Self-harm, kata tersebut seakan menggambarkan rasa sakit yang tak terucapkan, menjadi pilihan yang tak terucapkan dan putus asa di hati banyak orang. Menurut penelitian oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ratusan ribu orang memilih self-harm sebagai metode pelarian setiap tahun karena masalah kesehatan mental, tekanan hidup, dan lingkungan sosial. Kebenaran di balik ini membuat orang bertanya-tanya: Mengapa orang-orang ini mengambil jalan ini?
Diperkirakan lebih dari 800.000 orang di seluruh dunia meninggal karena bunuh diri setiap tahun, banyak di antaranya telah menunjukkan perilaku self-harm. Angka-angka ini mencerminkan krisis kesehatan masyarakat yang mendesak.
Self-injury secara umum didefinisikan sebagai tindakan menyakiti diri sendiri dengan sengaja, yang mencakup tetapi tidak terbatas pada luka, luka bakar, dan bentuk-bentuk kerusakan fisik lainnya. Perilaku ini dianggap sebagai ekspresi rasa sakit batin. Banyak orang melukai diri sendiri untuk mendapatkan kelegaan sementara, tetapi kelegaan ini dapat menyebabkan rasa sakit yang lebih dalam.
Penyebab perilaku melukai diri sendiri itu kompleks dan beragam, tetapi sering kali berkaitan erat dengan status kesehatan mental, lingkungan tempat tinggal, dan latar belakang pertumbuhan individu. Berikut ini adalah beberapa faktor utamanya:
Menurut penelitian, banyak orang terlibat dalam perilaku melukai diri sendiri saat mengalami konflik emosional yang signifikan, sering kali sebagai upaya untuk mengendalikan emosi mereka dengan cara tertentu.
Rahasia di balik perilaku melukai diri sendiri adalah bahwa perilaku tersebut tidak akan pernah dapat diubah oleh seseorang, dan sangat penting untuk mencari bantuan. Dukungan dari konselor profesional, pekerja sosial, dan bahkan keluarga dan teman dapat memberikan harapan dan penyembuhan bagi mereka yang menghadapi keputusasaan.
Banyak profesional kesehatan mental menekankan bahwa melalui terapi bicara dan terapi suportif, individu dapat menemukan cara yang lebih sehat untuk mengekspresikan emosi mereka dan menghindari memilih perilaku ekstrem yang menyebabkan melukai diri sendiri. Selain itu, membangun jaringan sosial yang suportif dapat memberikan dukungan psikologis langsung saat menghadapi kesulitan.
Untuk mengatasi masalah perilaku menyakiti diri sendiri, semua sektor masyarakat perlu bekerja sama untuk mengembangkan strategi pencegahan dan intervensi yang efektif. Strategi ini meliputi:
Sekolah dapat menjadi sistem pendukung yang penting, dan intervensi guru dan konselor dapat mengidentifikasi masalah sejak dini dan memberikan bantuan yang tepat.
Perbuatan menyakiti diri sendiri adalah masalah yang tidak dapat diabaikan dalam masyarakat saat ini, dan memahami rasa sakit dan keputusasaan di baliknya adalah sesuatu yang perlu diperhatikan oleh kita semua. Mendengarkan kisah-kisah dari mereka yang telah mengalami rasa sakit ini adalah hal yang mendorong dukungan dan perubahan. Setiap orang seharusnya dapat mencari bantuan dan menemukan cara-cara yang sehat untuk mengatasinya, daripada merasa sendirian dalam keputusasaan. Apakah situasi ini dapat diperbaiki di masa mendatang?