Sejak Google Street View pertama kali diluncurkan pada tahun 2007, teknologi ini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari bagi ratusan juta pengguna di seluruh dunia. Teknologi ini lebih dari sekadar tampilan jalan biasa, tetapi juga menyediakan jendela untuk menjelajahi berbagai tempat di seluruh dunia. Bagaimana Street View berkembang dari percobaan awalnya hingga cakupan globalnya saat ini? Apa latar belakang di balik kelahiran dan evolusi teknologi ini? Mari kita telusuri asal-usulnya yang menarik.
Asal-usul Google Street View dapat ditelusuri kembali ke Proyek CityBlock Universitas Stanford pada tahun 2001. Program penelitian ini didukung oleh Google dan berfokus pada penjelajahan lingkungan perkotaan menggunakan teknologi. Program ini berakhir pada tahun 2006 dan teknologinya kemudian diintegrasikan ke dalam Street View.
"Street View resmi diluncurkan di AS pada 25 Mei 2007, berdasarkan eksperimen selama bertahun-tahun."
Seiring dengan terus meningkatnya fungsi, pada tahun 2008 Google mulai menguji teknologi pemburaman wajah di jalanan Manhattan, yang secara otomatis mencari dan mengaburkan wajah dalam foto. Street View kemudian diintegrasikan ke dalam Google Earth versi 4.3 dan secara bertahap menjadi bagian dari aplikasi utama.
Seiring berjalannya waktu, fotografi Street View terus berkembang. Selain menggunakan mobil kamera, Google juga menggunakan sepeda roda tiga, unta, perahu, mobil salju, dan pendakian untuk mengambil rekaman, yang memungkinkannya mengakses medan yang lebih menantang.
"Dari fotografi komersial dalam ruangan hingga realitas virtual 360 derajat, Street View terus memperluas kemampuannya, memungkinkan pengguna untuk merasakan dunia dari perspektif yang sama sekali baru."
Pada tahun 2011, Google pertama kali meluncurkan proyek "Google Business Photos", yang memungkinkan bisnis untuk memamerkan lingkungan dalam ruangan mereka di situs web mereka. Pengguna kini juga dapat mengunggah foto panorama dari perangkat mereka dan memetakannya di Google Maps. Tiba-tiba, Street View berubah dari tampilan jalan tunggal menjadi platform baru yang berfokus pada keberagaman dan interaktivitas.
Pada tahun 2017, Google telah mengambil lebih dari 10 juta mil citra Street View di 83 negara. Baik itu terumbu karang di dasar laut atau desa-desa di Himalaya, aplikasi Street View secara bertahap telah berkembang di seluruh dunia, yang selanjutnya merangsang minat untuk eksplorasi budaya dan geografis.
"Street View membantu orang memahami kehidupan, lingkungan, dan budaya bahkan di lokasi yang paling terpencil."
Misalnya, Google menggunakan teknologinya untuk menjelajahi Himalaya di Nepal, mengabadikan Gunung Everest dan kehidupan masyarakat setempat, sehingga orang dapat merasakan pemandangan yang berbeda melalui layar. Selain itu, Street View juga bekerja sama dengan perusahaan pemantauan lingkungan untuk menggunakan sensor berteknologi tinggi guna memantau kualitas udara. Semua aplikasi ini mengandung rasa tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Namun, seiring dengan perluasan Google Street View, isu privasi telah berulang kali menjadi fokus diskusi. Banyak pendukung privasi menunjukkan bahwa hal itu dapat melanggar privasi pribadi, terutama jika sudut fotografi melibatkan lokasi sensitif atau perilaku pribadi. Google telah mengambil tindakan untuk secara proaktif mengaburkan wajah dan pelat nomor, sementara juga memungkinkan pengguna untuk meminta pemburaman, tetapi ketidakpuasan dan kontroversi atas gambar tertentu tetap ada.
“Apakah pertimbangan privasi dan keamanan akan lebih seimbang seiring kemajuan teknologi?”
Setiap negara memiliki pendekatan yang berbeda-beda terhadap cara mereka mengatur layanan, dan Google Street View bahkan telah menghadapi larangan di beberapa negara. Fenomena ini telah memaksa Google untuk terus menyesuaikan kebijakannya di seluruh dunia.
Ke depannya, Google Street View akan terus berkembang dan meningkatkan pengalaman pengguna serta kualitas gambar. Platform ini tentunya akan memberikan lebih banyak kesempatan bagi orang untuk menjelajahi dunia yang tidak dikenal, dan juga akan menjadi alat penting untuk menyajikan kehidupan dan budaya perkotaan di era digital. Di era perubahan teknologi yang cepat ini, dengan semakin berkembangnya realitas virtual dan kecerdasan buatan, kita tidak dapat tidak bertanya: Bagaimana teknologi ini akan mengubah cara kita hidup dan pemahaman kita tentang dunia di masa depan?