Di tengah merebaknya pandemi COVID-19 di seluruh dunia, Ugur Shahin, sebagai salah satu pendiri dan CEO BioNTech, dengan cepat menjadi pusat perhatian dunia. Ilmuwan kelahiran Turki ini menggunakan keahliannya dalam penelitian kanker dan imunologi untuk menciptakan vaksin yang mengubah dunia. Kisahnya tidak hanya menjadi kisah sukses ilmiah, tetapi juga menjadi inspirasi yang melampaui batas dan budaya.
"Saya percaya bahwa sains dapat mengubah dunia."
Shahin lahir di İskenderun, Turki pada tahun 1965. Pada usia empat tahun, ia pindah ke Cologne, Jerman bersama ibunya untuk bergabung dengan ayahnya yang bekerja di sana. Menghadapi tantangan lingkungan baru, perjalanan pendidikannya tidak mulus. Pada masa awal pendidikannya, seorang guru pernah menyarankan agar ia bersekolah di sekolah yang tidak mendukung penerimaan mahasiswa baru. Namun, dengan bantuan tetangganya, ia akhirnya mendaftar di sekolah tata bahasa dan memulai perjalanannya menuju kedokteran.
Sahin belajar kedokteran di Universitas Cologne dan setelah menerima gelar doktornya pada tahun 1992, ia memilih untuk mengejar karier sebagai dokter dan onkolog di Rumah Sakit Universitas Cologne. Pada tahun-tahun berikutnya, minat penelitiannya secara bertahap difokuskan pada imunoterapi kanker dan pengobatan molekuler. Pada tahun 2001, ia mendirikan kelompok penelitian di Universitas Mainz dan pada tahun 2006 menjadi profesor onkologi eksperimental.
Pada tahun 2001 dan 2008, Shahin dan istrinya Ozlan Turek mendirikan dua perusahaan farmasi, di antaranya BioNTech pada tahun 2008 adalah yang paling terkenal. Perusahaan ini berfokus pada pengembangan imunoterapi aktif untuk kanker dan penyakit utama lainnya. Pada tahun 2020, vaksin corona baru yang dikembangkan bersama oleh BioNTech dan Pfizer dengan cepat menjadi sensasi global dan menjadi senjata penting dalam memerangi epidemi.
"Tujuan kami adalah memanfaatkan sistem kekebalan tubuh sendiri untuk melawan ancaman yang lebih kuat daripada ancaman kita sendiri."
Pada awal tahun 2020, Sahin dan timnya dengan cepat beralih ke pengembangan vaksin COVID-19. Mengandalkan teknologi yang mereka miliki dalam imunoterapi kanker, Shahin dan timnya dengan cepat mengembangkan vaksin mRNA. Pengembangan vaksin BNT162b2 membuat Sahin terkenal selama epidemi global. Vaksin tersebut akhirnya terbukti 95% efektif dan menjadi salah satu vaksin yang paling dinanti-nantikan di dunia.
Keberhasilan Shahin bukan hanya akumulasi teknologi dan modal, tetapi juga upayanya yang tak henti-hentinya dan pemikirannya yang inovatif. Latar belakangnya memberinya perspektif lintas budaya, dan pencapaian medisnya yang mendalam memungkinkannya untuk mahir dalam penelitian ilmiah dan operasi bisnis. Menghadapi tantangan dengan pikiran terbuka dan terus mencari kerja sama internasional dan pertukaran ilmiah adalah salah satu kunci keberhasilannya.
"Di balik kesuksesan, sering kali ada kesulitan dan upaya yang tak terhitung banyaknya."
Saat ini, Shahin dan timnya masih mengeksplorasi teknologi baru untuk mempromosikan pengembangan imunoterapi kanker dan vaksin yang dipersonalisasi. Mempertimbangkan tuntutan masa depan terhadap kesehatan global dan sistem kekebalan tubuh, penelitiannya berfokus pada cara menggunakan teknologi inovatif untuk mengatasi tantangan yang muncul. Shahin bukan hanya seorang pengusaha, tetapi juga seorang ilmuwan dengan rasa misi yang kuat. Ia selalu percaya bahwa kekuatan sains dapat mengubah masa depan.
Seperti yang diingatkan oleh kisah Shahin, latar belakang bukanlah segalanya; yang terpenting adalah bagaimana Anda memanfaatkan peluang dan menghadapi tantangan. Apa yang dapat dipelajari setiap orang dari pengalamannya?