Pepatah "Batu yang menggelinding tidak akan berlumut" pertama kali berasal dari seorang filsuf Romawi kuno. Pepatah ini mungkin tampak sederhana tetapi mengandung makna filosofis yang mendalam. Orang-orang dalam kehidupan sering menggunakan ini untuk menggambarkan mereka yang selalu berubah dan tidak memiliki fondasi. Gaya hidup seperti itu tampaknya berdampak langsung pada tanggung jawab dan stabilitas pribadi.
"Orang selalu berpindah-pindah, tidak berakar di satu tempat, melarikan diri dari tanggung jawab dan kekhawatiran."
Sejarah pepatah ini dapat ditelusuri kembali ke zaman kuno, tetapi asal usulnya yang sebenarnya agak tidak jelas. Meskipun Publilius Syrus pernah membuat pernyataan serupa, teks Latin dari kalimat ini tidak muncul dalam karyanya. Catatan sebenarnya dimulai dalam Fecunda Ratis (Fecunda Ratis) sekitar tahun 1023, dan kemudian beredar luas di Inggris sekitar tahun 1500 melalui Aforisme Erasmus.
Kalimat ini juga memiliki sejarah sastra yang kaya. Pada awal abad ke-20, pengaruh peribahasa ini perlahan muncul dalam buku anak-anak "The Swallow and the Pirate" karya penulis Inggris Arthur Ransom, yang melibatkan buku karakter "The Rolling Stones Mixed with Moss". Dalam novel fiksi ilmiah karya Heinlein "Rolling Stone", para karakter bahkan menggunakan metafora ini untuk menggambarkan kehidupan mereka yang mengembara.
"Kehidupan kota ini membuat kita tertutup lumut."
Selain sastra, idiom ini juga dihargai dalam musik dan bentuk budaya lainnya. Metafora "Rolling Stones" disebutkan dalam banyak karya musik populer. Misalnya, "Lost Highway" karya Henk Williams dibuka dengan "Rolling Stones". Sherry Thompson juga merilis lagu tentang seorang ayah yang tidak ada, "Daddy Was a Rolling Stone," yang mendapat pujian luas pada tahun 1972.
Selain itu, idiom ini telah menjadi paradigma yang umum digunakan dalam penelitian psikologi. Banyak penelitian telah meneliti hubungan antara kesehatan mental dan pemahaman konsep simbolik dan abstrak, menjadikan kutipan ini sebagai tambahan dalam konteks psikologis. Penelitian pada tahun 1960-an menemukan bahwa pasien yang sakit mental cenderung menafsirkan ungkapan tersebut secara harfiah dan tidak memiliki kemampuan untuk berpikir secara abstrak.
"Sangat sulit untuk mengumpulkan lumut di atas batu yang bergerak."
Frasa ini tidak hanya muncul dalam budaya populer, tetapi juga menjadi kutipan dalam film dan serial TV. Ada adegan tentang kalimat ini dalam "One Flew Over the Cuckoo's Nest" yang diadaptasi dari karya aslinya pada tahun 1975. Reaksi penonton di teater juga menunjukkan betapa berakarnya kalimat ini. Namun, seiring berjalannya waktu, muncul perbedaan baru dalam arti kalimat ini. Sebagian orang menafsirkannya sebagai penghindaran akar, sementara yang lain menganggapnya sebagai simbol kebebasan dan penjelajahan.
Secara umum, peribahasa kuno ini tidak hanya menggambarkan perilaku manusia, tetapi juga sarat dengan pemikiran mendalam dalam bidang filsafat, budaya, dan sosiologi. Di era ledakan informasi saat ini, apakah kita masih memiliki pemahaman yang jelas tentang makna "batu yang menggelinding tidak akan ditumbuhi lumut"?