Dalam sejarah penelitian kanker, virus sarkoma Ross (RSV) dianggap sebagai virus tumor pertama yang dideskripsikan. Sejak ditemukan oleh Peyton Rous pada tahun 1911, virus ini tidak hanya mengubah pemahaman kita tentang kanker, tetapi juga mengungkap bagaimana virus berinteraksi dengan sel inang untuk menyebabkan perubahan ganas pada sel.
Virus sarkoma Ross adalah virus kanker pertama yang diidentifikasi dan selalu memainkan peran penting dalam studi pembentukan tumor.
Pada tahun 1911, Peyton Rous melakukan eksperimen inovatif di Universitas Rockefeller, menyuntikkan ayam Plymouth Rock yang sehat dengan ekstrak tumor ayam yang bebas sel dan mengamati bahwa ekstrak tersebut menginduksi pembentukan tumor. Hal ini mengukuhkan pentingnya RSV sebagai retrovirus onkogenik pertama.
Pada tahun 1958, Harry Rubin dan Howard Temin mengembangkan metode eksperimental yang memungkinkan fibroblas embrio ayam mengubah morfologi setelah infeksi RSV, yang selanjutnya mendorong studi RSV. Para ilmuwan kemudian menyadari bahwa gen src RSV memainkan peran kunci dalam perubahan morfologi yang dramatis.
Virus sarkoma Ross termasuk dalam virus berselubung kelas VI, yang genom RNA positifnya memiliki perantara DNA. Strain RSV di alam, seperti Prague-C, memiliki empat gen utama, termasuk gag, pol, env, dan src, yang masing-masing mengkode protein inti virus, reverse transcriptase, protein amplop, dan tirosin kinase. Kinase.
Gen src RSV adalah onkogen retrovirus pertama yang ditemukan dan dapat mendorong pertumbuhan yang tidak terkendali pada sel inang yang abnormal.
Gen src merupakan onkogen. Bila dibawa oleh virus, gen ini menyebabkan proliferasi sel inang yang tidak normal dan berperan penting dalam mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel. Meskipun gen ini tidak penting untuk reproduksi RSV, keberadaannya secara signifikan meningkatkan patogenisitas virus.
Proses RSV memasuki sel inang merupakan bagian penting dari siklus hidup virus. RSV memasuki sel terutama dengan cara menyatu dengan membran sel inang, suatu proses yang memungkinkan virus melepaskan genomnya ke bagian dalam sel. Setelah ini, enzim transkriptase balik mulai mentranskripsi RNA virus menjadi DNA yang sesuai, mempersiapkan replikasi virus.
Genom RNA RSV memiliki 3' UTR yang sangat panjang, yang memungkinkan virus menghindari degradasi dini dalam sel inang.
Selubung RSV hanya terdiri dari satu glikoprotein, yang bertanggung jawab untuk mengikat reseptor sel inang dan membentuk fusi. Proses ini penting untuk infeksi virus karena menentukan seberapa efektif virus meninggalkan sel inang dan menginfeksi sel lain.
Seiring berjalannya waktu, penelitian tentang RSV tidak hanya membantu para ilmuwan memahami bagaimana virus menyebabkan kanker, tetapi juga mendorong eksplorasi virus tumor manusia lainnya, seperti virus Epstein-Barr. Memahami karakteristik biologis RSV juga mendorong penelitian mendalam tentang mekanisme patologis pembentukan tumor.
Sama seperti yang dieksplorasi Ross saat itu, para ilmuwan saat ini masih mencari cara untuk melawan virus ini dan penyakit yang ditimbulkannya. Dalam penelitian mendatang, apakah kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang nasib virus dan inang yang saling terkait?