Virus keriting daun kuning tomat (TYLCV) adalah virus DNA dari famili Geminiviridae yang menyebabkan kerusakan parah pada tanaman tomat di seluruh dunia. Virus ini terutama menyebar di wilayah tropis dan subtropis, yang menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan. Di antara semuanya, vektor virus yang paling penting adalah kutu putih (Bemisia tabaci), yang tersebar luas di semua benua dan merupakan kunci penyebaran TYLCV. Tidak hanya tomat, virus ini juga dapat menginfeksi tanaman lain seperti terong, kentang, tembakau, dan kacang-kacangan.
"TYLCV menyebar dengan kecepatan yang mengkhawatirkan. Penelitian telah menunjukkan bahwa virus ini memiliki kemampuan luar biasa untuk bertahan hidup dan menyebar."
Genom TYLCV terdiri dari satu DNA untai tunggal asiklik dengan panjang 2787 nukleotida. Fitur ini menjadikannya perwakilan khas dari famili Geminiviridae. Protein kapsid virus ini berperan penting dalam penularannya melalui serangga, dan genomnya mengkodekan enam kerangka baca terbuka (ORF), yaitu V1, V2, C1, C2, C3, dan C4.
Protein V1 merupakan protein kapsid yang bertanggung jawab untuk melindungi DNA virus saat membentuk partikel virus, sedangkan fungsi protein V2 masih belum jelas, tetapi mungkin terkait dengan pengangkutan virus di tanaman inang. Protein C1 merupakan protein replikasi virus dan penting untuk replikasi virus. Protein lainnya terkait dengan penghambatan pembungkaman gen virus, peningkatan akumulasi virus, dan manifestasi gejala.
TYLCV ditularkan oleh kutu putih dalam siklus berkelanjutan tanpa reproduksi. Penelitian telah menunjukkan bahwa kutu putih betina lebih efektif dalam penularan virus, dengan periode akuisisi virus yang singkat, hanya 15 hingga 20 menit dan periode inkubasi 8 hingga 24 jam. Para peneliti menemukan bahwa virus tersebut bahkan dapat ditularkan melalui hubungan seksual antara cacing jantan dan betina yang terinfeksi dan berlanjut pada generasi berikutnya.
Pentingnya Pertanian“Dampak TYLCV pada pertanian tidak dapat diremehkan. Gejalanya meliputi daun yang melengkung dan hasil buah yang berkurang. Sebagian besar wilayah yang terkena dampak parah berada di daerah tropis dan subtropis.”
Gejala infeksi TYLCV meliputi retardasi pertumbuhan yang parah, ukuran daun mengecil, daun melengkung ke atas, dan hasil buah yang berkurang. Virus tersebut sering menyebabkan kerugian panen sebesar 90-100%, dan sekitar 7 juta hektar di seluruh dunia terkena TYLCV atau infeksi virus lainnya. Terutama di negara-negara berkembang, mereka mengalami kerugian serius karena kondisi iklim dan biaya pengobatan yang tinggi.
EpidemiologiSejak TYLCV pertama kali ditemukan di Israel pada tahun 1930, penyakit ini telah menyebar ke lebih dari 30 negara di seluruh dunia, terutama di Afrika, Asia, dan Amerika. Dua isolat TYLCV yang paling umum adalah virus Sardinia dan virus Israel. Menurut penelitian, penyebaran virus ini tidak hanya terkait dengan jangkauan distribusi kutu putih, tetapi juga terkait erat dengan pola produksi pertanian.
"Dengan perubahan iklim global dan perubahan pola pertanian, TYLCV dapat memperluas dampaknya lebih jauh."
Untuk mengendalikan penyebaran TYLCV, langkah-langkah efektif saat ini mencakup penggunaan pestisida dan pemuliaan varietas tanaman yang tahan penyakit. Namun, untuk mengatasi masalah resistensi insektisida bersisik tepung, mengandalkan insektisida saja tidaklah ideal, sehingga pestisida yang berbeda perlu digunakan dalam satu siklus atau dalam kombinasi. Selain itu, negara-negara berkembang paling banyak terkena dampak virus ini karena tingginya biaya pengobatan memberikan beban tambahan pada petani.
Selain itu, ada strategi pengendalian lain, seperti rotasi tanaman dan modifikasi genetik untuk membiakkan tanaman yang lebih tahan terhadap TYLCV. Namun, pendekatan yang paling menjanjikan tetap menggunakan modifikasi genetik untuk menghasilkan varietas tomat yang tahan penyakit.
Apakah penyebaran virus keriting daun kuning pada tomat akan berdampak lebih besar pada produksi pertanian kita di masa mendatang?