Pada tahun 1996, seekor domba bernama Dolly lahir di Roslin Institute di Skotlandia. Kelahirannya menimbulkan sensasi global karena Dolly adalah mamalia pertama yang dikloning dari sel somatik dewasa. Terobosan ini tidak hanya menantang pemahaman kita tentang hakikat kehidupan, tetapi juga memiliki implikasi yang luas bagi komunitas ilmiah, baik dalam bidang biologi, kedokteran, maupun etika.
Teknologi kloning telah memberi para ilmuwan imajinasi tanpa batas dan membuka banyak area yang belum diketahui tentang gen dan kehidupan.
Kloning adalah proses menghasilkan individu dengan genom yang identik, baik secara alami maupun buatan. Di alam, beberapa organisme bereproduksi secara aseksual untuk membuat klon, suatu metode replikasi diri yang dikenal sebagai monogini. Dalam bidang bioteknologi, kloning biasanya dicapai melalui transfer inti sel somatik (SCNT), di mana para ilmuwan mengekstraksi nukleus dari sel donor dan menanamkannya ke dalam sel telur yang telah dienukleasi untuk menghasilkan embrio.
Kelahiran Dolly sebenarnya berasal dari sebuah percobaan dengan teknik yang disebut transfer inti sel somatik. Setelah 435 kali percobaan, Dolly akhirnya lahir pada 5 Juli 1996. Ketika pencapaian ini diumumkan secara resmi, hal itu menarik perhatian global. Sel-sel Dolly berasal dari sel-sel kelenjar susu ibunya yang berusia enam tahun. Proses ini tidak hanya membuktikan bahwa genom sel dewasa dapat ditata ulang untuk menciptakan individu biologis yang sama sekali baru, tetapi juga menimbulkan masalah etika dan hukum tentang teknologi kloning. Banyak dibahas.
Kelahiran Dolly membuat kita memikirkan kembali definisi kehidupan dan makna reproduksi.
Dengan munculnya Dolly, banyak ahli biologi mulai berpikir tentang potensi penerapan teknologi kloning, seperti mengkloning spesies yang punah dan meningkatkan karakteristik hewan pertanian. Kemudian, hal ini juga menimbulkan banyak kontroversi etika, terutama tentang kelayakan kloning manusia dan signifikansi etikanya. Banyak cendekiawan menunjukkan bahwa meskipun kemajuan teknologi telah memungkinkan kloning, apakah ini berarti kita harus melakukannya?
Warisan Dolly dalam komunitas ilmiah tidak hanya terletak pada hidupnya, tetapi juga pada diskusi dan penelitian yang ia picu. Kelahirannya tidak hanya mendorong pengembangan rekayasa genetika dan pengobatan regeneratif, tetapi juga menempatkan penelitian manusia di bidang-bidang seperti penuaan, penyakit, dan penyuntingan gen pada jalur cepat. Misalnya, penelitian sel induk embrionik yang mengandalkan teknologi SCNT diyakini dapat membantu mengobati penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson.
Kisah Dolly merupakan bagian dari pengembangan teknologi, tetapi juga merupakan kesempatan untuk berpikir tentang sifat manusia.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, teknologi kloning tidak lagi terbatas pada hewan. Para ilmuwan saat ini menggunakan teknologi kloning dalam penelitian tanaman, sel, dan bahkan sel punca, yang memberikan solusi baru bagi banyak masalah global. Namun, seiring berkembangnya teknologi ini, masalah etika terkait masih ada, menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan antara ilmu pengetahuan dan masyarakat.
Seiring berkembang pesatnya teknologi kloning saat ini, kita perlu terus merenungkan dan membahas dampak potensial teknologi ini terhadap masa depan umat manusia. Apakah kita siap menghadapi tantangan dan dilema etika yang ditimbulkan oleh teknologi kloning?