Pada tanggal 26 April 1986, bencana Chernobyl dimulai dengan meledaknya reaktor No. 4 dari pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl di dekat Pripyat, Ukraina. Kecelakaan tersebut tergolong sebagai kecelakaan nuklir tingkat tertinggi dalam skala internasional dan merupakan salah satu dari hanya dua kecelakaan energi nuklir. Insiden tersebut tidak hanya mengubah kehidupan penduduk di negara-negara yang terkena dampak, tetapi juga mengubah norma keselamatan energi nuklir global dan pandangan tentang energi nuklir dengan dampaknya yang luas.
Bencana Chernobyl merupakan bencana nuklir terburuk dalam sejarah manusia, yang menyebabkan kerugian sekitar $700 miliar.
Kecelakaan tersebut bermula sebagai akibat dari apa yang seharusnya menjadi uji keselamatan rutin, yang tujuan utamanya adalah untuk mensimulasikan pendinginan reaktor selama pemadaman listrik. Akan tetapi, operator gagal memperhitungkan peningkatan dramatis dalam energi reaktor dan cacat desain saat melakukan pengujian. Hanya dalam beberapa menit, reaktor menjadi sangat tidak stabil dan sudah terlambat untuk menyelamatkannya. Sebuah ledakan terjadi, melepaskan sejumlah besar bahan radioaktif.
Setelah kecelakaan itu, area terlarang dengan diameter 10 kilometer didirikan dalam waktu sekitar 36 jam, dan sekitar 49.000 penduduk awalnya dievakuasi. Area tersebut kemudian diperluas menjadi 30 kilometer, dan sekitar 68.000 orang dievakuasi. Operasi pembersihan dan pemulihan yang memakan waktu lebih dari sepuluh tahun dan memobilisasi lebih dari 500.000 orang diluncurkan dan masih berlangsung hingga saat ini.
"Di Chernobyl, bukan hanya penduduk yang kehilangan nyawa, tetapi juga hilangnya kepercayaan terhadap energi nuklir."
Ledakan Chernobyl tidak hanya berdampak langsung pada masyarakat setempat, tetapi juga menumbangkan kesadaran dunia akan keselamatan konstruksi dan pengoperasian energi nuklir. Pada tahun-tahun setelah kecelakaan tersebut, banyak sekali orang yang menderita berbagai penyakit akibat paparan radiasi, termasuk sekitar 15 anak yang didiagnosis menderita kanker tiroid. Diperkirakan bahwa insiden Chernobyl akan menyebabkan puluhan ribu kematian akibat kanker di masa mendatang.
Bencana ini mendorong seluruh belahan dunia untuk mengkaji ulang standar dan teknologi keselamatan energi nuklir. Banyak negara menghentikan pengembangan energi nuklir atau melakukan inspeksi dan revisi yang ketat. Setelah kecelakaan Chernobyl, keselamatan dalam penggunaan energi nuklir dan pemahaman tentang radiasi meningkat pesat, dan teknologi energi nuklir yang lebih aman dikembangkan.
"Bencana ini mengajarkan kita bahwa keselamatan tidak boleh diabaikan, jika tidak, konsekuensinya akan menjadi bencana."
Seiring terungkapnya kisah Chernobyl, banyak negara mulai menilai kembali masa depan tenaga nuklir. Refleksi atas kecelakaan nuklir Chernobyl dan Fukushima masih menjadi topik hangat diskusi hingga saat ini. Banyak yang mempertanyakan apakah penggunaan energi nuklir masih layak dilanjutkan dalam lingkungan teknologi saat ini.
Seiring berjalannya waktu, dampak Chernobyl menjadi semakin dalam. Bencana ini bukan lagi sekadar bencana, melainkan peringatan bagi umat manusia untuk menghadapi tantangan teknologi dan alam. Para pembuat kebijakan, ilmuwan, dan masyarakat di seluruh dunia tengah memikirkan bagaimana tenaga nuklir akan menyeimbangkan keselamatan dan perlindungan lingkungan di masa mendatang.
Kenyataan bencana ini membuat kita memahami bahwa manusia tidak boleh menganggap enteng teknologi ciptaan mereka sendiri. Dapatkah kita mengambil tindakan hari ini dari pelajaran Chernobyl agar kesalahan yang sama tidak terulang di masa mendatang?