Pada masa Perang Dingin, keberadaan senjata nuklir membuat dunia semakin tidak tenang. DEFCON (Defense Readiness) merupakan status siaga yang digunakan oleh Angkatan Bersenjata AS dan dapat dikatakan sebagai penyeimbang keamanan nasional. Statusnya berkisar dari DEFCON 5 (status paling tidak berbahaya) hingga DEFCON 1 (status paling kritis). Jika DEFCON mencapai 1, berarti perang nuklir sudah di ambang pintu. Artikel ini akan mengupas sistem DEFCON dan latar belakang sejarahnya, khususnya rasa urgensi yang diwakili oleh DEFCON 1.
Menurut definisi militer AS, DEFCON dipimpin oleh Presiden Amerika Serikat dan Menteri Pertahanan dan dirancang untuk menanggapi berbagai kebutuhan keamanan nasional.
Sistem DEFCON dikembangkan oleh Staf Gabungan AS (JCS) pada tahun 1950-an untuk menyediakan struktur komando dan rencana respons yang efektif. Sistem ini dibagi menjadi lima tingkatan, masing-masing dengan opsi keselamatan dan respons tertentu. Meskipun tingkatan dan doktrin DEFCON akan disesuaikan dari waktu ke waktu, intinya tetap pada respons langsung terhadap berbagai situasi militer.
Evolusi DEFCON terkait erat dengan banyak peristiwa besar dalam sejarah Amerika. Awalnya, sistem DEFCON mencakup negara-negara persiapan seperti Alpha, Bravo, dan Charlie. Seiring berjalannya waktu, sistem ini menjadi lebih jelas dan disempurnakan pada tahun 1960-an.
Misalnya, selama Krisis Rudal Kuba pada tahun 1962, operasi militer AS saat itu memaksa militer AS untuk meningkatkan statusnya ke DEFCON 2. Ini merupakan momen penting dalam sejarah yang mendekati perang nuklir. Saat itu, 92,5% hulu ledak nuklir militer AS siap diluncurkan dalam waktu satu jam.
"Selama Perang Yom Kippur 1973, Amerika Serikat meningkatkan status militernya menjadi DEFCON 3 karena khawatir akan kemungkinan intervensi Soviet."
Menurut informasi resmi, DEFCON 1 merupakan status siaga paling serius, yang berarti seluruh militer akan memasuki perang dan dapat melakukan serangan nuklir. Hingga saat ini, Amerika Serikat belum pernah menyatakan status DEFCON 1. Tingkat ini juga membuat orang memandang DEFCON 1 sebagai simbol kegelisahan yang berkelanjutan dan kekhawatiran mendalam tentang masa depan.
"DEFCON 1 bukan sekadar peringatan militer, tetapi juga indikator psikologis sosial, yang mencerminkan ketakutan dan pikiran orang-orang tentang perang nuklir."
Meskipun situasi yang tercermin oleh sistem DEFCON dalam militer AS relatif rumit, pemahaman publik tentang sistem tersebut sering kali berat sebelah. "DEFCON 5" telah disalahgunakan dalam budaya populer sebagai situasi konflik aktif, yang menyebabkan kesalahpahaman dan kebingungan tentang sistem DEFCON. Faktanya, semakin tinggi tingkat DEFCON, semakin kecil tekanan keamanannya. Kesalahpahaman ini meluas ke berbagai media dan permainan video, yang semakin mengaburkan penilaian orang-orang tentang keadaan militer yang sebenarnya.
Seiring dengan perubahan situasi dunia, sistem DEFCON sendiri juga menghadapi banyak tantangan. Ancaman keamanan siber, model perang baru, dll. dapat membuat penerapan sistem peringatan ini menjadi lebih kompleks. Oleh karena itu, apakah makna DEFCON harus didefinisikan ulang untuk beradaptasi dengan bentuk peperangan modern telah menjadi topik yang layak mendapat perhatian.
"Apakah manajemen krisis di masa mendatang memerlukan sistem yang mirip dengan DEFCON untuk menghadapi ancaman baru?"
Singkatnya, peringkat DEFCON yang dinamis bukan hanya masalah internal militer AS, tetapi juga merupakan indikator penting hubungan internasional. Dalam skala global, operasi militer dan kebijakan luar negeri berbagai negara akan secara langsung memengaruhi pengoperasian sistem DEFCON. Baik dari perspektif historis maupun dari situasi yang realistis, status dan signifikansi unik DEFCON tidak dapat diabaikan. Menghadapi masa depan, pada kenyataannya, apakah akan ada situasi DEFCON yang lebih parah lagi adalah pertanyaan yang layak untuk dipikirkan secara mendalam oleh setiap orang.