Dunia fisika kuantum penuh dengan fenomena aneh, di antaranya eksperimen penghapusan kuantum pilihan tertunda tidak diragukan lagi merupakan salah satu yang paling menarik. Eksperimen ini tidak hanya menantang pemahaman kita tentang kausalitas, tetapi juga mengangkat pemikiran orang tentang perjalanan waktu. Ide inti dari eksperimen ini berasal dari eksperimen pilihan tertunda John Archibald Wheeler, yang memberi kita perspektif yang sama sekali baru tentang sifat gelombang dan partikel di dunia kuantum.
Latar Belakang Eksperimen Celah GandaEksperimen penghapusan kuantum pilihan tertunda menunjukkan bahwa foton dapat berada dalam keadaan super-superposisi gelombang atau partikel sebelum terdeteksi, yang memungkinkan pengamatan pengamat untuk menentukan hasil dari peristiwa tersebut dan bahkan waktu terjadinya.
Dalam eksperimen celah ganda dasar, sinar laser ditembakkan secara tegak lurus ke dinding yang memiliki dua celah paralel di dalamnya. Ketika layar deteksi ditempatkan di belakang celah ganda, pola interferensi cahaya dan gelap yang bergantian akan diamati. Fenomena ini berarti bahwa setiap partikel yang melewati celah tersebut tampak melewati kedua celah tersebut pada saat yang sama, yang menyebabkan interferensi pada dirinya sendiri, yang menantang pemahaman intuitif kita tentang bagaimana objek berperilaku.
Pelajaran dari Eksperimen Penghapusan KuantumSeiring berjalannya penelitian, para ilmuwan menemukan bahwa jika kita memperoleh informasi tentang lintasan partikel dalam proses kuantum, pola interferensi akan menghilang. Fenomena ini disebut "komplementaritas informasi lintasan", seolah-olah ketika kita mengamati celah mana yang dilalui foton, ia memilih perilaku partikel dan tidak lagi mempertahankan sifat-sifat gelombang.
Pada tahun 1999, Kim dan rekan-rekannya melakukan eksperimen penghapusan kuantum pilihan tertunda untuk memeriksa pelestarian informasi lintasan dengan membandingkan penundaan dengan waktu pengamatan. Dalam percobaan, satu foton melewati celah ganda, dan foton terjerat lainnya digunakan untuk memperoleh informasi jalur. Ini berarti bahwa bahkan setelah posisi foton terdeteksi, "menghapus" atau "mempertahankan" informasi tentang jalurnya masih dapat memengaruhi penampilannya di detektor.
Jika seorang pengamat melakukan pengukuran setelah deteksi foton, dan memilih apakah akan menghapus informasi jalur, ini akan memengaruhi kejadian sebelumnya.
Ketika para peneliti mendeteksi posisi foton terjerat yang sesuai dengan foton sinyal, mereka menemukan bahwa foton sinyal menunjukkan pola interferensi hanya ketika informasi jalur dihilangkan. Hasil ini menunjukkan bahwa bahkan jika informasi jalur telah diperoleh secara fisik, pengamatan yang belum dilakukan tampaknya dapat "mengubah" hasil kejadian sebelumnya, yang menantang konsep kausalitas tradisional.
Konsep pilihan tertunda telah memicu diskusi tentang antikusalitas, dengan banyak orang mempertanyakan apakah benar-benar ada yang namanya kausalitas berurutan. Para peneliti menunjukkan bahwa meskipun hasilnya tampak sebagai efek tidak langsung, jika dilihat dalam konteks ilmiah yang lebih ketat, proses tersebut sebenarnya dapat dibalikkan seiring waktu, tanpa tanda-tanda perjalanan waktu yang jelas atau masa depan yang memengaruhi masa lalu.
KesimpulanEksperimen penghapusan kuantum pilihan tertunda tidak diragukan lagi memberikan perspektif yang mendalam tentang fisika modern, yang memungkinkan kita untuk memikirkan kembali peran observasi dalam perilaku kuantum. Meskipun banyak tantangan dan kontroversi, eksperimen ini juga mendorong pemikiran tentang keterikatan kuantum dan perjalanan waktu. Dengan penelitian mendalam di bidang ini, mungkin suatu hari kita akan dapat benar-benar memecahkan misteri kontradiksi waktu. Hal ini membuat orang bertanya-tanya apakah sains masa depan dapat mengungkapkan hakikat sebenarnya dari perjalanan waktu?