Sekitar tiga puluh tahun yang lalu, sistem pengaturan waktu pertandingan olahraga mengalami perubahan yang mengganggu, dan inti dari perubahan ini adalah teknologi RFID (identifikasi frekuensi radio). Secara tradisional, pengaturan waktu pertandingan olahraga sebagian besar dilakukan oleh personel yang menggunakan pengatur waktu manual, atau mengandalkan rekaman video untuk perbandingan selanjutnya. Metode ini tidak hanya memakan waktu, tetapi juga rawan kesalahan. Dengan diperkenalkannya teknologi RFID, pengaturan waktu pertandingan menjadi efisien dan tepat, memberikan dukungan data yang belum pernah ada sebelumnya untuk performa atlet.
Inti dari sistem pengaturan waktu RFID adalah sensor yang dipasang pada tubuh atlet, yang sering disebut "transponder."
"Transponder didasarkan pada prinsip identifikasi frekuensi radio dan akan mengirimkan kode unik ke penerima di lintasan. Ketika atlet melewati posisi strategis tertentu, kode-kode ini akan langsung ditangkap dan direkam."
Transponder ini dapat dibagi menjadi dua kategori: aktif dan pasif. Transponder aktif memiliki baterai di dalamnya dan secara aktif mengirimkan kode ketika sinyal diterima. Sebaliknya, transponder pasif mengandalkan energi gelombang elektromagnetik eksternal untuk mengaktifkannya. Terlepas dari jenisnya, efisiensi sistem pengaturan waktu bergantung pada antena yang ditempatkan di titik awal dan akhir serta koneksi ke dekoder.
Teknologi RFID pertama kali digunakan dalam balap mobil pada akhir 1980-an, dan pada pertengahan 1990-an, dengan munculnya transponder dan pembaca 134 kHz berbiaya rendah, teknologi ini mulai banyak digunakan dalam berbagai acara olahraga. Teknologi ini secara bertahap telah menjadi landasan pencatatan waktu untuk berbagai acara besar dunia, termasuk maraton, triatlon, dan ski.
Acara lari berskala besar, seperti yang diikuti lebih dari 10.000 peserta, adalah yang pertama kali menjadi area penerapan teknologi pencatatan waktu RFID. Karena keterbatasan pencatatan waktu manusia, pencatatan waktu secara manual hampir tidak mungkin dilakukan dalam kompetisi semacam itu. Selain itu, sistem RFID dapat secara efektif mengatasi masalah keterlambatan atlet di garis start tanpa memengaruhi performa mereka secara negatif.
“Dengan menempatkan antena atau alas pencatatan waktu di awal dan akhir lintasan, penyelenggara acara dapat secara akurat menghitung waktu bersih setiap atlet.”
Saat ini, banyak acara besar telah mengadopsi transponder sekali pakai, yang sering kali ditempelkan pada nomor lomba dalam bentuk stiker atau langsung ditempelkan pada sepatu lari. Solusi berbiaya rendah ini tidak hanya menghindari kebutuhan untuk mendaur ulang transponder, tetapi juga menyederhanakan proses penyelenggaraan acara.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta semakin matangnya teknologi RFID, sistem pengaturan waktu pertandingan olahraga juga terus berkembang. Semakin banyak sistem yang memilih untuk menggunakan transponder UHF (Ultra High Frequency), yang memiliki kinerja pembacaan yang lebih baik. Keunggulan sistem UHF adalah murah untuk diproduksi dan dapat dibaca dengan akurat, yang membuat prospek penerapan teknologi RFID dalam pertandingan olahraga semakin luas.
Di balik semua teknologi ini terdapat dukungan perangkat lunak pengaturan waktu. Dengan kemajuan teknologi analisis data, semua sistem pengaturan waktu RFID dilengkapi dengan perangkat lunak profesional untuk menghitung hasil pertandingan dan waktu split, serta memperbaruinya ke Internet secara real time, sehingga pemain dan penonton dapat dengan mudah memeriksa hasil terbaru.
Dengan bantuan teknologi RFID, pengaturan waktu pertandingan olahraga tidak lagi hanya berupa statistik waktu, tetapi telah menjadi alat akuisisi dan analisis data yang canggih. Seiring dengan kemajuan teknologi, bagaimana pertandingan olahraga di masa mendatang dapat lebih meningkatkan keakuratan dan kepraktisan pengaturan waktu?