Penyusutan otak merupakan ciri umum pada banyak penyakit yang memengaruhi otak. Dalam dunia kedokteran, atrofi merujuk pada penurunan ukuran sel, yang mungkin disebabkan oleh hilangnya protein intraseluler secara bertahap. Dalam jaringan otak, atrofi menggambarkan hilangnya neuron dan hubungan di antara neuron. Atrofi otak dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori utama, tergantung pada area yang terpengaruh: umum dan fokal. Atrofi umum memengaruhi seluruh otak, sedangkan atrofi fokal memengaruhi sel-sel di lokasi tertentu. Jika salah satu belahan otak terpengaruh, pikiran sadar dan perilaku sukarela dapat terhambat. Penyusutan otak pada tingkat tertentu merupakan kejadian alami seiring bertambahnya usia. Setelah usia 35 tahun, orang dewasa mulai menunjukkan perubahan struktural dan menyusut secara bertahap dengan laju 0,2% per tahun. Proses ini semakin cepat ketika individu mencapai usia 70 tahun. Pada usia 90 tahun, otak manusia mungkin mengalami kehilangan sekitar 15% dari berat puncak awalnya. Selain penyusutan otak, penuaan juga dikaitkan dengan mikroperdarahan otak.
Penyusutan otak bukanlah penyakit, melainkan tanda adanya gangguan atau proses biologis.
Penyusutan otak bukanlah penyakit yang berdiri sendiri, melainkan indikator berbagai penyakit atau proses biologis. Banyak penyakit yang menyebabkan penyusutan otak dikaitkan dengan demensia, epilepsi, dan sekelompok kondisi yang disebut gangguan bahasa. Demensia ditandai dengan penurunan daya ingat dan fungsi intelektual secara bertahap yang cukup mengganggu keterampilan sosial dan pekerjaan. Daya ingat, rasa orientasi, pemikiran abstrak, kemampuan belajar, persepsi visuospasial, dan fungsi eksekutif tingkat tinggi seperti perencanaan, pengorganisasian, dan pengurutan juga dapat terganggu. Kejang dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk disorientasi, gerakan berulang yang aneh, kehilangan kesadaran, atau kejang. Gangguan bahasa adalah sekelompok kondisi yang ditandai dengan kesulitan berbicara dan memahami bahasa. Meskipun afasia pemahaman mengakibatkan gangguan pemahaman, afasia ekspresif dapat bermanifestasi sebagai pilihan kata yang aneh dan penggunaan frasa atau kalimat yang tidak lengkap. Pola dan perkembangan penyusutan otak bergantung pada gangguan yang terlibat.
Ada banyak penyakit yang terkait dengan penyusutan otak termasuk penyakit Alzheimer, epilepsi, penyakit Huntington, dan masih banyak lagi.
Stroke dapat menyebabkan gangguan fungsi otak secara tiba-tiba, sementara cedera otak traumatis sedang hingga berat juga dapat menyebabkan kerusakan. Sayangnya, efek dari cedera ini dapat menjadi lebih jelas seiring berjalannya waktu.
Penyakit Alzheimer dianggap sebagai salah satu penyakit paling umum yang menyebabkan penyusutan otak. Pemindaian MRI resolusi tinggi menunjukkan bahwaOtak penderita Alzheimer menyusut seiring perkembangan penyakit. Penyakit lain yang terkait dengan penyusutan otak meliputi penyakit Alzheimer, demensia korteks prefrontal, dan demensia vaskular. Penyakit-penyakit ini menyebabkan kerusakan neuron secara bertahap, yang pada akhirnya memengaruhi memori dan kognisi.
Dampak infeksiPenyakit menular juga dapat menyebabkan kerusakan otak. Penyakit seperti ensefalitis, neurosifilis, dan AIDS dapat memicu respons peradangan pada jaringan otak, yang menghancurkan neuron dan aksonnya.
Efek alkohol cukup signifikan. Penelitian telah menunjukkan bahwa penyalahgunaan alkohol kronis dikaitkan dengan atrofi kortikal yang meluas dan perubahan besar pada otak. Dibandingkan dengan kontrol yang sehat, otak pecandu alkohol lebih kecil baik dalam hal massa maupun volume. Selain itu, penyakit mental seperti skizofrenia dan gangguan bipolar juga dapat memengaruhi volume jaringan otak.
Saat ini, metode umum untuk mendiagnosis atrofi otak meliputi pemeriksaan CT dan MRI. Tes ini dapat membandingkan beberapa pemindaian untuk melihat apakah ukuran otak telah menyusut seiring waktu.
Kunci untuk mencegah penyusutan otak adalah mengendalikan kondisi yang mendasarinya yang menyebabkan penyusutan. Beberapa tindakan yang disarankan meliputi makan sehat, olahraga teratur, dan menjaga kehidupan sosial.
Meskipun sebagian besar penyusutan otak dianggap tidak dapat dipulihkan, penelitian terbaru menunjukkan bahwa hal ini tidak selalu terjadi dalam beberapa kasus. Misalnya, beberapa pecandu alkohol telah menunjukkan peningkatan volume otak dan peningkatan signifikan dalam fungsi kognitif setelah berhenti minum. Temuan ini menantang kebijaksanaan konvensional dan membuat kita mulai memikirkan kembali pandangan kita tentang ireversibilitas.
Di balik layar, perawatan potensial dan tindakan pencegahan apa yang dapat mengaktifkan kembali pertumbuhan dan pemulihan otak?