Androgen adalah golongan hormon steroid alami atau sintetis yang fungsi utamanya adalah mengatur perkembangan dan pemeliharaan karakteristik jantan pada vertebrata. Hormon-hormon ini bekerja dengan mengikat reseptor androgen, mendorong perkembangan embrio organ seks jantan dan perkembangan karakteristik seks sekunder jantan selama masa pubertas. Meskipun androgen sering dianggap sebagai hormon seks jantan semata, wanita juga memilikinya, tetapi dalam konsentrasi yang relatif rendah. Meskipun androgen hadir pada kedua jenis kelamin, peran dan pengaruhnya yang berbeda dalam fisiologi dan perkembangan pria dan wanita tidak boleh diremehkan.
Androgen disintesis oleh testis, ovarium, dan kelenjar adrenal. Androgen utama adalah testosteron.
Androgen mencakup banyak jenis, terutama androgen adrenal. Steroid 19 karbon ini sebagian besar diproduksi di lapisan dalam korteks adrenal, termasuk dehidroepiandrosteron (DHEA), dehidroepiandrosteron sulfat (DHEA-S), dll. Selain testosteron, androgen lainnya meliputi:
Dalam perkembangan mamalia, gonad awalnya memiliki potensi untuk membentuk ovarium atau testis. Pada manusia, sekitar minggu ke-4, benih gonad muncul dan secara bertahap berkembang menjadi testis. Selama minggu ke-6, korda seks epitel mulai terbentuk di dalam testis dan berisi sel-sel germinal yang bermigrasi. Di antara proses-proses ini, gen kromosom Y, seperti gen SRY, memainkan peran penting dalam perkembangan fenotipe pria.
Selama perkembangan janin laki-laki, sel-sel Sartorius dan sel-sel Leydig di testis mulai memproduksi androgen. Androgen tidak hanya menyediakan hormon yang diperlukan bagi sel-sel Sartorius untuk mendukung produksi sperma, tetapi juga mendorong maskulinisasi janin, termasuk pembentukan penis dan skrotum. Pada minggu ke-8, sel-sel Redick berdiferensiasi dan mulai memproduksi androgen, yang selanjutnya mendorong proses-proses perkembangan ini.
Selama masa pubertas, kadar androgen pria meningkat tajam dan mendorong perkembangan karakteristik seks sekunder pria yang khas, seperti suara yang lebih dalam, peningkatan massa otot, dan pertumbuhan alat kelamin. Saat hormon gonad mengoptimalkan produksi sperma, androgen, bersama dengan hormon luteinisasi (LH) dan hormon perangsang folikel (FSH), bekerja sama pada sel Sartorius di testis untuk mendukung produksi sperma yang berkelanjutan.
Androgen memainkan peran penting dalam mengatur distribusi lemak, massa otot, dan perilaku, yang secara langsung terkait dengan karakteristik pria.
Selain perkembangan sistem reproduksi, androgen juga dapat memengaruhi perilaku. Pada beberapa hewan, androgen telah terbukti memengaruhi pengaturan perilaku seperti agresi dan hasrat seksual. Penelitian menunjukkan bahwa androgen tidak hanya mengubah struktur otak tetapi juga dapat dikaitkan dengan gangguan suasana hati seperti depresi.
Secara medis, pria dengan kadar testosteron rendah dapat menjalani terapi penggantian hormon dengan tujuan memulihkan fungsi seksual normal. Namun, penggunaan androgen juga menimbulkan tantangan terapeutik; misalnya, dalam penanganan kanker prostat, operasi pengebirian terkadang dipilih untuk menghilangkan sumber utama testosteron.
Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang androgen, perawatan dan target baru dapat muncul di masa mendatang untuk memperbaiki penyakit yang berhubungan dengan hormon seks. Memahami peran khusus androgen dalam perkembangan pria akan membantu memajukan penelitian biomedis terkait.
Saat kita mengeksplorasi fungsi biologis dan pengaruh androgen, haruskah kita memeriksa ulang semua aspek pengetahuan dan pemahaman kita tentang gender dan perkembangan fisiologis?