Dalam spektrum gangguan bipolar, bipolar II (BP-II) sering kali diabaikan meskipun dampaknya sangat dalam dan menyakitkan. Gangguan ini ditandai dengan setidaknya satu episode hipomania dan setidaknya satu episode depresi berat tanpa pernah mengalami mania yang parah. Fluktuasi emosional seperti itu menyebabkan tekanan yang signifikan dalam kehidupan pasien, dan karena alasan ini, pemahaman tentang BP-II harus lebih diperhatikan oleh masyarakat.
Dibandingkan dengan bipolar I, BP-II memiliki episode depresi yang lebih sering dan lebih intens, dan periode stabil yang relatif lebih pendek membuat perjalanannya lebih kronis. Pasien sering mencari bantuan saat mereka mengalami depresi, dan sering kali mereka menyadari bahwa mereka membutuhkan perawatan hanya saat mereka berada dalam kondisi depresi. Faktanya, BP-II sulit didiagnosis karena staf medis sering kali kesulitan mendeteksi gejala hipomania saat mereka melihat gejala depresi pasien.Orang dengan bipolar II mungkin tidak menyadari bahwa mereka juga mengalami gejala hipomania saat menghadapi depresi, dan gejala-gejala ini sering kali disalahartikan sebagai tanda kinerja pribadi yang tinggi.
Perubahan suasana hati pasien BP-II tidak hanya memengaruhi kesehatan mental mereka, tetapi juga berpotensi membahayakan kesehatan fisik mereka. Misalnya, kondisi hipomania dapat mendorong seseorang untuk melakukan pengeluaran yang sembrono, merusak hubungan, atau membuat keputusan yang buruk. Meskipun hipomania lebih ringan daripada mania, kondisi ini juga dapat menyebabkan siklus perubahan suasana hati yang tidak menentu.
Seorang penderita bipolar II berbagi, "Selama masa hipomania, saya pikir saya bisa melakukan apa saja, tetapi biasanya saya hanya memaksakan diri hingga semakin kelelahan dan cemas."
Menurut definisi Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental Edisi Kelima (DSM-5) dari Asosiasi Psikiatri Amerika, diagnosis BP-II memerlukan konfirmasi bahwa pasien telah mengalami setidaknya satu episode hipomania dan satu episode depresi mayor, tetapi tidak pernah mengalami episode depresi mayor. Lebih dari satu episode manik. Akurasi diagnosis sangat penting karena diagnosis yang tidak tepat dapat menyebabkan pasien menerima pengobatan yang tidak tepat, seperti hanya menggunakan antidepresan tanpa penstabil suasana hati.
BP-II secara signifikan dikaitkan dengan beberapa komorbiditas. Banyak pasien BP-II juga mengalami kecemasan, gangguan makan, atau masalah penyalahgunaan zat. Hal ini tidak hanya memengaruhi kualitas hidup mereka, tetapi juga mempersulit proses pengobatan. Adanya penyakit penyerta dapat memperburuk keparahan kondisi dan meningkatkan kesulitan pengobatan.
"Bahkan ketika gejalanya stabil, tindak lanjut dan dukungan yang berkelanjutan adalah kunci untuk mencegah kekambuhan."
Dalam penanganan BP-II, pencegahan kekambuhan merupakan bagian yang sangat penting. Pasien perlu diperiksa secara teratur untuk mengidentifikasi kemungkinan tanda-tanda peringatan kekambuhan, termasuk perubahan pola tidur dan perubahan suasana hati yang dramatis. Selama proses ini, dukungan dari keluarga dan teman sangat penting bagi kesehatan mental pasien.
KesimpulanBeban emosional dan tantangan hidup yang dialami oleh penderita Bipolar II sering kali tidak sepenuhnya dipahami oleh masyarakat. Oleh karena itu, kesadaran dan dukungan untuk BP-II sangat penting, terutama dalam pembicaraan menyeluruh tentang kesehatan mental. Menghadapi penyakit yang begitu kompleks, bagaimana kita dapat lebih memahami dan membantu pasien ini serta mengurangi penderitaan mereka?