Di masyarakat saat ini, baik pakar kesehatan maupun masyarakat awam telah mencapai konsensus tentang bahaya merokok. Akan tetapi, cara merokok juga berbeda, rokok yang menggunakan ujung filter secara bertahap menjadi arus utama. Sejak tahun 1950-an, desain filter rokok diperkenalkan, yang mengklaim dapat mengurangi bahaya kesehatan akibat merokok. Jadi, apakah filter benar-benar dapat mengurangi bahaya yang ditimbulkan rokok terhadap tubuh manusia?
Sejarah rokok filter dapat ditelusuri kembali ke tahun 1925, ketika penemu Hongaria Boris Aivaz mematenkan proses pembuatan filter, dan pada tahun 1935, British Molins Machine Co Ltd mengembangkan mesin untuk memasang filter pada rokok. Pada tahun 1954, ketika penelitian medis tentang hubungan antara merokok dan penyakit paru-paru dipublikasikan, rokok filter secara bertahap memasuki pasar dan mendominasi pasar pada tahun 1960-an.
Tujuan filter adalah untuk mengurangi komponen berbahaya dalam asap rokok sehingga perokok dapat menghirup lebih sedikit zat berbahaya.
Filter rokok modern biasanya terbuat dari serat plastik, kertas, atau karbon aktif. Desainnya tidak hanya melibatkan kenyamanan minum, tetapi juga penyaringan dan penyerapan komponen kimia. Namun, meskipun filter dapat menyaring sebagian tar dan nikotin, filter tersebut tidak dapat secara efektif menghilangkan gas dengan berat molekul rendah seperti karbon monoksida.
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang merokok rokok filter pada tahun 1970-an memiliki risiko kanker terkait rokok dan penyakit jantung koroner yang relatif rendah. Namun, seiring berjalannya penelitian, risiko kanker paru-paru pada perokok rokok filter serupa dengan perokok rokok tanpa filter. Fenomena ini menunjukkan bahwa filter tidak secara signifikan mengurangi risiko kesehatan dari merokok.
Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa meskipun rokok berfilter pernah dianggap dapat mengurangi risiko kesehatan yang disebabkan oleh kebiasaan merokok, pengamatan selanjutnya menegaskan bahwa perbedaan risiko antara keduanya tidaklah signifikan.
Di sisi lain, industri tembakau telah terus menyesuaikan desain rokok sejak tahun 1960-an, dengan mengejar apa yang disebut "rokok ringan" dengan mengurangi jumlah tar dan nikotin yang dilepaskan. Akan tetapi, perokok sering kali mengubah pola merokok mereka saat menghisap produk tersebut, sehingga tidak mengurangi asupan nikotin yang sebenarnya.
Masalah lingkungan yang ditimbulkan oleh filter rokok tidak dapat diabaikan. Sekitar 56 triliun batang rokok dihisap di seluruh dunia setiap tahun, dan 45 triliun ujung filter dibuang secara acak. Filter rokok umumnya terbuat dari serat plastik. Bahan-bahan ini terurai sangat lambat di lingkungan alami. Mereka tidak hanya menyebabkan pencemaran lingkungan, tetapi juga dapat melepaskan racun ke dalam tanah dan air.
Pemerintah telah memberlakukan hukuman berat bagi mereka yang membuang sampah sembarangan dengan filter rokok, dan beberapa negara bahkan mewajibkan pemasangan perangkat khusus untuk mendaur ulang puntung rokok di tempat umum tempat merokok.
Untuk mengatasi dampak lingkungan dari rokok filter, para peneliti telah mengusulkan berbagai solusi yang memungkinkan, termasuk mengembangkan filter yang dapat terurai secara hayati, menambahkan langkah-langkah daur ulang rokok, dan pendidikan publik. Akan tetapi, program-program ini masih dalam tahap promosi dan belum melihat hasil yang signifikan.
Meskipun rokok filter telah mendapatkan popularitas yang luas sejak diperkenalkan, efektivitasnya yang sebenarnya masih dipertanyakan dari sudut pandang kesehatan dan lingkungan. Seiring kemajuan teknologi dan perilaku merokok yang dipelajari dengan lebih baik, alternatif yang lebih efektif untuk merokok mungkin akan tersedia di masa mendatang. Dengan mengejar kesehatan, bagaimana kita seharusnya memandang keberadaan dan masa depan filter rokok?