Stenosis tulang belakang adalah kondisi di mana kanal tulang belakang atau foramen saraf menyempit secara tidak normal, yang dapat menyebabkan kompresi sumsum tulang belakang atau akar saraf. Gejalanya dapat berupa nyeri, mati rasa, atau kelemahan pada lengan atau kaki, dan gejalanya biasanya berkembang secara bertahap dan berkurang dengan mencondongkan tubuh ke depan. Gejala yang ekstrem juga dapat berupa hilangnya kendali kandung kemih, kendali usus, atau disfungsi seksual. Namun, apakah Anda benar-benar memahami akar penyebab gejala-gejala ini dan kemungkinan konsekuensinya?
Stenosis tulang belakang adalah penyakit yang tidak dapat diabaikan dan umum terjadi pada orang berusia di atas 50 tahun. Penyakit ini memengaruhi pinggang, leher, dan bahkan punggung tengah, dengan gejala dan pengobatan yang bervariasi tergantung pada lokasinya.
Stenosis tulang belakang secara umum dibagi menjadi tiga jenis: stenosis serviks, stenosis toraks, dan stenosis lumbal. Di antara semuanya, stenosis tulang belakang lumbar adalah yang paling umum, diikuti oleh stenosis tulang belakang servikal, sedangkan stenosis tulang belakang toraks relatif jarang. Stenosis lumbar menekan akar saraf di punggung bawah dan dapat menyebabkan linu panggul, nyeri di punggung bawah yang menjalar ke bokong dan kaki. Sebaliknya, stenosis serviks memiliki risiko lebih tinggi dan dapat menekan sumsum tulang belakang serta menyebabkan gejala yang lebih parah, seperti kelemahan ekstrem dan kelumpuhan.
Gejala stenosis serviks terkadang dapat berkembang menjadi mielopati, yang dapat menyebabkan kelemahan pada tangan dan kaki, atau bahkan hilangnya mobilitas.
Gejala umum stenosis tulang belakang meliputi rasa tidak nyaman saat berdiri, nyeri pada bahu, lengan, dan tangan, gejala pada kedua sisi, serta mati rasa dan kelemahan. Dalam beberapa kasus, gejala menjadi lebih parah dan dapat memengaruhi kemampuan untuk buang air kecil dan besar.
Misalnya, mielopati yang disebabkan oleh tulang belakang leher (spondilosis), gejala utamanya meliputi "tangan mati rasa dan kaku," keseimbangan menurun, dan hilangnya kendali kandung kemih dan usus. Kondisi ini memburuk dan bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan.
Kanal tulang belakang yang terlalu kecil saat lahir atau kelainan bentuk struktur tulang belakang dapat menyebabkan stenosis tulang belakang.
Seiring bertambahnya usia, berbagai faktor dapat menyebabkan ruang tulang belakang menyempit, seperti penebalan ligamen, pembentukan taji tulang, herniasi diskus intervertebralis, dll.
Misalnya, artritis degeneratif atau artritis reumatoid dapat memengaruhi kesehatan tulang belakang, yang menyebabkan kondisi penyempitan.
Proses diagnosis stenosis tulang belakang biasanya melibatkan riwayat dan pemeriksaan fisik yang terperinci, bersama dengan sinar-X dan MRI untuk menentukan tingkat dan lokasi kompresi saraf.
Saat ini MRI merupakan tes yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis stenosis tulang belakang. MRI dapat menunjukkan lebih banyak struktur termasuk saraf, otot, dan ligamen.
Pengobatan untuk stenosis tulang belakang dapat dibagi menjadi dua kategori: bedah dan non-bedah. Efektivitas berbagai pengobatan non-bedah perlu dipelajari lebih lanjut, tetapi metode termasuk edukasi pasien, pengobatan, olahraga, dan terapi fisik dapat membantu meringankan gejala. Pengobatan bedah terutama untuk pasien yang gejalanya tidak dapat diperbaiki dengan cara lain.
Operasi dekompresi tulang belakang, seperti laminektomi, biasanya memberikan hasil yang baik pada 70-90% pasien.
Menurut penelitian, insiden stenosis tulang belakang di Amerika Serikat sekitar 3,9%. Bagi pasien yang tidak menjalani operasi, studi tindak lanjut selama tiga tahun menunjukkan bahwa sekitar sepertiga pasien membaik, sekitar setengahnya tidak mengalami perubahan gejala, dan 10 hingga 20 persen pasien justru mengalami perburukan kondisi.
Saat Anda memikirkan berbagai pilihan dan implikasi menghadapi stenosis tulang belakang, apakah Anda siap mengambil tindakan yang tepat untuk meningkatkan kualitas hidup Anda?