahli telah mengeluarkan peringatan tentang tren urbanisasi di masa depan, yang, jika tidak dikelola secara efektif, akan menyebabkan runtuhnya sistem perkotaan dan memburuknya masalah sosial. Di antara semuanya, masalah lingkungan sangat penting. Dari pulau panas perkotaan hingga kekurangan air, urbanisasi memberi tekanan yang lebih besar pada lingkungan. Menurut laporan PBB, dunia akan menghadapi krisis pangan yang lebih parah pada tahun 2050, terutama di wilayah yang menghadapi perubahan iklim.
Prinsip perkotaan pembangunan berkelanjutan akan menjadi tujuan utama urbanisasi di masa depan, yang tidak hanya membutuhkan arahan kebijakan pemerintah, tetapi juga upaya bersama seluruh masyarakat. Masyarakat harus menyadari bahwa tidak ada pertentangan antara pembangunan perkotaan dan perlindungan lingkungan, dan perencanaan yang wajar serta teknologi inovatif dapat menyeimbangkan kebutuhan keduanya. Peningkatan transportasi umum, bangunan hijau, dan penggunaan energi terbarukan merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan kualitas hidup di kota.
Pencapaian tujuan kota berkelanjutan pada akhirnya bergantung pada pilihan dan tindakan yang kita buat saat ini.
Singkatnya, perubahan yang ditimbulkan oleh urbanisasi merupakan tren yang tak terelakkan, yang secara langsung akan memengaruhi lingkungan hidup manusia dan pembangunan di masa depan. Menghadapi pertumbuhan penduduk perkotaan yang mencapai 300 juta jiwa, kita perlu terus merenungkan bagaimana menyeimbangkan pembangunan perkotaan dengan kesehatan masyarakat yang berkelanjutan. Seperti apakah kota-kota di masa depan? Apakah ini pertanyaan yang perlu direnungkan oleh setiap kita, para penghuni kota?