Ekonomi digital adalah konsep yang memadukan komputasi digital dan ekonomi, yang menggambarkan bagaimana aktivitas ekonomi fisik tradisional (produksi, distribusi, perdagangan) diubah oleh Internet dan teknologi jaringan global. Definisinya juga lebih luas, merujuk pada "bagaimana teknologi digital mengubah cara kita bekerja, mengatur, dan mengoperasikan ekonomi kita." Dengan semakin populernya teknologi informasi dan komunikasi (TIK), ekonomi digital telah meningkatkan produktivitas di semua industri.
Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena Internet of Things (IoT) semakin nyata karena semakin banyak produk konsumen yang tertanam dengan layanan dan perangkat digital. Menurut Forum Ekonomi Dunia, 70% ekonomi global akan menjadi digital dalam dekade berikutnya. Tren ini telah dipercepat oleh pandemi COVID-19, dengan lebih banyak orang memilih untuk bekerja daring, dan peningkatan aktivitas daring telah memungkinkan bisnis yang mendukung sistem Internet untuk mencapai laba yang lebih tinggi.
Pertumbuhan pesat ekonomi digital memaksa bisnis untuk memikirkan kembali struktur mereka, cara konsumen mengakses barang dan jasa, dan menciptakan tantangan regulasi baru bagi negara untuk beradaptasi.
Transformasi digital memaksa perusahaan untuk mengubah filosofi bisnis mereka secara mendasar, yang mencerminkan pergeseran dari era atom ke era meta. Nicholas Negroponte pernah berkata dengan jelas: "Ketika informasi ada dalam bentuk atom, berbagai sarana dan perusahaan besar di era industri diperlukan; tetapi ketika fokus bergeser ke bit, perusahaan besar tradisional tidak lagi diperlukan." Ini mencerminkan sifat ekonomi digital yang terdesentralisasi.
Ekonomi digital, yang juga dikenal sebagai ekonomi baru, sering digunakan untuk merujuk pada kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan menggunakan teknologi komputasi digital. Istilah ini menjadi populer pada awal 1990-an. Para akademisi fokus pada infrastruktur bisnis digital (TI, jaringan, sumber daya manusia), operasi bisnis digital, dan pengembangan e-commerce.
Baik itu aplikasi baru atau media sosial, semuanya mengaburkan batasan ekonomi tradisional dan menambah kompleksitas.
Berbagai definisi dan konsep terkait ekonomi digital bermunculan. Studi OECD mengusulkan tiga metode definisi, termasuk indikator bottom-up, analisis top-down berdasarkan tren, dan pendekatan hierarki yang fleksibel. Berbagai pendekatan memberikan perspektif yang beragam tentang cara memandang ekonomi digital.
Ekonomi digital bukan hanya industri yang bergantung pada teknologi digital, tetapi gelombang digitalisasi juga telah menyebar ke hampir semua bidang ekonomi. Baik itu teknologi informasi atau perdagangan digital, elemen inti ekonomi digital meliputi ketergantungan data dan efek jaringan.
Seiring dengan pergeseran fokus bisnis, banyak perusahaan memilih untuk menyesuaikan model bisnis mereka dan berfokus pada pembangunan infrastruktur digital. Pemerintah juga berinvestasi dalam infrastruktur untuk meningkatkan efisiensi operasional ekonomi digital secara keseluruhan.
Seiring berkembangnya ekonomi digital, bisnis tradisional dihadapkan pada tantangan tentang cara mengatasi perubahan, dan waktu menjadi hal yang sangat penting untuk meresponsnya.
Misalnya, dalam survei tahun 2021, 16% perusahaan UE meyakini bahwa ketersediaan infrastruktur digital akan menjadi kendala utama bagi investasi. Selain itu, perubahan dalam perdagangan digital juga berdampak pada bisnis tradisional. Misalnya, banyak pengecer menghadapi kebangkrutan karena kegagalan mereka dalam meramalkan masa depan ekonomi digital.
Dari model produksi era atom hingga ekonomi digital saat ini di era bit, cara perusahaan beroperasi mengalami perubahan mendasar dengan kecepatan yang tak terduga. Perubahan ini tidak hanya memengaruhi dunia bisnis, tetapi juga sangat memengaruhi kehidupan pribadi, termasuk pengaturan kerja dan kebiasaan belanja.
Seiring terus berkembangnya ekonomi digital, kita jadi bertanya-tanya apa dampak perubahan ini terhadap masa depan kita?