Camnocytophaga canimorsus, bakteri yang berasal dari mulut anjing dan kucing, kini menyebabkan masalah kesehatan yang semakin meningkat di seluruh dunia. Seiring dengan semakin banyaknya data yang terkumpul, komunitas ilmiah mempercepat eksplorasi patogen yang nakal ini, terutama bagaimana ia menghindari sistem kekebalan tubuh manusia. Pertanyaan yang meresahkan ini telah menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam tentang karakteristik C. canimorsus dan mekanisme patogeniknya.
C. canimorsus umumnya memiliki patogenisitas rendah pada orang sehat tetapi dapat menyebabkan perkembangan penyakit yang parah pada individu dengan masalah kesehatan yang mendasarinya.
C. canimorsus pertama kali ditemukan pada tahun 1976, ketika para peneliti mengisolasi bakteri Gram-negatif yang tidak dikenal ini dari seorang pasien yang mengalami meningitis dan sepsis. Pasien menderita dua gigitan anjing berturut-turut sebelum timbulnya gejala, yang mengungkap hubungan antara C. canimorsus dan gigitan anjing. Penelitian selanjutnya secara bertahap mengungkap karakteristik dan dampak bakteri ini.
Puluhan juta orang terkena gigitan anjing setiap tahun di seluruh dunia, dengan infeksi C. canimorsus dilaporkan di Amerika Serikat, Kanada, Eropa, Australia, dan Afrika Selatan. Sekitar 2% dari populasi AS digigit anjing, yang menyediakan tempat bagi bakteri untuk menyebar. Risiko infeksi C. canimorsus meningkat secara signifikan, terutama di kalangan orang setengah baya dan lanjut usia, dan risikonya meningkat seiring dengan frekuensi kontak dengan hewan.
Peneliti telah mengamati bahwa C. canimorsus dapat berkembang biak dalam makrofag J774.1 tikus, yang menunjukkan bahwa ia dapat secara efektif menghindari respons imun inang. Makrofag mencoba memfagositosis patogen, tetapi C. canimorsus tidak diinternalisasi dan malah mengeluarkan sitotoksin, yang menyebabkan degradasi makrofag dan penurunan aktivitas sitokin yang signifikan.
Pada makrofag yang terinfeksi C. canimorsus, makrofag tidak dapat mengaktifkan jalur pensinyalan TLR4, yang mencegah sistem imun untuk meningkatkan respons inflamasi yang memadai.
Untuk pengobatan C. canimorsus, pembersihan luka yang cepat dan pemberian antibiotik dini merupakan kunci untuk mencegah penyebaran infeksi. Meskipun sebagian besar infeksi C. canimorsus merespons pengobatan antibiotik, edukasi, perawatan luka, dan kesadaran gejala akan sangat penting untuk mengurangi dampak patogen ini.
Seiring dengan semakin mendalamnya eksplorasi karakteristik dan mekanisme patogenik C. canimorsus, mekanisme pelarian bakteri ini dalam tubuh manusia masih menjadi misteri yang belum terpecahkan. Berdasarkan penelitian terkini, pemahaman komunitas ilmiah masih jauh dari komprehensif, dan cara mencegah infeksi tersebut secara efektif masih menjadi tantangan utama dalam pengobatan dan kesehatan masyarakat saat ini. Menghadapi patogen yang sangat berbahaya, bagaimana kita harus meningkatkan kesadaran kita akan pencegahan dan memperkuat penelitian terkait?