Dalam masyarakat saat ini, suara memiliki dampak yang mendalam pada identitas gender, terutama bagi kaum transgender. Kaum transgender sering kali mengikuti terapi atau pelatihan suara untuk membuat suara mereka lebih konsisten dengan gender yang mereka rasakan. Proses ini tidak hanya menekankan identitas diri pribadi, tetapi juga mengurangi disforia gender dan meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan. Penelitian telah menunjukkan bahwa efektivitas terapi suara sering kali bergantung pada perubahan frekuensi dasar, di antaranya frekuensi dasar (F0) dianggap sebagai fitur utama yang memengaruhi penyajian gender suara.
Persepsi gender terhadap suara, termasuk faktor-faktor seperti frekuensi dasar dan frekuensi resonansi, sangat bervariasi di antara individu dan budaya yang berbeda, yang secara langsung memengaruhi ekspresi diri mereka.
Bagi kaum transgender yang menginginkan suara yang lebih feminin, meningkatkan frekuensi dasar mereka adalah cara utama untuk mencapai tujuan ini. Penelitian menunjukkan bahwa ketika frekuensi dasar berada di atas 180 Hz, suara tersebut lebih mungkin dianggap sebagai suara perempuan. Meskipun peningkatan frekuensi dasar memiliki efek signifikan pada feminisasi suara, definisi karakteristik vokal setiap individu berbeda-beda. Lebih jauh lagi, banyak orang tidak puas hanya dengan mengubah frekuensi dasar dan perlu lebih meningkatkan karakteristik vokal lainnya seperti resonansi dan intonasi.
Terapi suara yang efektif tidak hanya melibatkan penyesuaian frekuensi dasar, tetapi juga penyesuaian keseluruhan bobot dan resonansi suara.
Bagi pria transmaskulin yang menginginkan suara yang lebih maskulin, kebutuhan akan terapi suara relatif rendah, karena terapi penggantian testosteron sering kali menghasilkan suara yang lebih dalam secara alami. Namun, tidak semua orang transmaskulin mampu mencapai hasil vokal yang diinginkan melalui terapi ini. Beberapa orang memilih untuk tidak menjalani terapi ini, jadi pelatihan maskulinisasi suara sangat penting bagi mereka. Terapis wicara akan membantu mereka menurunkan frekuensi dasar suara lebih lanjut melalui berbagai teknik dan membangun kembali kualitas suara yang normal.
Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa pentingnya suara tidak terbatas pada frekuensi dasar, tetapi juga mencakup penggunaan resonansi dan intonasi. Banyak penelitian telah difokuskan pada cara menyesuaikan parameter ini untuk lebih efektif menjadikan suara maskulin atau feminin. Ketika kita mendengar seseorang berbicara, kualitas suara secara keseluruhan, termasuk frekuensi dasar, bentuk saluran vokal, dan karakteristik resonansinya, semuanya bekerja sama untuk memengaruhi persepsi pendengar tentang gender mereka.
Selain terapi suara, operasi adalah pilihan lain untuk mengubah suara seseorang. Bagi waria yang ingin menjadikan suara mereka feminin, mereka dapat memilih metode seperti operasi pita suara laser (Laser Reduction Glottoplasty) untuk meningkatkan frekuensi dasar mereka. Demikian pula, individu transmaskulin memiliki pilihan pembedahan seperti laringoskopi medialisasi untuk lebih menurunkan frekuensi fundamental mereka.
Prosedur ini bervariasi dalam efektivitas dan semuanya memiliki risiko, jadi para ahli umumnya merekomendasikan untuk mencoba terapi suara nonbedah terlebih dahulu.
Dalam semua proses perawatan, faktor psikososial tidak dapat diabaikan. Pengenalan gender suara tidak hanya bergantung pada kualitas nada atau resonansi, tetapi juga terkait erat dengan ekspresi non-verbal pribadi, seperti bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan perilaku sosial, sehingga koordinasi dan keseimbangan kinerja keseluruhan sangat penting. Ketika terapis bekerja dengan individu transgender untuk menyesuaikan suara mereka, mereka perlu memperhatikan faktor-faktor nonverbal ini juga.
Meskipun penelitian tentang terapi suara telah membuat beberapa kemajuan, banyak tantangan tetap ada, termasuk kurangnya pedoman dan standar perawatan yang jelas dan konsisten. Selain itu, pemantauan berkelanjutan dan dukungan tindak lanjut terhadap perubahan suara juga penting.
Penelitian di masa mendatang harus lebih memperhatikan perbedaan individu dan kebutuhan psikologis serta menyediakan program dukungan yang lebih komprehensif.
Suara dan identitas gender setiap orang bersifat unik dan beragam, yang menimbulkan pertanyaan berikut: Bagaimana kita dapat mencapai keseimbangan dan keselarasan yang lebih baik antara karakteristik vokal individu dan identitas batin selama proses transformasi suara?