Dalam kerajaan tumbuhan, Brassica oleracea, yang sering disebut kubis liar, adalah tumbuhan yang telah berevolusi selama ribuan tahun, dari keadaan liar aslinya menjadi banyak varietas yang tidak hanya mencakup daun dan batang, tetapi juga berbagai bentuk bunga. Bagaimana evolusi ini terjadi?
Akar tumbuhan ini dapat ditelusuri kembali ke Mediterania timur, dan penelitian menunjukkan bahwa Brassica oleracea kemungkinan besar berasal dari tumbuhan terkait di alam liar. Setelah periode seleksi buatan yang panjang, ia telah menunjukkan keanekaragaman yang menakjubkan. Alasan mendasarnya adalah bahwa orang-orang kuno lebih menyukai bagian yang mentah atau dimasak, sehingga memilih karakteristik yang berbeda untuk reproduksi.
Secara tradisional, tumbuhan ini ditanam terutama untuk daunnya, tetapi seiring berkembangnya kultivar, ini berubah menjadi tumbuhan yang lebih beragam dengan batang dan bunga sebagai tanaman utamanya, sebuah proses yang mencerminkan dampak mendalam yang dimiliki manusia terhadap tanaman pangan.
Menurut sumber sejarah, seleksi daun besar pertama muncul pada abad kelima SM, dan pertumbuhan periode ini menyebabkan terbentuknya apa yang sekarang dikenal sebagai "kangkung". Seiring berlanjutnya seleksi, batang menjadi semakin penting, yang akhirnya mengarah pada kolrabi, yang juga dikenal sebagai "umbi". Lebih jauh lagi, seleksi bunga dewasa menyebabkan perkembangan kembang kol dan brokoli yang kita kenal sekarang. Perubahan ini tidak terbatas pada morfologi tanaman, tetapi meluas lebih dalam ke dalam budaya makanan kita.
Menurut penelitian terkini, Brassica oleracea telah mengalami banyak perubahan genetik, yang juga memungkinkan munculnya berbagai varietas. Para ilmuwan menemukan bahwa ekspresi gen yang berbeda berubah secara signifikan dalam morfologi tanaman yang berbeda. Misalnya, perubahan ekspresi gen dapat memengaruhi perkembangan struktur bunga, yang mungkin menjelaskan mengapa kita sekarang melihat berbagai macam kembang kol dan brokoli.
"Rangkaian perubahan ini bukan hanya seleksi pada tingkat genetik, tetapi juga hasil evolusi budaya dan kebiasaan makan manusia."
Salah satu alasan mengapa beberapa sayuran terasa sangat pahit adalah karena interaksi genetik kita dengan tanaman ini. Ketika komponen tanaman tertentu memasuki reseptor rasa kita, ini memicu sensasi rasa yang berbeda. Menurut penelitian gen TAS2R38, ini memiliki implikasi yang luas bagi tanaman brassica seperti kubis.
Seleksi manusia telah membentuk evolusi Brassica oleracea menjadi sayuran yang beragam seperti sekarang ini. Dari pemilihan daun awal, hingga penguatan batang, dan akhirnya hingga budidaya bunga, proses ini bukan hanya hasil evolusi alami, tetapi juga kristalisasi kebijaksanaan manusia.
"Kita akan terus melihat dampak pilihan manusia terhadap tanaman ini di masa mendatang, dan bagaimana kita harus memahami keragaman makanan yang menyertai pilihan ini?"
Secara keseluruhan, kisah evolusi Brassica oleracea merupakan gambaran kecil sejarah yang menunjukkan kepada kita keragaman warna dan rasa yang tak terbatas, dan mengingatkan kita untuk lebih berhati-hati dan bertanggung jawab saat memilih bahan di masa mendatang. Bagaimana proses seleksi manusia akan terus memengaruhi masa depan sayuran?